Selamat membaca!
Semakin cepat berlari, Zoya jadi kehilangan keseimbangan hingga tubuhnya jatuh membentur kerasnya lantai karena tertabrak seorang pria yang ternyata adalah Alden, asisten pribadi Lucas.
"Aduh." Zoya memegangi bagian pahanya yang terasa sakit. Wajahnya yang terhalang surai hitamnya kini mulai terangkat untuk menatap sosok pria yang ditabraknya.
"Maafkan saya, Nona. Apa Anda baik-baik saja?" Seketika ingatan Alden tertarik jauh pada pertemuannya dengan Zoya yang saat itu tengah mabuk di Club.
"Kalau tidak salah, wanita ini yang waktu itu pergi ke hotel bersama Tuan Lucas," gumam Alden yang masih jelas mengingat wajah Zoya.
"Iya enggak apa-apa, lagi pula ini kesalahan saya. Tidak seharusnya saya berlari di rumah sakit."
"Mari saya bantu, Nona."
"Tidak perlu, terima kasih. Sekali lagi saya minta maaf ya karena kurang hati-hati." Dengan kedua mata yang memerah, mudah ditebak oleh Alden jika wanita yang kini ada dihadapannya tengah bersedih.
"Tidak masalah, Nona, tapi apa benar Anda baik-baik saja?" tanya Alden kembali saat melihat wajah Zoya meringis kesakitan ketika berdiri.
"Saya permisi dulu ya." Zoya melewati tubuh Alden begitu saja. Ia bahkan sampai melupakan hasil pemeriksaan kandungannya yang terjatuh di lantai.
"Nona, ini hasil pemeriksaan Anda jatuh." Alden menyodorkan sebuah amplop putih yang tertulis nama dan logo dari rumah sakit tersebut. Namun sebelum memberikannya, ia sempat merasa bingung karena terdapat dua amplop putih saling bersebelahan di lantai. Ya, Alden juga membawa hasil pemeriksaan Lucas yang ikut terjatuh saat dirinya ditabrak oleh Zoya.
"Terima kasih." Tanpa berlama-lama, Zoya langsung mengambil amplop itu dan bergegas pergi tanpa memeriksanya terlebih dahulu.
Sementara Alden masih tampak aneh tentang apa yang sebenarnya terjadi terhadap Zoya dengan wajah yang begitu sendu dilihatnya.
"Pasti wanita itu sedang punya masalah yang besar." Alden masih terus menatap kepergian Zoya hingga punggung wanita itu tak lagi dapat dilihatnya. "Sekarang aku harus memikirkan bagaimana caranya menyampaikan hasil pemeriksaan ini kepada Tuan Lucas? Dia pasti akan sangat terkejut dengan semua ini. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Tuan Edward dan Nyonya Belinda jika mengetahuinya." Sambil menghela napasnya yang berat, Alden kembali melanjutkan langkah kakinya. Menyusuri lorong rumah sakit menuju ruang rawat Lucas.
***
2 hari setelah pertemuan itu, Zoya masih memikirkan tentang kehamilannya. Ia sangat rapat menyembunyikan kondisi sebenarnya dari sang ibu, walau itu sulit karena setiap kali ia merasa mual dan muntah, bahkan Adeline sering melihatnya dengan penuh curiga. Namun, Zoya selalu mengatakan bahwa semua yang dialaminya hanyalah karena kelelahan semata. Tentu saja alasan itu berhasil meredam kecurigaan dari sang ibu hingga detik ini.
"Aku benar-benar tidak menyangka jika kehamilan ini harus aku lalu sendirian," gumam Zoya yang tengah berada di toko bunga miliknya. Menatap kosong dengan lamunan yang sejak tadi membuatnya murung tanpa suara.
Seketika lamunannya buyar saat bunyi lonceng terdengar dari arah depan. Pertanda bahwa ada pengunjung yang akan masuk ke toko bunganya. Dengan cepat Zoya berdiri tegak, menyambut kedatangan pengunjung itu dengan salam ramahnya.
Kedua mata wanita itu mulai memindai seorang pria dengan stelan jas dan kaca mata hitam yang dikenakannya.
"Sepertinya aku pernah bertemu dengan pria ini, tapi di mana ya?" Zoya berpikir keras dalam hatinya. Memutar otaknya untuk mengingat.
"Apa Anda masih mengenali saya, Nona?" tanya pria itu sambil melepas kaca mata hitamnya.
Zoya mulai mengingatnya. Wajah itu sangat jelas ketika sudah tak lagi mengenakan kaca mata. "Anda yang di rumah sakit itu, kan?"
"Iya benar sekali, saya pria yang sempat bertabrakan dengan Anda di rumah sakit. Perkenalkan nama saya, Alden." Sambil tersenyum, Alden menyodorkan tangan kanannya untuk berjabat dengan Zoya.
"Iya salam kenal juga, saya Zoya." Walaupun masih dibalut rasa bingung, tapi Zoya tetap tersenyum saat menjabat tangan Alden. "Apa ada yang bisa saya bantu? Kalau boleh tahu, bagaimana Anda bisa tahu alamat toko saya ini?"
"Apa Anda punya waktu, ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan Anda?"
Tak lama kemudian, Adeline datang dengan membawa rantang makanan untuk putrinya.
"Ada teman kamu ya, Zo?" tanya Adeline sesaat setelah masuk ke dalam toko.
"Iya, Mah." Otak Zoya memutuskan dengan cepat, ia tak ingin mengundang rasa cemas jika mengatakan bahwa pria yang ada di hadapannya ini adalah orang asing. Zoya tak siap menjawab pertanyaan yang pastinya akan ditanyakan oleh sang ibu.
"Jadi bagaimana?" tanya Alden memotong pembicaraan Zoya dengan sang ibu.
Zoya kembali melihat pria itu dan tanpa berpikir lagi, ia langsung pamit izin kepada Adeline untuk sebentar pergi dari tokonya.
"Sebenarnya apa yang ingin dibicarakan oleh pria ini? Entah kenapa aku punya firasat yang tidak enak tentang hal ini?" gumam Zoya masih tak dapat menebak topik yang ingin dibicarakan oleh Alden.
***
Di rumah kediaman Lucas, tepatnya di dalam kamar, pria itu masih sulit menerima kenyataan bahwa ia sudah tak bisa memiliki keturunan. Ya, karena kecelakaan mobil yang dialaminya, Lucas harus menelan pahitnya hasil pemeriksaan dokter. Walaupun ia tak membaca secara langsung hasil itu karena tertukar dengan milik Zoya. Namun, Alden yang memang sudah mengetahui hasilnya dari sang dokter, akhirnya menjelaskan semua pada Lucas.
"Harapanku hanya pada wanita itu. Kalau benar dia hamil anakku, aku bisa membayarnya untuk menyerahkan anak itu padaku." Pandangan Lucas begitu tajam, menatap ke luar jendela di mana saat itu matahari bersinar dengan begitu teriknya. Ia tak punya pilihan lain, terlebih karena hal itu Belinda sampai sakit karena tidak kuat mental mendengar kondisi putranya.
Bagi keluarga Dekawistara keturunan itu adalah hal yang sangat penting, apalagi Lucas adalah anak semata wayang di keluarga itu. Dengan kata lain jika Lucas tidak memiliki keturunan, maka tidak akan ada yang bisa meneruskan garis keturunan keluarga mereka.
"Semua ini karena perjodohan konyol itu. Kalau saja Daddy tidak kolot menjodohkan aku dengan Flora, pasti kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi," ucap Lucas masih ingat betul perdebatan dengan Edward saat itu. Saat di mana sang ayah datang ke kantornya bersama Flora untuk menekannya agar menyetujui perjodohannya dengan wanita itu, berhubung tenggat waktu yang diberikan oleh Edward sudah mencapai batasnya. Akibat kejadian itu, Lucas sampai mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga kecelakaan tak bisa dihindarinya.
Setelah keluar dari ruangan, Lucas langsung mengarahkan kedua kakinya dengan bantuan tongkat penyangga untuk menuju kamar Belinda. Ia masih merasa cemas karena satu jam lalu sang ibu tiba-tiba tak sadarkan diri begitu mendengar kemandulannya. Hal yang terpaksa disampaikan oleh Lucas ketika ia baru saja tiba di rumah setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit selama 4 hari.
"Belum juga masalah perjodohan dengan Flora berhasil aku selesaikan, sekarang aku sudah dipusingkan dengan kondisi Mommy yang begitu terpukul dengan kemandulanku. Semoga saja Alden berhasil membuat wanita ini mau menyerahkan anak dalam kandungannya padaku, tapi apa benar anak itu memang anakku? Aku juga masih harus menyelidikinya."
Bersambung ✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
stela
Lucas tidak semua bisa di bayar dengan uang apalagi menyangut harga diri seseorang 🤔🤔🤔
2023-05-09
1
𝐀⃝🥀ᴅͨɪͧᴀᷡɴͨɴͣᴀᷡ/off mt dulu
mending Lucas tanggung jawab sama Zoya,toh Zoya juga dah hamil anak Lucas,,
2023-01-28
0
𝐀⃝🥀ᴅͨɪͧᴀᷡɴͨɴͣᴀᷡ/off mt dulu
tertukar kahh
2023-01-28
0