Jodoh Yang Tertunda

Jodoh Yang Tertunda

Menempuh Hidup Baru

Di atas ranjang yang berada di dalam ruangan kecil bercat kuning, tengah terbaring seorang gadis yang masih mengenakan baju pengantin sederhana berwarna putih.

Sungguh malang nasibnya, pria yang akan mengucapkan Ijal Kobul untuknya ternyata tidak hadir pada hari itu.

Marsya kehilangan kesadarannya setelah ia mendengar kabar bahwa calon suaminya membatalkan acara pernikahan dengannya. Fahra dan Yasmin bahkan menyempatkan untuk hadir ke acara pernikahan Marsya, namun sayang sekali kedua sahabat Marsya malah menyaksikan kejadian yang memilukan.

"Nak, bangun Nak!" ucap Siti seraya menepuk pipi Marsya dengan lembut, Siti adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki saat ini.

Marsya memegangi pelipisnya, ia merasakan kepalanya berdenyut. Dengan perlahan Marsya mendudukkan tubuhnya, "Bibi.." ucap Marsya menatap sendu bibinya itu.

Siti membawa Marsya kedalam pelukannya, ia merasa sedih melihat kondisi keponakannya saat ini. Air mata Marsya hampir jatuh karena tidak sanggup menerima kenyataan, kedua sahabatnya berusaha membantu Siti untuk menenangkan Marsya.

"Sabar ya Sya, mungkin dia memang bukan laki-laki yang baik untuk kamu." ucap Yasmin sambil mengusap punggung Marsya, Fahra menganggukkan kepalanya karena setuju dengan ucapan Yasmin.

"Bu Siti, mempelai prianya sudah datang." seseorang berteriak sambil berlari menghampiri Siti.

"Apa, benarkah?" tanya Siti. Iya bersyukur ternyata pernikahannya bisa dilanjutkan. Begitu juga Marsya, senyumnya mengembang setelah mendapat kabar baik itu.

"Syukurlah mas Ferdi datang, aku yakin dia tidak akan mengecewakan ku." ucap Marsya dalam hati.

Siti membantu Marsya berdiri dan membawanya keluar dari kamar, Yasmin dan Fahra berjalan di sampingnya dan menuntun Marsya. Walaupun sebenarnya mereka lebih suka pernikahan Marsya batal, bukan karena mereka tidak suka pada Marsya, tapi mereka takut Marsya akan menderita menikah dengan laki-laki yang bahkan sempat membatalkan pernikahannya.

Namun Fahra dan Yasmin tidak kuasa untuk mengutarakannya kepada Marsya, mereka tidak ingin merusak kebahagiaannya.

Kedua sahabatnya mendudukkan Marsya di kursi yang telah disediakan untuk upacara ijab kabul, sedangkan mereka duduk dibelakang Marsya untuk menyaksikan upacara sakral itu.

Pak penghulu memulai acara ijab Kobul, karena sudah terlalu lama di tunda. Ia mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan mempelai pria, karena ayah Marsya sudah meninggal jadi wali nikahnya di gantikan oleh wali hakim.

"Sudah siap?" tanya pak penghulu sambil tersenyum.

Mempelai pria menganggukkan kepalanya karena gugup.

Di awali dengan mengucap dua kalimat syahadat, acara ijab Kobul pun di mulai.

"Saya terima nikahnya Marsya Aulia binti Mansyur dengan mas kawin sepuluh gram emas di bayar kontan." dengan lantang ia mengucap Ijal Kobul dalam satu tarikan nafas.

"Sah?" tanya penghulu.

"Sah." ucap semua orang yang menyaksikan.

Mempelai pria itu menoleh ke arah Marsya dan mengulurkan tangannya, Marsya pun mencium punggung tangannya setelah itu ia menatap wajah laki-laki yang kini sudah sah menjadi suaminya.

Mata Marsya membulat sempurna, ia terkejut melihat wajah suaminya. "Alex?" pekik Marsya.

Seperti halnya Marsya, Fahra dan Yasmin pun ikut terkejut. "Alex?" Yasmin dan Fahra menutup mulut mereka yang menganga, ternyata laki-laki yang kini menjadi suami Marsya adalah orang yang sudah lama mereka kenal.

Marsya berdiri dan memelototi Alex, "Kenapa kamu di sini?" cerca Marsya. Alex hanya menanggapi pertanyaan Marsya dengan santai, ia tak bisa menahan bibirnya untuk tersenyum.

"Seperti yang lu lihat, gua di sini menggantikan calon suami lu yang kabur." jawab Alex dengan entengnya.

"Nggak bisa, ini nggak mungkin." panik Marsya. Karena terlalu gugup, Marsya bahkan tidak sempat untuk melihat calon suaminya terlebih dulu.

Kini Marsya menjadi tontonan dan bahan olok-olok semua orang yang berada di sana, bahkan pak penghulu pun ikut heran melihat tingkah Marsya.

"Pak penghulu, pernikahan ini tidak sah. Saya tidak tahu jika pengantin laki-lakinya adalah dia." Marsya menyangkal semua yang telah terjadi padanya.

"Maaf nak, pernikahan ini sudah sah. Pernikahan bukanlah sesuatu yang dapat dibatalkan semudah itu, bahkan jika kamu tidak menginginkannya." terang pak penghulu.

Pak penghulu beranjak dari tempat duduknya, ia merasa kesal dengan pengantin yang baru saja ia nikahkan. Pak penghulu menghentikan langkahnya dan berbalik, "Pikirkanlah, dan ambil hikmah dari semua kejadian ini. Bapak harap kalian bisa bahagia." ucapnya dan berlalu pergi.

Marsya jatuh terduduk di kursi, ia tidak percaya hidupnya akan menjadi rumit seperti ini. Seluruh tubuhnya bergetar, karena menahan amarah. Akhirnya para kerabat memutuskan untuk membubarkan acara.

Seorang wanita paruh baya berpakaian syar'i lengkap dengan jilbab berwarna senada mendekatinya. "Nak, maafkan anak ibu! Dia tidak bermaksud jahat. Alex hanya ingin membantu." ucapnya lembut, ia mengusap punggung Marsya untuk berusaha menenangkannya.

"Maaf Bu, jadi pemuda ini anak Ibu Mayang?" tanya Siti.

"Iya, Alex ini anak saya. Saya harap Bu Siti dan Nak Marsya bisa menerima niat baik anak saya." pinta ibu Alek yang ternyata bernama Mayang.

Yasmin, Fahra dan Marsya tidak percaya mendengar penuturan Mayang, namun tidak ada yang berani menjawab perkataannya karena Mayang terlihat sangat baik.

"Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada ibu, karena anak ibu sudah mau membantu Marsya." ucap Siti penuh haru.

Marsya menatap bibinya kesal, ia tidak mengerti kenapa bibinya bisa berbicara seperti itu.

"Alex, aku masih nggak percaya kenapa kamu..?" ucapan Yasmin menggantung di udara, ia tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Alex kali ini.

"Sudahlah, anggap saja ini semua sudah takdir!" kata Alex tanpa beban.

Siti mempersilahkan Alex, Mayang dan sahabat Marsya untuk masuk ke dalam rumah.

"Tapi Bi.." Marsya ingin protes, namun ia merasa tidak enak dengan ibunya Alex.

Siti menjamu semua orang dengan layak, walaupun makanannya terlihat sederhana. Semua orang memakan hidangan yang tersaji, kecuali Marsya dan Alex. Mereka sibuk dengan ponselnya masing-masing.

Sebenarnya Siti lah yang mengundang Mayang untuk menghadiri pernikahan Marsya, Mayang adalah salah satu langganannya. Mayang sering memesan katering darinya, dan mereka menjadi lebih akrab.

Beberapa saat yang lalu

Alex menemani ibunya untuk menghadiri undangan salah satu kenalannya, sebelumnya Alex sempat menolak ajakan Ibunya. Namun Mayang memaksa karena tidak ada yang mengantarnya, dan akhirnya Alex tidak bisa menolak permintaannya.

Setelah tiba di tempat undangan, Alex dan Mayang duduk di kursi yang sudah tersedia. Bukan di dalam gedung melainkan di depan rumah kecil saling berdempetan.

"Bu, siapa sih yang mau menikah?" tanya Alex, sebenarnya ia tidak tahan berada di tempat yang kumuh (menurutnya).

"Keponakan temen ibu, ibu hanya menghormatinya saja. Tidak sopan jika ibu tidak menghadiri undangannya." jelas Mayang.

Alex mengerti dan menganggukkan kepalanya, ia bermain ponsel untuk menghilangkan rasa bosan.

Tiba-tiba orang-orang mulai berbisik. "Kasihan Marsya yah, calon suaminya membatalkan pernikahannya." ucap salah satu tetangga.

Merasa terganggu, Alex pun mulai mencari tahu apa yang sedang terjadi.

"Bu, ada apa sih heboh banget." tanya Alex.

Mayang memutuskan untuk mencari tahu, karena ia pun mulai penasaran.

"Bu, ada apa ya? Kok heboh banget." Mayang bertanya kepada seorang wanita yang ada di sampingnya.

Wanita itu menghela nafasnya, "Kasihan si Marsya, katanya Bu Siti menerima telepon dari calon suaminya. Tapi tiba-tiba mereka membatalkan pernikahannya secara sepihak." terangnya.

Alex terkejut mendengar nama Marsya di sebut, "Maaf Bu, siapa nama pengantin wanitanya?" tanya Alex penasaran.

"Namanya Marsya, kasihan sekali dia."

"Marsya? Jangan-jangan Marsya yang aku kenal." Alex membatin.

Tidak sengaja ia melihat photo prewedding yang di pajang tidak jauh dari tempat duduknya, kemudian Alex mendekati photo itu untuk memastikannya.

Alek mengambil dan mengamati photo yang berbingkai itu, "Ya ampun, benar-benar dia." gumam Alex.

Ia kembali menaruh photo itu ke tempat semula dan kembali duduk bersama ibunya.

"Bu.." panggil Alex.

"Iya Nak, ada apa?" tanya Mayang.

"Bu, Alex mau menikahi gadis itu." perkataannya sontak membuat Mayang kaget.

"Jangan bercanda kamu, masa kamu mau nikah sama perempuan yang tidak kamu kenal." Mayang mengira jika Alex sedang bercanda padanya.

Memang benar yang diucapkan Mayang, karena ibunya itu tidak tahu kalau Marsya adalah teman sekolahnya dan mereka sudah lama saling mengenal.

Alex kembali menatap wajah ibunya sembari memegangi tangannya. "Bu, dia perempuan baik-baik. Bukan kah ibu mau Alex segera menikah?" bujuk Alex.

"Tapi Lex, tidak bisa begitu. Bagaimana dengan ayahmu?"

"Ayah pasti setuju dengan semua keputusan ibu. Lagi pula kasihan Marsya." ucap Alex memelas.

"Tapi..." Mayang berpikir sejenak.

"Baiklah.." Mayang setuju dengan rencana Alex.

"Yess..." Alex menampakkan senyum kemenangannya, entah apa yang ada dipikiran Alex saat ini.

Dengan bermodal peci yang ia pinjam dari tetangga Marsya, dan juga gelang yang sedang dipakai oleh ibunya ia jadikan sebagai mas kawin. Alex bertekad untuk menikahi Marsya, bahkan pakaiannya pun sudah mendukung rencananya saat ini. (Orang kaya kalau kondangan pakai setelan jas)

Alex mencegah penghulu yang akan pergi karena terlalu lama menunggu, "Pak penghulu, tunggu dulu! Pernikahannya tidak jadi dibatalkan, saya mempelai prianya." ucap Alex meyakinkan. Setelah berbicara panjang lebar, akhirnya pak penghulu setuju untuk menikahkan Alex dan Marsya.

°°°

Marsya masih sibuk dengan ponselnya, ia berusaha menghubungi laki-laki yang sudah menipunya. Namun hasilnya nihil, nomor yang Marsya hubungi sudah tidak aktif.

Yasmin dan Fahra menghampiri Marsya untuk berpamitan, mereka khawatir melihat raut wajah Marsya sahabatnya.

"Sya.. Siapa pun yang jadi suami kamu, aku dan Fahra akan selalu mendukung kamu. Kami harap pernikahan kalian akan bahagia." ucap Yasmin mendo'akan.

Tiba-tiba Alex merangkul Marsya dari belakang, "Tentu saja kami akan bahagia." ucap Alex menampilkan smirknya.

Yasmin dan Fahra tidak menghiraukan ucapan Alex, mereka berharap ucapan Alex benar-benar menjadi kenyataan.

Yasmin menarik tangan Marsya, ia mengajak Marsya untuk mengambil photo. Walaupun Marsya menolak, tapi kedua sahabatnya itu tetap memaksa.

"Jangan sedih ya, masa pengantin sedih. Kita pamit dulu, selamat menempuh hidup baru." pamit Yasmin, dan ucapannya berhasil membuat Marsya menjadi kesal.

"Welcome to my complicated life" ucap Marsya pada dirinya sendiri.

°

°

°

Cerita ini hanya fiksi🤗

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!