Penderitaan

Setelah sahabatnya pulang, Marsya meninggalkan Alex dan ibunya di ruang tamu. Marsya masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti pakaian, setelah itu ia kembali menemani Mayang. Ia merasa tidak sopan jika terlalu lama meninggalkan wanita yang kini sudah menjadi mertuanya.

Kini ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi Mayang, ia sangat bersyukur mempunyai mertua seperti Mayang namun di sisi lain ia juga kecewa karena telah menikah dengan Alex.

"Bu, ayo kita pulang!" ajak Alex, ia berdiri dan mengulurkan tangannya pada Mayang.

Mayang memelototi Alex, "Loh, kamu gimana sih. Kamu nggak boleh pulang! Malam ini kamu nginep sini dulu, besok bawa Marsya pulang ke rumah!" bagaimana bisa Alex meninggalkan perempuan yang baru saja ia nikahi sendirian di rumah.

"Iya Bu, Alex tahu. Sekarang Alex anterin ibu pulang dulu." ucap Alex.

"Marsya nggak papa ko Bu, ibu dan Alex pulang aja!" sela Marsya. Marsya memang tidak ingin berada dalam satu rumah dengan Alex, ia mencoba menolak secara halus ajakan Mayang.

Alex melongo tak percaya, kenapa Marsya selalu menolaknya. Apa yang kurang dari dirinya pikir Alex.

Mayang berdiri mendekati Marsya dan memeluknya, "Kalian sudah sah menjadi suami isteri, jadi sudah seharusnya kamu mengikuti Alex." ucap Mayang, Marsya terharu bisa merasakan pelukan hangat seorang ibu selain bibinya.

Hatinya luluh mendengar ucapan Mayang, ia tidak berani membantah perkataannya.

Mayang melepaskan pelukannya, ia tersenyum pada Marsya. "Ibu pamit pulang dulu, besok kamu ikut Alex pulang ke rumah ya!" pinta Mayang. Marsya mencium punggung tangan Mayang sebelum ia pergi meninggalkan rumahnya.

Alex tidak mau kalah, ia mengulurkan tangannya pada Marsya sambil tersenyum. Marsya mengabaikannya, ia tidak mau mencium tangan Alex. Alex pun mengadukan sikap Marsya pada ibunya, "Lihat Bu, menantu ibu ini isteri yang tidak patuh." ucap Alex mengadu.

Marsya menatap Mayang, ia takut jika ibu mertuanya itu menganggapnya sebagai perempuan tidak baik.

Dengan cepat Marsya meraih tangan Alex dan menciumnya dengan kasar, kemudian Alex mendekati Marsya untuk memberikan pelukan padanya, namun Marsya memundurkan langkahnya dan mendorong tubuh Alex.

"Ibu hati-hati di jalan." ucap Marsya. Sebelum Alex mengadukannya lagi, Marsya lebih dulu mendekati Mayang dan merangkul lengannya.

"Iya sayang, sampaikan salam ibu pada Bu Siti." Marsya menganggukkan kepalanya patuh.

Sepeninggal Alex dan ibunya, Marsya hanya diam di dalam kamarnya. Ia tidak tahu harus merasa senang atau sedih, bahkan ia tidak bisa meneteskan air matanya.

Akhirnya Marsya tertidur, karena terlalu lelah memikirkan bagaimana ia akan melanjutkan hidupnya.

°°°

Alex memarkirkan mobil di depan rumahnya, dan ternyata ayahnya sudah lebih dulu tiba di rumah. "Bu, ayah sudah pulang. Nanti ibu bantu Alex bicara pada ayah." pinta Alex.

Mayang menganggukkan kepalanya pertanda setuju. "Alex ganti baju dulu." pamit Alex. Alex masuk ke dalam rumah, ia mengganti pakaian di kamarnya yang berada di lantai dua. Setelah itu ia turun dan mencari ibunya, ternyata ayah dan ibunya sudah berada di ruang tengah.

Alex mendudukkan tubuhnya di sofa, ia menghela nafas untuk menghilangkan kegugupannya. Alex menatap ibunya sekilas, Mayang mengisyaratkan pada Alex agar ia segera memberitahu ayahnya.

"Yah, Alex mau bicara." ia memberanikan diri untuk membuka suara.

"Katakan saja!" jawab ayahnya, ia sama sekali tidak mengalihkan pandangannya. Angga tetap fokus membaca dokumen yang berada di tangannya.

Alex merasakan tangannya berkeringat, "Alex sudah menikah yah."

Dokumen yang sedang dipegangnya jatuh ke lantai begitu saja, sontak Angga berdiri dari duduknya karena sangat terkejut mendengar pertanyaan Alex.

Angga mengangkat wajahnya menatap Alex dengan tajam, kemudian ia menolehkan wajahnya pada Mayang untuk mencari penjelasan. Mayang hanya mengangkat kedua bahunya acuh, dan ia tidak kuat menahan tawa. Walau bagaimanapun kejadian hari ini memang terkesan mendadak dan sangat konyol.

Alex menundukkan kepalanya, ia siap menerima makian dari Angga ayahnya. "Ayah sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menghadapi kamu." keluh Angga. Angga menggelengkan kepalanya frustasi sambil menyilang tangan di dada.

"Kamu selalu berbuat sesuka hati kamu, apa perempuan itu sudah hamil?" tuduh Angga. Memangnya ada alasan apa lagi selain perempuan itu sudah hamil, tidak mungkin Alex tiba-tiba menikah jika ia tidak melakukan kesalahan.

Mayang mendekati Angga untuk meredakan amarahnya, "Bukan begitu maksud Alex yah."

Angga kembali menatap Mayang, "Ibu sudah tahu?" tanya suaminya. Mayang menganggukkan kepalanya perlahan, sebenarnya ia juga takut Angga akan marah padanya.

"Kapan kalian menikah?"

"Tadi siang." jawab Alex tanpa ragu.

"Apa?" teriak Angga.

"Kamu pikir pernikahan itu lelucon? Bagaimana bisa...," Angga sudah kehabisan kata-kata. Ia menyambar bantal sofa yang tergeletak di atas sofa, Angga berniat memukul Alex dengan bantal itu, bahkan Alex sudah bersiap mengangkat tangannya di atas kepala, namun Mayang berusaha menghalanginya.

"Ayah.. Sudah! Semuanya sudah terjadi, kita tidak bisa berbuat apa-apa." Mayang menarik tangan Angga dan membawanya masuk ke dalam kamar. Ia berniat menceritakan semuanya pada Angga, Mayang yakin Angga tidak akan pernah membantah ucapannya.

Alex pergi meninggalkan rumahnya, ia menganggap kemarahan ayahnya adalah hal yang biasa.

Sebelum ia pergi ke rumah Marsya, Alex pergi ke tempat karaoke yang sering ia datangi bersama teman-temannya. Apalagi hari ini adalah akhir pekan, biasanya ia selalu menghabiskan waktunya di tempat itu. Namun hari ini ia datang terlambat, karena ia harus mengantar ibunya.

Alex memasuki ruangan yang biasa ia gunakan bersama teman-temannya, benar saja semua teman-temannya sudah lebih dulu berada di sana.

"Hai kawan! Kemana aja lu, jam segini baru nongol. Karena lu telat, malam ini lu yang bayar minumannya!" ucap Evan.

"Ok! Malam ini gua yang traktir, karena hari ini adalah hari pernikahan gua." Evan sampai tersedak mendengar ucapan Alex, Evan menyemburkan minuman dari mulutnya hingga pakaian wanita pemandu lagu yang ada di pangkuannya menjadi basah.

Alex bersikap biasa saja, ia tahu teman-temannya akan terkejut mendengar kabar pernikahannya. "Lu beneran udah nikah Lex?" tanya Daniel tak percaya.

"Terserah lu kalau nggak percaya."

Daniel, Evan dan Jefri menatap satu sama lain, "Lu dijodohin Lex?" Evan penasaran. Pasalnya sejak kemarin Alex tidak mengatakan apapun tentang pernikahannya, tapi kenapa tiba-tiba hari ini Alex mengatakan kalau dia sudah menikah.

"Nggak! Gua nikah sama si Marsya, teman sekolah kita dulu." jelas Alex.

"What...?" ucap ketiga teman Alex serempak.

"Ko bisa?" sela Daniel, Alex pun mulai menceritakan semuanya pada teman-temannya.

"Bukannya dulu Lu benci banget sama dia?" ucap Daniel. Alex mengangkat kedua bahunya acuh.

"Nggak tahu juga, mungkin gua cuma penasaran aja." Alex berucap tanpa beban.

"Udah lah mending kita minum sampai puas, gua yang traktir." Alex meminum minuman keras yang ada dihadapannya.

Teman-temannya pun setuju, dan mereka bergabung bersama Alex. Evan memesan beberapa botol minuman lagi, ia juga meminta satu orang wanita pemandu lagu untuk menemani Alex.

Tak membutuhkan waktu lama seorang wanita seksi berambut panjang datang dari balik pintu dan tanpa rasa malu ia langsung duduk di atas pangkuan Alex.

°°°

Tubuh Marsya menggeliat di atas ranjang, ia mengucek matanya agar penglihatannya terlihat jelas.

Dengan mata yang masih menyipit, ia berjalan mendekati jendela. Marsya menyingkap tirainya, barulah ia menyadari jika langit sudah terlihat gelap.

"Ya ampun, jam berapa ini?" gumam Marsya, ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas ranjang.

"Sudah jam delapan malam." Marsya merasa senang saat ia menyadari jika Alex tidak ada, ia yakin Alex tidak akan datang ke rumahnya.

Marsya pergi ke kamar mandi yang berada di dekat dapur sambil membawa sebuah handuk, ia ingin membersihkan diri karena tubuhnya sudah terasa lengket.

Setelah menghabiskan waktu beberapa menit ia pun keluar dari kamar mandi mengenakan handuk yang melilit di tubuhnya, dengan rambut panjangnya yang basah dan masih meneteskan air.

Saat ia berjalan menuju kamarnya, ia terkejut mendapati seseorang yang sedang duduk di dalam ruang tamunya. Marsya memang tidak sempat mengunci pintu karena ketiduran.

"Akkkhhhh..." teriak Marsya, Marsya menghentikan langkahnya, ia sangat terkejut dengan kehadiran Alex.

Alex melihat Marsya hanya mengenakan handuk yang minim, jika Alek menatap ke bagian atas tubuh Marsya ia dapat melihat belahan dad*nya, dan jika ia menatap kebawah ia akan melihat pangkal pa*a mulus milik Marsya. Menyadari bahwa Alex sedang melihatnya dengan tatapan mesum, Marsya segera menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya.

Alex menelan salivanya, membuat jakunnya terlihat naik turun.

"Ngapain kamu disini?" pekik Marsya.

"Lu nggak inget kita udah kawin?" Alex tidak tahan melihat tubuh Marsya yang sangat menggoda.

Marsya diam dan tidak bisa menjawab, Alex bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari Marsya. "Ngapain lihat-lihat, aku sumpahin mata kamu buta." umpat Marsya.

"Suka-suka gua lah." Alex menjawab dengan santainya.

Alex tidak dapat menahan diri setelah melihat tubuh Marsya, apalagi saat ini ia sedang berada dalam pengaruh alkohol. Walaupun kesadaran Alex tidak hilang sepenuhnya, ia tetaplah seorang laki-laki normal.

Pikiran kotor mulai muncul dalam otaknya, ia berjalan mendekati Marsya. Marsya menyadarinya dan mulai memundurkan langkahnya, ia takut Alex akan berbuat macam-macam padanya. Walaupun Alex sudah menjadi suaminya, namun Marsya masih belum siap atau mungkin ia sama sekali tidak ingin melanjutkan hubungannya dengan Alex.

"Ngapain kamu?" selidik Marsya.

"Menurut Lu?" goda Alex dengan smirknya.

"Pergi kamu, jangan deket-deket!" usir Marsya.

Bukannya menjauh Alex malah semakin mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Marsya, langkah Marsya terhenti ia sudah tidak bisa kabur lagi, tubuhnya sudah mentok dengan tembok.

Alex mengunci tubuh Marsya di dinding dengan kedua tangannya, Marsya sudah ketakutan namun ia tidak bisa berteriak. Ia berusaha mendorong tubuh kekar Alex, namun tubuh Alex terlalu kuat.

"Kamu jangan macam-macam ya, aku minta kamu pergi dari sini!" ucap Marsya melemah. Marsya menatap ke arah lain karena wajah mereka hampir bertemu membuatnya tidak nyaman untuk berbicara dengan Alex, bahkan Marsya dapat mencium bau alkohol menyeruak di hidungnya.

Marsya dapat merasakan nafas Alex yang memburu, "Gua suami Lu, jadi lu nggak bisa nolak." ucap Alex penuh penekanan.

Sudah tidak ada jalan lain, ia kembali mencoba mendorong tubuh Alex dengan kedua tangannya. Namun usahanya kembali gagal, rasanya Marsya ingin menangis saja.

Alex tidak menghiraukan ucapannya, matanya fokus melihat bibir mungil berwarna merah muda milik Marsya. Alex mendekatkan bibirnya dengan bibir Marsya, dan ia mulai mencium Marsya dengan paksa.

Karena Alex tidak juga melepaskan ciumannya, akhirnya Marsya nekad menggigit bibirnya sendiri hingga mengeluarkan darah. Alex merasakan darah Marsya yang terasa asin mengenai lidahnya, ia akhirnya melepaskan bibir Marsya dan melihatnya meneteskan air mata.

Saat tubuh Alex melemas, Marsya mendorongnya dan segera berlari ke kamar sambil memegangi handuknya yang hampir melorot. Alex menatap Marsya yang menghilang di balik pintu, pada akhirnya ia merasa bersalah kepada Marsya.

Marsya menutup pintu dengan keras, ia menyandarkan tubuhnya di daun pintu. Tangisnya pecah, ia merasa dirinya seperti seorang wanita yang murahan.

"Penderitaan mu baru saja di mulai Marsya." ucap Marsya pada dirinya sendiri.

❤️

❤️

❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!