Suamiku Bukan Milikku
Hari ini adalah hari kelulusan bagi murid-murid SMA BAKTI. Semua murid harus berkumpul di lapangan untuk mendengarkan pengumuman dan instruksi dari kepala sekolah.
Dia adalah Kirana Hapsari, gadis cantik yang selalu menjadi juara umum se-angkatannya. Tapi hari ini merupakan hari penentuan bagi seorang Kirana, walaupun selalu menjadi juara umum, untuk kelulusan ini tidak bisa dijadikan acuan bisa mendapatkan nilai baik ataupun tertinggi.
Banyak pepatah mengatakan 'Orang Bodoh itu akan kalah dengan Orang Pintar, tapi Orang Pintar akan kalah dengan Orang yang Berpengalaman, sedangkan Orang yang Berpengalaman akan kalah dengan Orang yang Beruntung'.
Kirana tetaplah Kirana, yang selalu memikirkan sesuatu hal dengan teramat serius. Otaknya selalu bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
"Kirana, kenapa harus terlinat panik seperti itu?" tanya Bella pelan saat berjalan menuju lapangan untuk berkumpul.
"Rasanya agak berbeda dari biasanya Bella. Kalau aku tidak bisa mendapatkan nilai terbaik, Ayahku tidak akan menguliahkan aku," ucap Kirana pelan dengan wajah sedih.
"Mustahil kalau kamu tidak menjadi yang terbaik. Lihatlah semua orang santai bahkan cuek saat ujian itu berlangsung sedangkan kamu, melihat kami saja tidak, hanya buku saja yang dibaca," ucap Bella mengingatkan Kirana yang belajar serius saat menghadapi Ujian Nasional.
"Woy... main tinggal aja. Tadi aku dengar pembicaraan guru, kalau ujian kali ini, nilai terbaik diraih oleh orang yang tidak biasa. Siapa ya?" ucap Mecca dengan polosnya.
Kirana langsung tertunduk lesu mendengar ucapan Mecca.
Melihat gerakan Kirana yang langsung melemas, Bella menyikut lengan Mecca dan mengedipkan satu matanya agar diam dan tak melanjutkan ucapannya.
"Maafkan aku, Kirana. Aku tidak bermaksud apa-apa," ucap Mecca pelan meminta maaf. Mecca sadar, Kirana adalah gadis yang sensitif dalam hal pelajaran, bukan karena tidak mau tersaingi tapi orang tua Kirana selalu menuntut Kirana untuk menjadi yang terbaik.
Kirana hanya tersenyum mendengar permintaan maaf dari sahabatnya itu. Kirana tahu, Mecca sahabatnya hanya bercerita tentang apa yang diketahuinya bukan untuk memanas-manasi.
"Gak apa-apa Mecca, mungkin aku yang belum beruntung," ucap Kirana yang sudah pasrah dengan hasil Ujian Nasional nanti.
"Kirana, Mecca, lihat itu anak nakal pindahan dari sekolah lain. Mana ada yang mau berteman dengan dia. Bisa masuk sekolah ini juga karena Pak Tito adalah tetangga rumahnya. Itu yang aku dengar tapi kurang tahu juga," ucap Bella penuh semangat.
Kirana dan Mecca menatap lelaki itu dengan seksama.
"Tapi wajahnya tidak terlihat nakal. Memang ada kasus apa di sekolahnya terdahulu?" tanya Mecca yang ikut penasaran.
"Waduh, kalau itu kurang paham. Kemarin denger dari adik kelas, katanya sih tetangganya juga," ucap Bella antusias.
"Sudah ya, gak usah ghibah, dengerin tuh, Kepala Sekolah mau berorasi," ucap Kirana pelan sambil menutup bibirnya dengan jari telunjuknya tanda untuk diam.
Sudah setengah jam, Kepala Sekolah memberikan nasihat dan wejangan bagi murid-murid SMA BAKTI yang lulus pada hari ini.
"Bagi yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kalian harus lebih giat belajar agar menjadi orang yang sukses dan berguna bagi keluarga, nusa dan bangsa. Bagi yang tidak melanjutkan pendidikannya, bekerjalah kalian dengan baik dan jujur. Kunci orang suksea adalah kejujuran, selama kalian jujur dan amanah maka banyak orang yang akan memakai tenaga dan pikiranmu. Akhir kata Bapak ucapkan buat kalian semua dan beberapa murid yang mendapatkan nilai tertinggi hanya berbeda enol koma saja. Murid beruntung yang mendapatkan nilai tertinggi adalah MUHAMMAD SYAKIR, selamat untuk SYAKIR silahkan maju ke depan, dan nilai tertinggi kedua di raih oleh KIRANA HAPSARI, selamat untuk KIRANA silahkan maju ke depan. Ada hadiah dan cinderamata untuk kalian berdua," ucap Kepala Sekolah penuh semangat.
Syakir dan Kirana berjalan menuju ke depan. Semua murid bersorak-sorai dengan gembira. Banyak yang bersiul dan memanggil nama Kirana.
Kirana termasuk gadis cantik masuk dalam jajaran gadis yang digilai oleh kaum Adam di sekolahnya.
Syakir adalah murid pindahan yang dikeluarkan dari sekolah lamanya karena salah paham. Syakir adalah lelaki dengan IQ diatas rata-rata, sangat pintar tanpa harus belajar keras, hanya dengan mendengarkan Syakir mampu mengingat dengan baik.
Keduanya sudah berdiri di depan di dekat mimbar. Setiap murid diminta untuk memberikan sedikit pidato untuk kesan dan pesan selama bersekolah di SMA BAKTI.
Syakir mendapatkan waktu yang lebih awal untuk memberikan sepatah dua patah kata untuk sekolah tercintanya.
Setelah lima belas menit berlalu, giliran Kirana yang memberikan kesan selama bersekolah di SMA BAKTI.
Semua murid memberikan applaus luar biasa ramai, sorak-sorai gemuruh murid-murid menunggu waktu kelulusan akan dibacakan oleh Kepala Sekolah.
"Semua murid-murid yang Bapak sayangi, pagi ini kita mengucapkan rasa syukur kita kepada Allah SWT, karena kalian semua LULUS dengan nilai baik, Bapak ucapkan selamat kepada kalian semua," ucap Kepala Sekolah dengan lantang.
Saat semua murid berbahagia dengan melompat, berteriak, menjerit atau dengan salto sebagai ungkapan rasa bahagia atas kelulusan mereka semua.
Berbeda dengan Kirana yang masih terdiam di depan lapangan menatap kosong ke arah teman-temannya. Pandangannya beralih pada nilai ujian yang telah diterimanya. Nilainya bukan yang tertinggi dan juga bukan nilai yang sempurna. Konsekuensinya sudah sangat jelas, bahwa Kirana tidak bisa meneruskan pendidikannya apalagi harus mengejar cita-citanya sebagai perawat.
Syakir menatap Kirana dengan heran, disaat semua orang berbahagia, gadis cantik disampingnya malah terlihat lesu dan bersedih. Syakir memberanikan diri untuk memperkenalkan diri kepada Kirana.
"Namaku Syakir, kamu Kirana?" tanya Syakir pelan.
"Betul, aku Kirana. Salam kenal Syakir," ucap Kirana pelan.
"Ibumu sakit apa, Kirana?" tanya Syakir pelan yang tampak peduli kepada Kirana.
Kirana menatap Syakir dengan heran, darimana Syakir tahu tentang Ibu Kirana yang sedang sakit.
"Bagaimana kamu tahu tentang Ibuku, Syakir?" tanya Kirana kepada Syakir.
Syakir tersenyum lalu tertawa kecil menatap Kirana.
"Kamu tidak akan kenal aku, Kirana. Bagaimana kamu kenal aku, jika kamu tidak pernah keluar rumah. Rumah Nenekku hanya berbeda lima rumah dari rumahmu," ucap Syakir menjelaskan.
"Benarkah itu Syakir? Sebelumnya kamu sekolah dimana?" tanya Kirana pelan.
"Aku dari Bandung, Kirana. Aku dipindahkan oleh orang tuaku untuk menemani Nenekku. Tapi, aku harus kembali ke Bandung untuk melanjutkan kuliahku disana," ucap Syakir penuh semangat.
Sama seperti Kirana, Syakir juga harus mendapatkan nilai tertinggi jika ingin kembali tinggal bersama orang tuanya dan meneruskan kuliah disana.
Mendengar ucapan Syakir, Kirana hanya menundukkan kepalanya.
"Kamu kenapa Kirana? Tidak biasanya bersedih," tanya Syakir pelan.
"Tidak apa-apa Syakir. Selamat sudah mendapatkan nilai terbaik dan tertinggi di sekolah. Aku harus kembali pulang, untuk mengurus Ibuku yang sedang sakit," ucap Kirana pelan lalu pergi meninggalkan Syakir sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
aku mampir Thor
2023-12-24
0
Lela Lela
semangat kirana
2022-11-15
2
Taufiq Saparudin
keren ceritanya kk... 🙏
2022-11-15
1