BUKAN SALAH NIRA

BUKAN SALAH NIRA

01

Beberapa bulan berlalu namun Raka masih bisa merasakan sakitnya hati karena ulah Friska.

Friska benar benar sudah membuat hidupnya hancur.

Raka yang tulus menyayangginya kini merasa sangat patah hatinya.

Setelah mengetahui fakta tentang Friska, Raka memang sudah tidak lagi mengunjungi Nira, bukan tanpa sebab karena Ia tidak ingin semakin sakit melihat adik dari kekasihnya yang sudah meninggal itu.

Raka menyibukan diri dengan bekerja bekerja dan bekerja hingga perusahaan yang diberikan Aiden kini sukses ditangannya.

Meski begitu kenangan menyakitkan tentang Friska masih tetap menyelimuti pikiran nya.

Malam ini Raka menghabiskan malam disebuah club malam, setelah pekerjaan nya selesai, Raka ingin menghibur dirinya sejenak, bersenang senang dengan para gadis murahan yang menawarkan diri padanya.

"Tuan ponselmu berdering." Ucap gadis yang menemani Raka minum.

Raka mengambil ponselnya, melihat nama Nira yang ternyata meneleponnya. Raka membiarkan ponselnya berdering hingga akhinya mati sendiri.

Tak berapa lama satu pesan masuk yang tak lain juga dari Nira,

"Bagaimana kabarmu kak? Sudah lama tidak menjenguk Nira, apa kakak baik baik saja?"

Raka tersenyum sinis membaca pesan itu dan tak berapa lama ada satu pesan lagi dari Nira.

"Besok aku lulus kak, apa kakak tidak ingin merayakan kelulusanku?" Tanya Nira lagi.

Raka kembali tersenyum, "Merayakan kelulusan, sepertinya ide yang bagus." Gumam Raka yang akhirnya membalas pesan dari Nira.

"Baiklah, aku pasti besok akan datang, kita rayakan kelulusanmu." Balas Raka.

Sementara Nira yang sudah lama menunggu kedatangan Raka, tampak senang saat pesannya di balas oleh Raka.

Entah apa yang terjadi, Nira merasa Raka sudah berubah, jarang menjenguknya di asrama dan mengajaknya ke makam Friska padahal sebelum ini, Raka tidak pernah absen, setiap minggu selalu menjenguk dan mengajaknya ke makam Friska.

"Apa karena kak Raka sudah memiliki kekasih baru?" Tebak Friska.

"Tidak, kak Raka tidak boleh memiliki kekasih baru sebelum menemukan siapa pembunuh Kak Friska, besok aku harus bicara padanya." Gumam Friska dan langsung beranjak tidur karena hari ini sudah larut malam.

Pagi ini Nira terlihat sangat bahagia, akhirnya hari yang Ia tunggu sudah tiba dimana Ia merayakan kelulusan sekolah menengahnya.

Setelah kelulusan Ia akan menikah dengan kekasihnya. Vans, pria yang sudah setahun menjadi kekasihnya itu.

Ponsel Nira berbunyi, satu pesan masuk memudarkan senyum Nira. Pesan dari Vans yang mengatakan jika Ia tidak bisa datang menemani hari kelulusan membuat Nira kecewa. Ya tentu saja Nira akan kecewa karena hari ini Nira berencana mengenalkan Vans pada Raka meskipun Nira tahu mereka sudah saling mengenal.

Satu panggilan dari Vans diabaikan oleh Nira karena Nira merasa kesal dengan Vans yang selalu saja mengutamakan pekerjaan dari pada dirinya.

"Terus saja bekerja sampai kau juga lupa akan menikahiku!" Omel Nira sambil menatap ponselnya.

Sampai disekolahan, Nira melihat semua teman temannya didampingi keluarga membuat Nira merasa iri. Mengingat Ayahnya dipenjara tidak mungkin bisa menemaninya dan kakaknya... ah sudahlah.

"Apa yang kau pikirkan?" Suara bariton seorang pria mengejutkan lamunan Nira.

Nira berbalik menatap pria itu dan langsung tersenyum lebar, "kak, aku pikir kakak tidak akan datang." Kata  Nira senang melihat Raka datang menemani wisudanya.

Raka tersenyum, Ia mengulurkan bucket bunga untuk Nira, "Bunga yang cantik untuk adik ku yang paling cantik hari ini." Ucap Raka membuat Nira tersenyum malu.

"Jangan merayuku kak, ingat aku ini adikmu."

"Ya seharusnya kau menjadi adik iparmu jika saja kakakmu tidak mati." Kata Raka penuh penekanan membuat Nira sedikit heran, merasa ada yang aneh dengan ucapan Raka.

"Kakak sedang ada masalah?" Tanya Nira.

Sadar dengan apa yang Ia ucapkan, Raka segera menggeleng, "Pergilah kesana, sepertinya namamu dipanggil sebentar lagi." Kata Raka yang akhirnya diangguki Nira.

Nira meninggalkan Raka, Ia berjalan mendekati teman temannya. Dalam hati Nira merasa aneh dengan sikap Raka yang berubah tidak seramah biasanya.

Selesai acara, Nira kembali menemui Raka yang duduk dikantin seorang diri. Menghisap rokok dan menikmati es kopi.

"Sejak kapan kakak merokok?" Tanya Nira mengingat selama Ia bertemu dengan Raka, Nira sama sekali belum pernah melihat Raka merokok.

"Sejak dulu, kamu saja yang tidak tahu." Balas Raka acuh.

"Apa kakak sedang marah padaku?"

Raka menggelengkan kepalanya, "Tidak, mengurus perusahaan membuatku sangat pusing."

"Tapi kakak terlihat semakin tampan sekarang." Puji Nira.

"Benarkah?" Raka tersenyum penuh arti.

"Kakak ingin mengajak ku kemana? Katanya kita akan bersenang senang hari ini." Tagih Nira.

"Benar sayang, kita akan bersenang senang hari ini."

Nira mengerutkan keningnya, Raka memanggilnya sayang  membuat Nira terdengar aneh namun seketika Nira menghapus pikiran buruknya.

"Tenang jangan khawatir, dia hanya menganggapmu adik, dia hanya mencintai kak Friska." Batin Nira menenangkan dirinya.

Setelah berganti baju dan membawa beberapa baju ganti, Nira keluar dari asrama dan memasuki mobil Raka.

Raka mengatakan jika akan mengajak Nira pergi ke villa dimana ada sebuah pantai disana yang membuat Nira sangat girang karena sudah lama Nira tidak pergi ke pantai.

"Apa kita tidak ke makam kak Friska dulu kak? Aku ingin bercerita padanya kalau aku sudah lulus." Kata Nira saat Raka membelokan mobilnya ke kiri padahal arah makam Friska ke kanan.

"Kita kesana lain kali saja hmm."

Nira mengangguk mengerti, Ia tidak ingin banyak protes mengingat suasana hati Raka sedang tidak baik.

Setelah tiga jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di villa yang dituju. Villa mewah dimana letaknya sangat dekat dengan pantai.

"Wow ini sangat indah." Ungkap Nira.

Nira mengeluarkan ponselnya ingin memotret Villa namun sayangnya baterainya lowbat dan ponselnya mati.

"Ayo masuk dan makan malam lebih dulu." Ajak Raka yang diangguki Nira.

Keduanya memasuki Villa dan Nira merasa mereka hanya berdua disini.

"Apa tidak ada orang lain lagi kak?" Tanya Nira.

"Tidak ada, hanya kita berdua."

Nira hanya mengangguk saja, ada rasa khawatir saat dia hanya berdua dengan Raka namun segera kekhawatiran itu Ia tepis karena Ia tahu Raka hanya menganggapnya sebagai adik, tidak lebih.

Hingga akhirnya apa yang Nira khawatirkan benar terjadi dimana saat Nira ingin menganti bajunya dengan piyama namun tas yang Ia bawa tidak ada di mobil Raka.

"Tadi aku menaruhnya dibagasi."

"Jika tidak ada pakai baju yang ku belikan." Kata Raka.

Nira mengambil paper bag yang dibawa Raka lalu membukanya namun Ia terkejut dengan isi paper bag itu.

"A apa ini?"

"Pakai saja." Kata Raka tersenyum nakal.

Jantung Nira berdegup kencang melihat baju yang Ia pegang, bukan baju melainkan sebuah lingerie berwarna hitam.

"Sepertinya warnanya sangat cocok di kulit putihmu."

Bersambung...

Holaa readers... selamat datang didunia Nira, Raka dan Vans,... semoga kalian suka sama ceritanya.

Jangan lupa tinggalkan jejak yess... like vote dan komen...

Thankyou.

Terpopuler

Comments

Yuli Astuti

Yuli Astuti

Raka nackal

2023-08-12

0

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

raka mngulangi kesalahan yg sama buta akan cinta dan dendam

2022-09-14

0

Monica

Monica

yg slh kakaknya knpyg jd korban adiknya ..segitu kotor dan jht pikiranmu Raka ..kecewa dech😪

2022-09-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!