03

Sudah seminggu lamanya, Nira masih saja mengurung diri dikamar. Rasanya Ia sudah tidak ingin melanjutkan hidupnya lagi, bahkan Raka sama sekali tidak menghubunginya untuk minta maaf membuat Nira semakin hancur. Yang ada hanyalah ratusan panggilan dan pesan dari Vans yang Ia abaikan.

Ya Vans kekasihnya yang sama sekali belum tahu keadaannya saat ini.

Satu persatu Ia di datangi teman temannya untuk menanyakan apa yang terjadi namun Ia tidak ingin menceritakan pada semua orang, Tidak Nira akan menyimpan aib ini sendiri.

"Kau yakin baik baik saja? tidak periksa ke dokter? kau terlihat pucat Nira." tanya Lesti teman dekat Nira yang setiap hari datang ke kamarnya untuk menanyakan hal yang sama.

"Aku baik baik saja. aku hanya ingin sendiri." balas Nira dengan suara lemah, sudah beberaap hari Nira mogok makan, hanya makan sekali sehari.

"Kau putus dengan kak Vans?" tanya Lesti yang mengetahui hubungannya dengan Vans.

Nira menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku hanya ingin sendiri saja."

"Baiklah, aku tidak akan menganggu tapi kau harus ingat waktu kita berada di asrama hanya tinggal tiga bulan lagi, sebaiknya kau segera cari tempat tinggal lain." jelas Lesti yang langsung diangguki Nira.

Setelah Lesti keluar, Nira kembali merenung. Rencananya dulu setelah keluar dari asrama Ia akan menikah dengan Vans dan hidup bahagia bersama kekasihnya itu. Ia tidak harus bekerja dan Vans sudah mencukupi kebutuhannya dan biaya kuliahnya namun melihat keadaan nya sekarang rasanya Ia ragu akan melanjutkan hubungannya dengan Vans.

Meskipun Vans orang pertama yang menyentuhnya namun tetap saja saat ini dirinya menjadi wanita kotor karena telah di sentuh oleh pria lain Raka.

Mengingat Raka, Nira kembali menangis. Ia masih tidak percaya dengan apa yang Raka lakukan padanya.

"Jika saja kak Friska masih hidup, semua ini tidak akan terjadi." gumam Nira kembali menangis.

Sementara itu Vans sendiri terlihat sangat kacau dan uring uringan. Nira kekasihnya tidak menjawab teleponnya dan membalas pesannya bahkan Nira tidak ingin menemui dirinya padahal Vans setiap hari datang ke asrama, berharap Nira menemuinya dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Vans merasa ada yang tidak beres dengan Nira karena selama ini Nira tidak pernah marah hanya karena masalah sepele seperti ini apalagi hanya karena kesibukan Vans, Nira selalu bisa mengerti kesibukannya sebagai pengganti Hutama mengurus semua bisnis Hutama yang kini sudah pensiun dan hidup tenang di sebuah kampung.

"Sebenarnya apa masalahmu." gumam Vans masih berusaha menelepon Nira namun sejenak nomor Nira malah tidak aktif.

"Benar benar menyebalkan!" Vans membanting ponselnya di meja. Ia hanya ingin bertemu dengan Nira saat ini.

Vans meraup wajah nya frustasi, Ia sangat stres dan tak tahu lagi apa yang harus Ia lakukan agar Nira menghubunginya.

"Apa yang sedang anda pikirkan bos?" tanya Boni asisten Vans.

"Ck, Nira tidak bisa di hubungi membuatku sangat frustasi."

Boni tersenyum kecil merasa geli melihat bosnya begitu bucin dengan kekasihnya.

"JANGAN TERTAWA!"

Boni tersentak, "Maaf bos."

Vans menatap Boni kesal, Ia benar benar sangat frustasi dan Boni malah menertawakannya.

"Kenapa kita tidak melakukan yang biasa kita lakukan bos."

"Apa maksudmu?"

"Kita culik saja dia."

Seketika Vans tersenyum lebar mendengar saran dari Boni.

Bodoh, kenapa sama sekali tidak terpikirkan. dengan menculik Nira Ia bahkan bisa tahu alasan Nira marah padanya.

"Ck, jika masalah seperti ini tanyakan pada saya bos, saya pasti bisa mencari solusi." kata Boni dengan angkuhnya membuat Vans mendengus sebal.

"Bawa beberapa anak buahmu dan segera dapatkan Nira untuk ku." perintah Vans.

"Siap bos."

Vans tersenyum puas, begitu mudahnya hidup saat sudah menjadi bos. Ia bahkan tidak harus mencari sendiri dan semua beres. berkat kebaikan Tuan Hutama Ia bisa mendapatkan pencapaian setinggi ini.

Malam ini Boni memulai aksinya, bersama dua rekannya Ia mulai menyelusup ke asrama Nira.

Setelah salah satu rekannya berhasil membuat penjaga pingsan, Boni segera naik ke lantai atas mencari kamar Nira, kamar nomor tiga ratus enam.

Hingga bibir Boni melengkungkan senyum saat sudah mendapatkan kamar yang Ia tuju.

Segera Boni membuka pintu kamar yang terkunci itu. Boni memasuki kamar dan melihat seorang gadis mengenakan piyama berbaring meringkuk, Boni melihat wajah cantik gadis itu.

"Pantas saja bos sangat tergila gila padamu, lihatlah kau sangat cantik Nona." gumam Boni.

Boni mengeluarkan jarum suntik dan menyuntikan obat bius pada Nira agar tidak bangun setelah itu Boni segera membawa tubuh Nira ke mobil.

"Apa gadis ini untuk senang senang malam ini?"

Plakk, Boni memukul kepala salah satu rekannya, "Kau gila? dia kekasih bos!"

Seketika rekan Boni menutup mulutnya dan tidak lagi bicara.

Mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di pekarangan rumah mewah milik Vans. bahkan Vans sudah menunggu kedatangan mereka di depan pintu.

"Bos..." sapa Boni tersenyum bangga bisa melakukan pekerjaannya dengan baik.

Vans mendekat lalu memukul lengan Boni, "Jangan menyentuhnya biar aku saja yang membawa ke kamar." kata Vans posesif.

Boni tersenyum geli dan mempersilahkan bosnya mengendong Nira.

"Padahal aku yang mengendongnya saat di asrama tadi." gumam Boni saat Vans sudah berjalan menjauh membawa Nira.

Vans membaringkan tubuh Nira di ranjangnya. Vans menatap wajah kekasihnya itu, Ia merasa Nira terlihat berbeda dari terakhir saat mereka bertemu.

Nira terlihat lebih kurus, wajahnya pun tampak sedih.

"Apa yang terjadi sayang? apa yang membuatmu begitu sedih?" gumam Vans sambil mengelus pipi Nira.

Sementara Raka menjalani kehidupan seperti biasanya. Tidak ada rasa bersalah dalam hatinya karena sudah mempekosa Nira. Yang ada di pikiran Raka saat ini adalah mereka sama saja. Entah Friska ataupun Nira mereka sama sama murahan.

Raka kembali meneguk alkoholnya, mengingat Friska membuatnya sangat marah apalagi mengingat video yang Vans perlihatkan padanya, tampak Friska menikmati sangat menikmati sentuhan pria tua itu, sama seperti saat sedang bersamanya.

"******!" gumam Raka lalu meneguk minumannya hingga habis.

"Tuan, kau sudah mabuk sebaiknya kita segera memesan kamar." kata wanita malam yang menemani Raka.

Raka menatap wanita itu yang semakin lama semakin mirip Friska. Raka tersenyum lalu berkata, "Baiklah ayo kita ke kamar sekarang baby."

Wanita itu tersenyum girang dan segera memapah tubuh Raka, membawanya masuk ke dalam kamar.

"Tuan kau harus membayarku mahal malam ini." ucap wanita itu saat mereka sudah berada di kamar.

Plakk... Raka menampar pipi wanita itu lalu mendorong tubuhnya hingga terjungkal di ranjang.

"Tuan apa yang kau lakukan!" ucap wanita itu marah.

Raka tersenyum sinis, "Wanita murahan sepertimu pantas mendapatkan ini."

Raka menarik ikat pinggangnya lalu memukulkan ke tububh wanita itu hingga wanita itu menjerit kesakitan.

"Tuan, apa yang kau lakukan! jangan gila!" umpat wanita itu ingin melawan namun tenaganya sangat lemah.

Puas memukuli wanita itu hingga menangis, Raka melemparkan segepok uang lalu pergi meninggalkan wanita itu.

BERSAMBUNG...

jangan lupa like vote dan komen yahh

Terpopuler

Comments

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

raka jd nenyeramkan gini lbh seram dr hutama

2022-09-14

0

Sintia Hilya

Sintia Hilya

Raka kok sekarang jadi psikopat si

2022-09-11

0

Monica

Monica

aduh ..Raka kok jd jahat banget sih..🤧

2022-09-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!