05

Dengan tangan gemetar, Nira memegang sebuah tespack bergaris dua.

Nira menjatuhkan tespack itu ke lantai, Ia menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Tidak... tidak mungkin!"

Nira mengambil satu buah tespack lagi yang belum terpakai, Ia mencoba kembali dan berharap hasilnya negatif, Nira berharap tespcack itu rusak namun nyatanya kelima tespcak yang Ia beli dengan mereka yang berbeda sama sama menghasilkan garis dua.

Seketika tangis Nira pecah, pagi ini menjadi pagi yang menyedihkan untuk Nira karena Ia hamil dengan pria yang sama sekali tidak Ia cintai.

Ya Nira hamil anak Raka, mengingat beberapa bulan terakhir Ia tidak melakukan hubungan dengan Vans dan Raka pria terakhir yang menyentuhnya.

"Tidak mungkin... ini tidak mungkin terjadi." ucap Nira membuang kelima tespack di lantai lalu menangis.

Nira memukul mukul perutnya, "Keluar kau, keluar dari tubuhku sekarang! aku tidak ingin kau ada di dalam." ucap Nira terus memukul perutnya berkali kali hingga dirinya kelelahan.

Nira kembali ke ranjang, Ia meringkuk disana memikirkan apa yang harus Ia lakukan setelah ini.

"Apa aku menikah dengan Vans, biarkan bayi ini menjadi bayi Vans?" gumam Nira lalu menggelengkan kepalanya, "Tidak, ini bukan bayi Vans." Nira kembali menangis.

Hampir seharian Nira berada di ranjangnya, tidak makan tidak minum menyiksa dirinya, diam sambil memikirkan apa yang harus Ia lakukan setelah ini. Hingga akhirnya Ia sudah membuat keputusan.

Nira berencana memutuskan hubungan dengan Vans dan meminta Raka menikahinya, Ya Raka harus bertanggung jawab atas bayi ini. Bayi yang sama sekali tidak Ia inginkan.

Malam itu juga, Nira bergegas pergi ke kantor Raka karena memang Nira hanya tahu kantor Raka, Nira tidak tahu alamat rumah baru Raka.

Sampai disana kantor sudah sepi karena ini sudah pukul sembilan malam dan semua orang pasti sudah pulang namun Nira tak menyerah, Ia menemui satpam yang berjaga di sana.

"Maaf Nona, kami tidak bisa memberikan alamat rumah Pak Raka pada orang asing." ucap Satpam yang berjaga.

"Tapi saya bukan orang asing untuknya, katakan jika Nira mencarinya."

Melihat Nira hampir menangis membuat satpam itu Iba dan akhirnya menyambungkan panggilan telepon pada Raka.

"Pak Raka bilang tidak mengenalmu dan tidak ingin bertemu dengan siapapun malam ini." kata Satpam itu yang akhirnya membuat tangis Nira pecah.

"Pria brengsek! setelah dia merusak masa depanku, bisa bisanya dia mengatakan itu!" umpat Nira membuat satpam bingung.

"Sebaiknya Nona pergi saja!"

"Aku tidak akan pergi sebelum bertemu dengan nya." ucap Nira masih menangis.

Satpam itu menghela nafas panjang, Ia lalu kembali menelepon Raka dan mengatakan jika Nira tetap menunggunya.

Tak berapa lama mobil Raka memasuki pelataran kantornya. Ia keluar dan berjalan mendekati Nira yang duduk di lantai sambil menangis.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Nira berdiri dan langsung menampar Raka sekeras mungkin.

"Kau pria brengsek! bisa bisanya kau menghancurkan masa depanku!"

Raka yang emosi mendapatkan tamparan dari Nira segera mengenggam erat tangan Nira, "Apa yang kau lakukan hah!"

"Aku hamil! kau sudah menghamiliku. kau merusak masa depanku!" teriak Nira masih menangis membuat Raka melepaskan genggaman tangan Nira.

"Kau pikir aku percaya huh? kau sama saja murahan seperti kakak mu, kau pikir aku percaya anak yang kau kandung anak ku?" tanya Raka terdengar meremehkan.

Nira kembali ingin menampar Raka namun dengan cepat Raka mencekal tangannya, "Jangan berani menyentuhku dengan tangan muarahanmu itu!" bentak Raka lalu melepaskan tangan Nira kasar.

Nira menatap Raka tak percaya, selama ini Ia sudah tertipu dengan kebaikan Raka. Ya nyatanya Raka tidak sebaik yang Ia pikirkan. Raka sudah memperlihatkan iblis yang selama ini bersembunyi di balik kebaikan Raka.

"Bayi ini anakmu karena kau yang terakhir menyentuhku!" ucap Nira penuh penekanan.

"Kau mungkin tidur dengan pria lain setelah denganku." kata Raka terdengar santai namun sangat menyakitkan untuk Nira.

"Jadi kau tidak mau tanggung jawab? Baiklah aku akan pergi sekarang." ucap Nira terdengar menyerah dan berbalik ingin pergi.

"Aku akan menikahimu." kata Raka membuat langkah Nira terhenti.

"Aku akan menikahimu namun hanya secara siri sampai anak itu lahir aku ingin tes Dna dan jika benar itu anak ku, aku akan bertanggung jawab." kata Raka.

Nira berbalik, Ia tersenyum masam, "Jangan memaksa dirimu, jika ini bukan anakmu mungkin aku tidak akan datang kesini dan mengemis padamu."

Nira berjalan meninggalkan Raka namun tangannya di tahan oleh Raka, "Kita menikah besok pagi."

Nira ingin melepaskan genggaman Raka namun genggaman Raka terlalu kuat, "Lepaskan aku!"

"Ikut dengan ku sekarang!"

"Tidak, aku tidak mau!" tolak Nira namun Raka tetap memaksa dan membawa Nira memasuki mobilnya.

"Jika memang kau tidak mau mengakui anak ini, biarkan aku pergi!" pinta Nira.

Raka hanya diam, Ia sama sekali tidak merespon ucapan Nira dan terus melajukan mobilnya hingga keduanya sampai di asrama Nira.

"Istirahatlah, aku akan menjemputmu besok sore. Kita akan melakukan akad nikah besok sore." ucap Raka dengan suara lembut yang entah mengapa membuat Nira luluh tidak lagi membantah.

Nira keluar dari mobil Raka dan berjalan memasuki asrama. Mata Raka masih tak henti hentinya memandangi punggung Nira. Ia memang berencana membalaskan sakit hatinya pada Nira tidak peduli meskipun semua kesalahan Friska. Namun setelah mendengar Nira hamil entah mengapa membuat hati Raka menghangat. Sejujurnya Raka memang ingin memiliki anak. Tidak peduli anak siapa yang ada dikandungan Nira, Raka berniat tanggug jawab sampai anak itu lahir dan bisa di tes Dna.

"Hanya sekali aku melakukannya, bagaimana bisa Ia langsung hamil padahal bersama Friska aku sering melakukan tapi tidak kunjung hamil." gumam Raka lalu tersenyum dan melajukan mobilnya meninggalkan asrama Nira.

Sementara Nira sudah memasuki kamarnya. Saat ini Ia merasa sedikit lega karena Raka mau bertanggung jawab atas bayi yang Ia kandung meskipun Raka sempat menyakiti dirinya dengan ucapan Raka namun Nira tidak peduli asal Raka mau menikahinya karena memang bayi yang Ia kandung anak Raka.

Paginya, Nira memiliki janji untuk bertemu dengan Vans. Hari ini Nira berencana untuk mengakhiri hubungannya dengan Vans karena sore nanti Ia akan menikah dengan Raka.

"Aku tidak percaya kau mengajak ku bertemu sepagi ini, apa kau sudah tidak marah lagi baby?" tanya Vans terlihat senang.

"Ada hal penting yang ingin aku katakan."

"Hal penting apa? Sepertinya serius." ucap Vans merasa heran.

"Aku ingin kita putus."

Vans terkejut, Ia benar benar terkejut dengan apa yang Nira katakan.

"Apa maksudmu? Bukankah sebentar lagi kita menikah? Putus? Apa apaan ini!" Mata Vans menyorotkan amarah membuat Nira menunduk takut.

"Aku tidak bahagia bersama mu jadi ku mohon lepaskan aku." ungkap Nira membuat tangan Vans mengepal marah.

"Aku tidak mau!"

Bersambung...

Jangan lupa like vote dan komenn

Terpopuler

Comments

Monica

Monica

knp hrus bohong sih..ktkan saja yg sejujurnya..krna akhir dari sebuah kebohongan itu derita..

2022-09-16

0

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

terjadi perang raka sama vans ini

2022-09-14

0

3 semprul

3 semprul

jujur aja Nira... biar vans tau masalah yg sebenarnya...

2022-09-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!