02

Nira menatap Raka dengan tatapan tidak menyangka. Saat ini Raka benar benar sudah melecehkan dirinya.

Dengan penuh keberanian, Nira melemparkan lingerie itu tepat mengenai wajah Raka.

"Aku tidak mengerti apa maksud Kakak, tapi bukankah ini sangat keterlaluan?" tanya Nira dengan emosi mengebu.

Raka tertawa, "Apa kau lupa siapa yang sudah merawatmu setelah Friska mati?"

Nira kembali menatap Raka tak percaya "Ku pikir Kakak tulus merawatku karena mencintai kak Friska, ternyata aku salah." ucap Nira tersenyum hambar tidak menyangka dengan kenyataan pahit ini.

"Tidak ada yang gratis di dunia ini Nira, kau harus membalas budi dengan melayani ku malam ini!"

"Tidak, aku tidak mau!" tolak Nira mengingat Ia memiliki kekasih yang sangat Ia cintai dan Nira tidak ingin mengkhianati kekasihnya itu.

"Kau tidak bisa menolak!" Raka berjalan mendekati Nira membuat Nira berjalan mundur menjauhi Raka.

Nira yang takut segera berlari keluar namun sayang satu pintu sudah terkunci, Ia berlari lagi mencari pintu lainnya dan semua sudah terkunci.

Raka terlihat menertawakan ketakutan Nira,

"Ku mohon kak jangan lakukan ini." pinta Nira dengan tangan memohon.

"Sudah ku bilang tidak ada yang gratis di dunia ini Nira, kau harus membayar semuanya sekarang!"

Nira menggelengkan kepalanya sambil menangis, "Tidak kak, aku tidak mau."

Seolah tidak peduli dengan tangisan Nira, Raka menarik tubuh Nira dan membawanya ke kamar.

"Ku mohon kak jangan lakukan ini, ingatlah pada kak Friska, dia sangat mencintaimu."

Mendengar nama Friska dan cinta membuat emosi Raka semakin mengebu, bukan nya berhenti Raka malah melanjutkan aksinya melucuti baju Nira hingga polos tidak mengenakan apapun.

"kau lebih indah dari kakakmu." ucap Raka.

Nira menangis, Ia hanya bisa menangis menikmati setiap sentuhan Raka yang kasar. Tidak ada kenikmatan yang ada hanyalah sakit sakit dan sakit.

Hanya satu kali permainan, Raka sudah menghentikan aksi bejatnya, "Ternyata kau sama saja huh, wanita murahan! Bagaimana bisa kau tidak menjaga kesucianmu padahal kau masih sekolah!" ucap Raka sebelum meninggalkan Nira memasuki kamar mandi.

Nira kembali menangis, Tidak lagi menangis karena perlakuan Raka melainkan ucapan Raka yang mengatakan jika dirinya murahan.

Nira akui dirinya memang sudah tidak perawan karena sudah Ia berikan pada Vans kekasihnya, namun tidak seharusnya Raka mengucapkan itu. Raka benar benar tidak berhak mengatakan itu.

Sementara didalam kamar mandi, Raka menguyur tubuhnya dibawah shower. Ia sudah membalas kan sakit hatinya pada Friska dengan memperkosa Nira namun yang Ia rasakan tidak ada kepuasan. Nira benar benar tidak nikmat untuknya.

"Mereka sama saja, murahan!" gumam Raka lalu tersenyum sinis.

Selesai mandi, Raka segera keluar melihat Nira masih meringkuk dan menangis namun Ia sama sekali tidak peduli.

Raka mengabaikan Nira dan langsung keluar begitu saja tanpa mengucapkan apapun membuat Nira semakin hancur.

Nira menjambaki rambutnya sendiri, Ia benar benar sangat jijik dengan tubuhnya sendiri. Tubuh yang biasanya hanya di jamah oleh kekasihnya namun sekarang tubuh itu bahkan di jamah oleh orang lain yang bukan kekasihnya.

"Kenapa aku harus mengalami semua ini kak." ucap Nira sambil menangis, mengadu pada Friska yang sudah tidak mungkin lagi mendengarnya.

Nira membuka matanya setelah mendengar suara burung dan barulah sadar jika ini sudah pagi.

Nira merasa tubuhnya sangat lengket mengingat semalam Ia ketiduran dan belum sempat mandi.

Nira bangun dan berjalan pelan ke kamar mandi, Ia segera menguyur tubuhnya dengan air dingin. Mengosok tubuhnya agar tidak ada bekas bibir Raka yang menempel. Mengingat Raka, Ia kembali menangis. Masih tidak menyangka Raka adalah pria jahat bukan pria baik.

Selesai mandi, Nira mengenakan lagi pakaian yang Ia pakai semalam. Ia lalu duduk melihat ke arah luar dimana terlihat ada pantai di sana.

Nira ingin kesana, Ia ingin pergi ke pantai itu namun Ia tidak ingin keluar dari sini dan bertemu Raka.

Nira akhirnya hanya duduk disana, tidak pergi kemanapun meskipun Ia merasakan perutnya sangat lapar.

"Aku benar benar ingin mati saja di sini." ucap Nira pada dirinya sendiri.

Tak berapa lama, seseorang mengetuk pintu kamarnya. Nira tidak memperdulikan karena Nira tahu jika itu pasti Raka dan Nira tidak ingin bertemu dengan Raka.

Nira mengabaikannya hingga Ia mendengar suara yang berbeda, bukan suara Raka.

"Nona, keluarlah sebentar!" suara orang asing yang tidak dikenali oleh Nira.

Karena penasaran akhirnya Nira bangun dari duduknya dan berjalan membuka pintu yang tidak di kunci itu.

Dan benar saja ternyata dia bukan Raka.

"Nona saya sopir yang di sewa oleh Tuan Raka untuk mengantar Nona pulang. Apa Nona ingin pulang sekarang?"

Nira terkejut tentu saja terkejut. Raka benar benar sangat kejam padanya, tidak hanya memperkosanya namun juga meninggalkannya, pulang lebih dulu.

"Dia benar benar brengsek!"

"Bagaimana Nona? Kita pulang sekarang?" tanya pria itu lagi yang akhirnya di angguki Nira.

Nira mengambil tas dan ponselnya, Ia berjalan mengikuti pria itu dan memasuki mobil.

Di dalam mobil Nira kembali menangis, mengingat perlakuan Raka kepadanya.

"Nona baik baik saja?" tanya pria yang menyetir di depan melihat Nira menangis.

Nira tidak menjawab, Ia kembali menangis dan menangis sampai di asramanya.

Di asrama pun, Nira mengurung diri dan menangis lagi hingga matanya bengkak karena terlalu lama menangis.

Ponsel Nira berdering, Ia pikir Raka yang meneleponnya namun ternyata Vans. Nira mengabaikan panggilan Vans. Saat ini Ia tidak ingin bertemu dengan siapapun termasuk Vans. Nira bahkan ikut menyalahkan Vans yang tidak datang ke acara wisudanya. Jika saja Vans datang mungkin ceritanya akan berbeda, mungkin Raka tidak akan memperkosa dirinya.

Hingga sepuluh panggilan dari Vans Ia abaikan, Nira akhirnya mematikan ponselnya agar tidak kembali berdering.

Vans sudah berada di lantai bawah asrama dengan membawa bucket bunga untuk Nira.Namun panggilannya di abaikan oleh Nira bahkan ponselnya Nira sengaja di matikan.

"Apa dia marah?" gumam Vans.

Vans akhirnya memberanikan diri bertanya pada staff asrama yang berjaga di bawah.

"Apakah saat ini Nira ada di kamarnya?"

Staff itu mengangguk, "Dia baru saja kembali tiga puluh menit yang lalu."

Vans mengangguk, Ia tahu jika Nira pergi liburan bersama Raka karena Nira sudah memberitahunya kemarin saat berangkat.

"Apa saya boleh ke atas melihatnya? Saya tidak bisa menghubungi Nira."

"Apa Tuan keluarganya?" tanya staff itu.

"Bukan saya-"

"Maaf Tuan tidak di perbolehkan menjenguk kecuali keluarganya!"

Vans mengangguk mengerti, "Baiklah jika begitu bisakah panggilkan Nira untuk ku?"

Staff itu mengangguk dan segera pergi ke kamar Nira.

Tak berapa lama Staff itu kembali namun Ia sendiri tanpa Nira.

"Nira mengatakan jika Ia tidak ingin bertemu dengan Anda."

Bersambung...

Jangan lupa like vote dan komenn yahh

Terpopuler

Comments

Yuli Astuti

Yuli Astuti

oooooo

2023-08-12

0

Yuli Astuti

Yuli Astuti

waduh

2023-08-12

0

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

g seharusnya nira bisa bebas sama vans sampe hub badan...tp semakin mnambah dendam raka
nira mngkin depresi stlh ini

2022-09-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!