JODOH DI SURGA

JODOH DI SURGA

#01

Matahari masih terasa terik. Angin semilir yang sesekali berhembus meniup lembut wajah cantik Hafiza ketika keluar dari kamarnya. Di teras rumah, terdengar pembicaraan kecil yang sesekali diiringi tawa renyah ayah serta orang-orang yang biasa bertamu ke rumahnya. Biasanya, dia akan langsung hafal pemilik suara-suara yang sering bertamu ke rumahnya. Namun ada satu suara yang tak biasa ia dengar namun terdengar familiar di telinganya. Tapi entah, ia masih ragu. Hafiza mengernyitkan dahinya. Ia mencoba menghilangkan rasa penasarannya dengan menyimak setiap kali suara seseorang itu terdengar. Yah, Hafiza mengernyitkan keningnya dan mengangguk kecil. Sepertinya ia memang mengenal suara itu. Penasaran. Ia mencoba menengok sejenak, tapi ayahnya keburu melihatnya.

“Hafiza, sini Nak.” Hafiza mendekat. Ketika Hafiza menatap ke arah tamu ayahnya, ia begitu terkejut. Seorang laki-laki tampan tampak tersenyum ke arahnya. Hafiza menunjuk. Spontan Ia mendekat, hampir-hampir saja ia akan memeluk tubuh laki-laki itu karna kegirangannya. Hafiza menyalami laki-laki itu dan mencium tangannya.

“Kak Raka? Benar ini kak Raka?" setengah berteriak Hafiza seperti tak percaya. Orang yang dipanggil Raka hanya tersenyum mengangguk.

“Kemana saja Kak. Kenapa baru sekarang Hafiza melihat Kakak."

“Kak Rakamu kesini untuk bercerita bahwa kini ia sudah bercerai dengan istrinya.” Tiba-tiba Pak Abbas menyela . Raka tersenyum menunduk malu. Hafiza mengernyitkan dahi. Ia memandang wajah Raka heran.

“Kok tiba-tiba bercerai. Kapan kawinnya? Kok Hafiza tidak tahu.” Lagi-lagi Raka hanya tersenyum. Ia belum menemukan kata-kata yang pas untuk menjawab pertanyaan seputar perceraiannya.

“Gak nyangka Dik Hafiza sudah sebesar ini." Raka mengarahkan pandangannya ke atas seperti sedang mengingat sesuatu yang sangat berkesan.

“Kakak masih ingat bagaimana dulu kakak menggendong adik sampai ke kampung sebelah. Waktu itu adik masih sangat kecil,” kata Raka mencoba mengingat masa lalu, dan berusaha mengalihkan pembicaraan awal. Gantian Hafiza yang tersenyum malu. Sejenak keduanya terdiam. Masing-masing seperti hanyut dalam kenangan masa lalu. Ketika obrolan demi obrolan menautkan kedua mata mereka, ada perasaan malu yang mulai menggantikan suasana awal yang biasa-biasa saja.

Pak Abbas melirik, melihat mereka terdiam satu sama lain, pak Abbas berinisiatif membawa tamu-tamunya melihat beberapa ikan mas di kolam depan rumahnya. Ia seperti sengaja ingin membiarkan keduanya lebih leluasa melanjutkan obrolan merek.

Kembali Raka menatap wajah Hafiza, bersamaan dengan itu Hafizapun mengangkat wajahnya . Mata keduanya saling bertatapan, seperti ada rasa takjub yang tiba-tiba muncul satu sama lain. Seperti kata pepatah Arab, sebaik-baik rasa adalah ketika engkau memandang wajahnya dan engkau dapati dia memandang kepadamu.

Keduanya tersenyum malu dan semakin menambah suasana kikuk di antara mereka.

“Gak nyangka Adik sudah sebesar ini. Cantik lagi.” Raka tersenyum membuat Hafiza tertunduk malu.

“Kok rapi sekali, mau kemana,” sambung Raka setelah beberapa saat terdiam dengan suara parau. Ia mencoba mengembalikan pandangan Hafiza yang sejenak tadi tertunduk malu.

“Mau kuliah Kak, tapi Hafiza masih menunggu teman . Tumben jam segini belum datang juga,” kata Hafiza menoleh keluar teras. Raka mengernyitkan keningnya. Ia berfikir mungkin Ini kesempatan buat menawarkan jasa mengantar Hafiza. Hitung-hitung mengenang masa lalu. Pikirnya. Gadis yang dulu pernah digendongnya itu kini sudah menjadi gadis dewasa, cantik dan tidak menutup kemungkinan dia bisa jadi pengisi hatinya yang kini kosong. Dan memang itulah yang sebenarnya terbetik di hatinya ketika ia menyadari Hafiza terlihat begitu menarik hatinya.

“Oya, sudah semester berapa?" tanya Raka.

“Alhamdulillah ini Hafiza lagi KKN Kak,” kata Hafiza sembari mempermainkan beberapa gelang karet di tangannya.

“Emh, berarti sebentar lagi selesai dong,” kata Raka sambil mengurut-urut dagunya. Ditatapnya kembali wajah Hafiza. Ada ragu yang terbetik ketika hendak mengungkapkan tawarannya mengantar Hafiza. Tapi Raka mencoba memberanikan diri. Oya Bagaimana kalau kakak yang antar, kebetulan kakak mau pulang juga.”

Hafiza tersenyum. Setelah menoleh sekeliling memastikan bahwa teman yang biasa menjemputnya tak kunjung terlihat, mantap ia mengangguk. Segera Raka bergegas ke halaman rumah, membalik motornya dan mempersilahkan Hafiza naik. Hafiza tersenyum. Beberapa saat kemudian, sepeda motor yang ditumpangi keduanya melaju pelan menyusuri jalanan berkerikil.

“Kalau sudah wisuda rencananya mau kerja dimana,” kata Raka kembali membuka pembicaraan di atas sepeda motor yang melaju pelan.

Hafiza tersenyum. Menghela panjang. “Entahlah kak, kita lihat saja nanti seperti apa perjalanan hidup.”

“Gak nikah,” tanya Raka singkat. Hafiza tersenyum. Ia mengernyitkan dahi sambil memandang punggung Raka.

“Kalau ayah sih dari dulu nyuruh Hafiza nikah.” Hafiza menghentikan pembicaraannya. Ia menepuk pundak Raka pelan.

“Hafiza turun di sini saja Kak”.

Raka menghentikan sepeda motornya. Hafiza turun.

“Terimakasih banyak Kak.” Raka tersenyum menganggukkan kepala.

“O ya Dik, kakak bisa minta nomor HP nya gak.” Terlihat ragu.

Hafiza berbalik, memeriksa HPnya dan memperlihatkannya kepada Raka. Raka segera mencatatnya. Setelah itu Raka pamit dan pergi meninggalkan Hafiza.

Suara jangkrik mulai terdengar bersahutan mengiringi malam selepas isya. Bunyi kipas angin tua sesekali terdengar mengeluarkan bunyi reotnya, mencoba membuat nyaman gadis yang sedang terbaring.

Hafiza masih terbaring menghadap langit-langit kamar. Mukena dan sajadahnya belum sempat ia rapikan dan dibiarkannya terhampar di bawah tempat tidur. Jendela kamarnya pun dibiarkannya terbuka dengan kelambu yang tersibak. Sesekali angin yang berhembus lewat jendela menyingsingkan sedikit gerah di tubuhnya. Rasa yang kini ia rasakan seperti meronta dan meminta tubuhnya untuk terbaring. Mungkin itu posisi yang nyaman untuk mengenang kembali bayang seseorang yang sedari tadi mengganggu pikirannya.

Pertemuannya dengan Raka tadi siang secara tiba-tiba, benar-benar membuat Hafiza terkesan. Senyum dan wajah laki-laki itu kini mulai menghiasi waktu santainya selepas waktu isya. Dan entah, kenapa ia tiba-tiba berharap Raka menelponnya malam ini. Ia ingin mendengar suaranya . Suara tegas tadi siang yang sepertinya memberinya harapan terang. Dan ia yakin tak ada yang kebetulan. Begitupun pertemuannya dengan Raka siang tadi, pastinya sudah diatur Tuhan dengan maksud tertentu. Lagipula Raka sudah bercerai, dan tak ada yang salah jika ia harus jatuh cinta kepada Raka. Laki-laki sempurna, baik sikapnya yang dewasa, serta wajah dan fisik yang sempurna. Jika dinilai dengan angka, sudah pasti ia akan dapat angka sepuluh. Siapapun wanita yang melihatnya, sudah pasti juga akan tertarik dengan ketampanannya.

Hafiza tersenyum. Teringat ia beberapa tahun yang lalu, ketika ada tamu dari Malaysia berkunjung ke Pondok pesantren tempatnya mondok. Tamu itu pernah meramalnya, bahwa ia akan menikah dengan seorang duda. Waktu itu ia ia tidak percaya dan menganggapnya hanya sebuah rekaan.

Hafiza kembali tersenyum. Ramalan yang dulu ia anggap rekaan belaka, seperti datang menegur anggapannya. Mungkin Rakalah yang dimaksud, dan semoga saja ya. Jika memang benar, ia pun tidak akan menolak. Dan bodoh jika harus menolaknya walaupun ia seorang duda. Walaupun dia juga memiliki seseorang masa lalu yang statusnya sama dengan Raka, tapi ia masih ragu. Itu karena laki-laki itu selalu menyuruhnya menikah dengan orang lain. Mungkin dia masih trauma sebab perceraiannya. Atau mungkin juga dia tidak sudah punya ketertarikan lagi kepadanya. Dan menurutnya, Laki-laki itupun sudah tidak menarik lagi di matanya. Dan bila dibandingkan dengan Raka, perbedaannya bagai langit dan bumi. Nilainya pun di bawah lima. Laki-laki itu penakut dan hanya bisa bersembunyi di balik syairnya. Syair ambigu yang membuatnya jadi peragu. Dan toh, dia tidak akan sedih dan berduka jika ia meninggalkannya bersama Raka. Jikapun ia harus berduka, mungkin ia harus merasakan karma, bagaimana dulu ketika ia menghianatinya saat bergelimang duka dan air mata.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!