HAI CHINGU.....😀😀😀😀
SELAMAT MEMBACA
🌹
🌹
Anin masih melanjutkan pekerjaannya. Ia menoleh ke arah kanannya. Anin melihat Reyhan yang sudah terlelap dalam mimpi indahnya. Anin beranjak, meraih selimut di lemari dan ia gunakan untuk menyelimuti Reyhan.
"Terimakasih," ucap Anin pelan.
Anin sangat senang ada yang menemani meskipun ia ditinggal tidur terlebih dahulu. Jam menunjukkan pukul 02.00 pagi. Pekerjaan Anin tinggal sedikit lagi. Anin terus melanjutkan menulis, meskipun tangannya sudah sangat lelah dan sebentar lagi tidak bisa digunakan dengan normal karena sudah kebas.
"Aww," Anin meringis, merasakan tangannya.
Tak terasa Anin sudah hanyut dalam mimpi indah. menaruh kepalanya di atas meja dan menggunakan lengannya sebagai bantal. Rasa kantuk sudah mengalahkan kegigihan Anin.
Reyhan menggeliat dan beberapa kali mengerjaokan matanya.
"Bisa-bisanya tidur di bawah," Reyhan menggelengkan kepalanya. Ia tak habis fikir dengan sang istri.
Reyhan meraih selimut yang menutupinya, memberikannya kepada Anin. Tubuh Anin menggeliat saat merasakan ada yang mengganggu tidurnya, tak berselang lama terganti dengan kenyamanan.
Setelah melaksanakan kewajibannya, Reyhan rasa kantuknya datang hingga terlelap kembali.
Jam menunjukkan pukul 05.00, Anin menggeliat dan mengerjapkan matanya berusaha memahami keadaan. Anin merasakan tubuhnya tertutupi selimut, Ia terkejut saat selimut yang berada di tubuh Reyhan telah beralih ke tubuhnya. Senyum tipis terlihat dari sudut bibirnya.
____________________
Anin masuk ke kamar. Ia masih melihat posisi Reyhan yang tidak terlihat. Anin berjalan memasuki kamar mandi untuk bersiap-siap karen jam sudah menunjukkan pukul 05.45
"Rey,, bangun! Sarapan lo ada di nakas" Anin mengguncang tubuh Reyhan.
Anin melanjutkan aktivitasnya. Memilih outfit (kemeja biru dipadukan dengan celana jeans) dan mengaplikasikan make up tipis.
Penampilan Anin saat ini :)
"Pukul berapa sekarang?"
Anin melihat jam yang ada di tangannya. "Pukul 06.00,"
Reyhan mempertajam penglihatannya. Dilihatnya Anin yang sudah rapi dan siap berangkat.
"Lo tunggu bentar!" Reyhan menyelonong ke kamar mandi.
Anin juga bingung dengan perilaku Reyhan. Dia masih berusaha memahami dan mengerti sikap dan sifat Reyhan. Mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Setelah puas bergelut dengan pikirannya, ia melanjutkan aktivitasnya.
Reyhan terlihat keluar dari kamar mandi. Rambut basah melengkapai paras tampannya. Anin sedikit terpukau dengan penampilan Reyhan saat ini, tapi ia cepat-cepat menghilangkan pikirannya.
Reyhan memilih baju yang ada di dalam lemari. "Gue antar lo,"
"Gak," jawab Anin cepat. "Gue bisa bawa mobil sendiri.
Reyhan mengenakan kaos. "Lo mau diamuk Bunda pagi-pagi?" tanya Reyhan yang berhasil membuat Anin diam.
Benar juga apa yang dikatakan Reyhan. Diakan sudah sah jadi imam gue, pasti bunda akan nyuruh dia antar gue. Mau tidak mau kali ini gue nurut sama dia. Pikir Anin dalam hati
"Jangan hadap sini, gue lagi pakai celana," cegah Reyhan saat mengetahui Anin akan membalikkan badannya.
"Kyaa..... Kenapa ganti di sini? Di kamar mandi kan bisa" Anin menutup wajahnya.
"Gue gak bawa celana di kamar mandi curut,"
Anin masih setia menutupi wajahnya. sedangkan Reyhan hanya tersenyum karena telah berhasil menggoda istrinya. Ia masih senantiasa memandang wajah istrinya yang merah padam karena menahan malu.
"Masih mau nutup muka atau mau berangkat ke kampus?" bisik Reyhan
Sekali lagi Reyhan berhasil menggoda istrinya. Berjalan menuju nakas dan mengambil kunci mobil.
"Lo jahilin gue?" teriak Anin
Reyhan tidak memperdulikan teriakan dan sumpah serapah yang dikeluarkan Anin. Dia berjalan menuruni anak tangga.
"Pagi Ayah, Bunda" sapa Reyhan kepada mertuanya
"Pagi,"
"Pagi sayang," yang masih sibuk menghidangkan makanan untuk suaminya. "Anin mana nak?"
"Masih dandan Bunda,"
"Pasti lagi dandan ya?" tanya Ayah Handoko
"That's Right, suka bosen kalau nungguin perempuan dandan."
Ayah Handoko hanya mengangguk saat mendengar pernyataan dari Reyhan.
"Palingan juga kayak badut,"
"He curut, gue dengar ya," teriak Ain saat mendengar dirinya dikatakan seperti badut.
"Benar kan?" tanya nya menggoda
Sebenarnya Anin ingin menonjok wajah Reyhan. Tapi tanagnnya tertahan saat mendengar perkataan sang Bunda yang berhasil membuat Reyhan tersenyum gembira karena terselamatkan oleh sang mertua.
"Turunkan tangan kamu sayang. Ingat, dia suami kamu,
Reyhan menjulurkan lidahnya yang membuat Anin semakin naik pitam. Tak ingin larut dalam amarahnya, ANin memilih keluar rumah guna mengganti sandal rumah dengan Sepatu.
"Bunda, Ayah, Rey antar Anin dulu." menjabat tangan Ayah dan Bunda.
" Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" jawab Ayah dan Bunda bersamaan.
____________________
Anin yang sudah masuk ke dalam mobil masih memasang wajah cemberut. Wajahnya di tekuk saat mengingat godaan yang dilakukan Reyhan.
Brakk pintu mobil tertutup.
"Masih aja manyun," sindir Reyhan yang memasang sabuk pengaman.
"Tugas lo gak lupa?"
Tidak ada balasan dari satupun dari pertanyaannya. "Nin. gue tanya sama lo"
Masih sama, tidak ada jawaban. mulai jengah dengan tingkah laku Anin Reyhan membalikkan secara paksa badan Anin sehingga wajah mereka berdua berdekatan.
"Gue tanya sama lo sekali lagi! Tugas lo udah lo masukin?"
"Ciihhh, Bawel banget sih lo,"
"ANINDIA PUTRI"
Anin terkejut saat mendapatkan bentakan dari Reyhan untuk pertama kalinya. Dia berusaha menahan airmatanya saat ini. Ia sama sekali tidak suka dibentak oleh siapapun, terutama oleh Bundanya. ANin memalingkan wajahnya
guna menghindarkan air matanya dari pandangan Reyhan.
Reyhan yang mengetahui kesalahannya musap wajahnya. Dia berusaha untuk menenangkan diri sebelum mulai berbicara dengan Anin. Setelah tenang, ia membalikkan badan Anin. Ditatapnya air mata yang jatuh membanjiri pipi Anin. Reyhan mulai megusap air mata Anin dengan kedua ibu jarinya.
"Maaf Maaf Maaf, bukan maksud gue bentak lo. Tapi gue mau memastikan tugas lo lupa atau enggak. Lo nggak ingat? Setelah acara selesai, lo langsung kerjakan tugas lo sampai pagi. Apa lo nggak ngehargain kerja keras lo? usaha lo?"
Anin masih menundukkan wajahnya. Enggan melihat Reyhan saat ini.
Reyhan mengelus puncak kepala Anin. "Maafin gue ya,"
Merasa Reyhan jauh lebih tenang dari tadi membuat Anin perlahan-lahan mengangkat kepalanya. Memperhatikan ekspresi Reyhan saat ini.
"Sudah dimasukan tugasnya?" tanya Reyhan sekali lagi dengan intonasi yang lebih lembut.
"Udah,"
"Sekali lagi maafin gue. Gue cuma mau jalanin kewajiban gue"
"Gue maafin. Tapi gue gak suka dibentak kayak tadi" keluh Anin
"Iya. Maaf ya,"
"Mau berangkat pukul berapa? sekarang pukul 06.30" protes Anin
"Iya iya. Ini juga mau berangkat"
____________________
Di dalam kelas Anin merasa matanya tidak bisa bersahabat lagi. Suara dosen sudah terdengar samar-samar, Perlahan-lahan suaranya sudah tidak terdengar lagi. ANin sudah berada dalam alam mimpinya.
"ANINDIA PUTRI" teriak Pak Beni
Bella mulai merutuki kecerobohan sahabatnya satu ini. Bisa-bisanya tertidur saat kelas kelas Pak Beni. Meskipun Pak Beni salah satu dosen favoritnya, tidak seharusnya dia terdur saat ini.
Bella mulai mengguncang tubuh Anin. "Bego lo. Bangun gak!" bisik Bella
Melihat tidak ada respon. Gita mulai bertindak. Mengambil botol minumnya, menuangnya sedikit di tangan, dan memercikan air sedikit demi sedikit ke wajah Anin. Karena merasa terusik, akhirnya ANin bangun dari tidurnya. masih mecoba memahami apa yang terjadi.
"Basah bego,"
"Noh lihat, siapa yang ada di depan,"
Deg. Mampus gue. Bodoh banget sih, Kenapa gue bisa ketiduran sih. Nindia merutuki kebodohan dirinya sendiri.
"Nindia, kamu mau numpang tidur atau mau ikut kelas saya?" sindir Pak Beni.
"Kenapa gak bangunin gue sih?"
"Udah bego, Lo aja yang kebo"
"Maaf Pak, Saya pusing, kurang sehat pak. Sekali lagi." memasang wajah melas.
"Ya sudah. Kalau pusing kamu bisa ke ruang kesehatan!"
"Iya Pak,"
Merasa mendapatkan pembelaan dari Pak Beni, Anin senyum penuh kemenangan. Dilihatnya wajah ke dua sahabatnya yang mulai jengah.
"Dasar kang Kibul," sindir Gita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments