Jerat Karma Suami Goib Ku
"Bellaaa....,"
"Bellaaa....,"
"Bellaaa....,"
Disaat mimpi menjemput mengetuk pintu alam bawah sadar. Rasa kantuk yang mendera seketika buyar karena rintihan panggilan yang menerobos menyusup gendang telinga seorang gadis berusia tujuh belas tahun. Kerjapan mata berulang kali dilakukannya. Hingga netra mata melihat jarum jam yang ada di atas nakas sisi tempat tidurnya.
"Dua belas malam, kenapa selalu ada yang memanggil namaku?" gumamnya mengingat setiap malamnya selalu terbangun di waktu yang sama karena hal sama pula.
Tanpa pikir panjang, gadis itu menurunkan kaki jenjangnya seraya menyibakkan selimut yang menjadi penghangat tubuhnya. Tak ingin mati karena rasa penasaran dengan semua pertanyaan yang bergelut di dalam pikiran, membuat Bella mengendap-endap keluar dari kamar. Lalu celingak-celinguk melihat ke seluruh ruangan yang cukup temaram karena lampu kecil yang menjadi penerang di saat malam hari.
Sepertinya ibu sudah istirahat, adikku juga tidak ada di dapur mencari makanan. Apa aku keatas saja sekarang ya? Yah, aku tidak ingin dihantui rasa penasaran lagi. ~batin Bella.
Sebelum melanjutkan niat hatinya. Bella berhenti di depan kamar sebelah kamarnya. Dimana kamar itu adalah kabar ibu dan sang adik. Ia menatap bufet tempat sang ibu menyimpan kunci rahasia. Kunci perak dengan logo bintang dari dalam pot bunga di ambil dengan perlahan agar tidak menimbulkan bunyi sedikitpun. Bahkan harus menahan nafas agar lebih berhati-hati.
Kunci yang berpindah ke dalam genggaman tangannya di peluk erat. Ia tak ingin ada yang merebut barang miliknya. Langkah kaki kembali berjalan menapaki lantai marmer merah muda. Disaat bersiap menaiki tangga kayu menuju lantai dua, Bella berhenti sejenak menatap kegelapan lantai dua yang selalu menjadi larangan untuk di jadikan tempat bermain oleh sang ibu.
Hembusan angin tiba-tiba saja menerpa, membangunkan bulu-bulu halus yang seketika meremang. Meskipun begitu, bisikan masih terdengar membekas di hatinya. "Sebaiknya aku lepas sandal biar ibu gak kebangun."
Benar saja terpaan angin dengan hawa dingin tak mengubah niat hati Bella. Langkahnya semakin mantap menapaki setiap anak tangga demi menyembuhkan rasa penasarannya selama bertahun-tahun. Bahkan kegelapan di sekeliling gadis itu semakin memberikan keberanian untuk tetap maju.
Pintu bertirai hitam masih berjarak dua meter. Namun, ketidaksabaran gadis itu mengikis jarak lebih cepat. Tanpa ragu ia memasukkan kunci unik kedalam lubang pintu, lalu memutarnya tiga kali putaran.
Kleek!
Kunci terbuka, tanpa menunda tangannya siap mendorong pintu bertirai hitam.
"Yeay, akhirnya aku akan tahu apa yang ibu rahasiakan. Lagian kenapa juga tirai pintu dikasih warna hitam? Apalagi udah jadul banget tirainya." Bella memperhatikan tirai ditengah kegelapan, meskipun begitu dirinya sering mencuri kesempatan sekedar untuk menatap pintu yang kini berhasil dibuka.
Niat hati ingin mendorong pintu, dan melihat ke dalam kamar. Namun, tiba-tiba saja terdengar suara ibunya dari bawah.
"Bella!" panggil sang ibu sedikit keras.
"Waduh ibu bangun. Bagaimana ini?" Bella bingung memilih masuk ke kamar demi rasa penasarannya atau turun ke bawah menemui sang ibu. "Sekarang aku tunda saja, tapi ku pastikan akan kembali melihat apa isi di dalam kamar ini."
Setelah memutuskan untuk mundur, gadis itu kembali mengunci kamar tirai hitam dan bergegas turun dari lantai atas. Dari posisinya terlihat jelas betapa cemas dan khawatir nya sang ibu. Rasa bersalah karena melanggar larangan ibunya, membuat Bella berpura-pura seperti tengah mencari udara segar.
"Ibu, kenapa bangun?" tanya Bella.
Di saat wajah putri tunggalnya menampakkan batang hidungnya. Wanita paruh baya dengan pakaian daster selutut dengan wajah cemas luar biasa bergegas menghampiri sang putri, lalu merengkuh tubuh remaja yang baru saja berulang tahun ketujuh belas seminggu lalu itu ke dalam pelukan. "Ndu, kamu dari mana saja? Kenapa malam-malam keluyuran? Ibu kan sudah bilang. Jangan berkeliaran di malam hari! Meskipun ini rumah mu sendiri. Kamu gapapa kan, Ndu?'
Pertanyaan beruntun dari sang ibu, membuat Bella merasa bersalah. Tangannya mengusap punggung Ibu Sulastri. "Bella baik, Bu."
Ibu Sulastri melepaskan pelukan, lalu menangkup wajah putrinya. Tatapan mata keduanya saling terpaut. Tindakan sang ibu, membuat gadis remaja itu menunduk. Sementara mata tua wanita itu beralih menatap ke lantai atas. Dimana ada sosok yang mengawasi semua tindakannya.
"Yasudah, yuk tidur lagi, Ndu! Kita tidur sekamar saja. Kasur juga muat untuk bertiga." ajak ibu Sulastri seraya membimbing putrinya agar manut.
Ibu hanya ingin kamu selalu hidup normal, Ndu. Apapun yang ibu lakukan demi kebaikan kalian berdua. Semoga kalian tidak melanggar aturan yang ibu tetapkan.~batin ibu Sulastri.
Keduanya meninggalkan ruang tamu, dan kembali memasuki kamar utama. Sementara suara yang selalu membangunkan Bella di tengah malam harus menerima kegagalannya sekali lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
pioo
wah rame kali akun ingin dengan username jamet🤣
2024-07-30
0
Rengganis
hadir thor
2023-05-17
1
Melani ♉
sumpah.. pernah nama gue dipanggil2 tengah malam sampe nangis... 😭 ditanya sama orang tua gue, gak bisa ngomong cuma bisa nangis.. kayak ada sesuatu nahan mulut, buat cerita...
2022-11-30
2