Aku, Cadarku & Jodohku

Aku, Cadarku & Jodohku

Keberangkatan Gadis Cantik

Berawal dari kisah seorang gadis cantik yang tinggal di Sukabumi. Dia memiliki tubuh mungil. Kini dia beranjak dewasa dan akan pergi meninggalkan desa untuk melanjutkan pendidikannya di Kota.

“Ambu, besok Annisa pergi ya Mbu ke Kota. Do’akan mudah-mudahan Nisa bisa lolos seleksi di Kampus pilihan Nisa,” ucap gadis cantik itu yang bernama Annisa.

“Iya nak Ambu pasti do'akan, hati-hati ya kamu harus bisa jaga diri di sana, jaga pergaulanmu ya,” Ambu membelai rambut panjang Annisa.

Annisa adalah anak bungsu perempuan satu-satunya. Dia memiliki 2 orang Kakak laki-laki yang kini tengah merantau. Kedua Kakak Annisa sudah menikah dan memiliki anak. Hanya tinggal Annisa saja yang belum menikah, setiap hari Abah selalu menanyakan calon untuk Annisa. Tapi Annisa lebih memilih fokus terlebih dulu untuk melanjutkan pendidikannya.

Ambu adalah panggilan untuk “Ibu” dalam bahasa Sunda, sedangkan Abah juga panggilan untuk “ayah” dalam bahasa Sunda.

Annisa memilih kuliah di Kota Kakak pertamanya tinggal yaitu Yogyakarta. Kakak pertamanya bernama Ahsan dia memiliki 2 orang anak yang bernama Laila dan Lisa juga seorang istri yang cantik dan solehah bernama Aisyah, istrinya ini selalu berpenampilan tertutup sederhana dan apa adanya meskipun suaminya kini tengah sukses di suatu perusahaan namun Aisyah selalu terlihat sederhana dalam berpakaian.

Sedangkan Kakak keduanya bermana Ahza dia memiliki 1 orang anak yang bernama Adam dan seorang istri yang cantik serta modern sebut saja Citra dia sangat berbeda dengan Aisyah, walaupun Citra selalu memakai pakaian tertutup tetapi dia selalu tampil modis layaknya perempuan yang bergaya sosialita. Kini Ahza juga sudah menjadi pegawai kepercayaan di suatu perusahaan di Jakarta.

***

“Mbu, Annisa berangkat dulu ya, Abah jaga Ambu ya,” Annisa bersalaman kepada Ambu dan Abah.

“Iya, kamu jaga diri di sana ya, kalau ada apa-apa kabari Abah, kalo kurang uang juga kabari Abah ya”.

Ambu dan Annisa berpelukan, mereka berderai air mata perpisahan. Abah juga seperti sedang menahan air matanya agar tidak keluar.

Annisa malambaikan tangan kepada Ambu dan Abah, dia pergi dengan mobil travel yang sudah menjeputnya sejak pukul 08.00 WIB. Ambu dan Abah juga melambaikan tangan pada putri kesayangannya itu.

Di jalan mata Annisa berkaca-kaca, sepertinya dia akan merindukan Abah dan Ambu karena ini pertama kalinya dia pergi dari rumah dengan jarak yang cukup jauh. Meskipun di sana nanti akan tinggal dengan Kakaknya Ahsan namun tetap rasanya akan berbeda, apalagi kini Kakaknya itu sudah berumah tangga. Annisa memang selalu diperlakukan baik oleh Kakak dan istrinya, namun tetap saja Annisa selalu merasa tidak enak.

Untuk sekarang Annisa hanya harus belajar dan terus belajar agar dirinya bisa lolos dalam ujian masuk Universitas.

Di perjalanan mobil travel Annisa berhenti di tempat peristirahatan. Annisa turun untuk pergi ke kamar mandi.

Banyak orang yang memperhatikan Annisa. Gadis mungil ini memang sangat cantik, turun dari mobil dengan menggunakan gamis panjang berwarna hitam dan hijab berwarna hitam. Semua mata tertuju padanya namun Annisa tidak berani menatap mata-mata itu, karena dirinya merasa ketakutan berada di tempat asing.

Dia turun dengan membawa tas kecil berisi barang-barang berharganya, sedangkan koper dia tinggalkan di dalam mobil travel.

Annisa melihat ke semua arah, menanyakan pada orang di mana letak kamar mandinya. Lalu salah satu pengunjung di sana menunjuk kamar mandi yang berada di paling ujung. Tanpa pikir panjang Annisa pergi ke kamar mandi itu.

Tempatnya sangat gelap dan bau aroma tidak sedap menusuk hidungnya. Annisa heran mengapa tampak luar tempat peristirahatan ini sangat bagus, namun kamar mandinya sangat kumuh. Dengan terpaksa dia memasuki salah satu kamar mandi tersebut dan segera pergi kembali setelah selesai dengan urusannya.

Namun saat sudah keluar dari kamar mandi, Annisa melihat beberapa orang laki-laki berbadan tegap penuh dengan tatto menghadangnya untuk pergi. Sepertinya mereka adalah preman di daerah ini.

“Mana dompet, serahkan sekarang juga!,“ ucap salah satu laki-laki bertatto itu.

“Tidak, jangan ambil dompet saya,” Annisa sangat ketakutan.

“Tolooong!,” Annisa teriak sekencang mungkin.

“Hahaha, tidak akan ada yang mendengar kamu nona cantik,” laki-laki bertatto itu mendekati Annisa.

“Diam, jangan sentuh saya,” Annisa mundur dan memegang tasnya dengan erat, diam-diam dia mengeluarkan handphone dan memasukkan ke dalam saku di roknya.

“Serahkan sekarang!,” pinta laki-laki bertatto.

Annisa melemparkan tasnya dan berlari keluar menjauhi laki-laki tersebut.

Sekarang Annisa sangat kebingungan, dia kehilangan uang dan barang berharga lainnya di dalam tas kecil itu. Hanya tersisa handphone dan sejumlah uang yang masih dia selipkan di kopernya. Tetapi dia bersyukur karena laki-laki bertatto tadi tidak menyentuhnya sedikitpun.

Kenapa orang-orang yang ada di luar tidak berani masuk ke dalam ruangan kecil tadi? padahal Annisa sudah berteriak sekencang mungkin tidak ada satupun yang menolongnya.

Annisa menuju ke mobil travelnya dengan tangan dan kaki yang bergetar ketakutan, di tambah dengan keringat yang terus bercucuran dari wajahnya.

Dia menenangkan diri dengan meminum air putih bekalnya dari Ambu. Setelah cukup merasa tenang terpaksa Annisa harus menelpon Kakaknya. Annisa menekan tombol handphone untuk menelepon Kak Ahsan.

Tuuutt … tuutt … tuutt …

Sayang sekali tidak tersambung, sekali lagi Annisa menekan tombol handphonennya untuk menghubungi istri Kak Ahsan.

“Assalamu’alaikum Annisa, kamu sudah sampai mana?,” akhirnya telepon di angkat oleh Kak Aisyah istri dari Kak Ahsan.

“Wa’alaikumsalam Kak. Hiks … hiks … hiks,” Annisa menangis karena sesak di dadanya tidak bisa dia tahan lagi.

“Kenapa Annisa? ada apa? jangan menangis coba ceritakan perlahan-lahan,” Kak Aisyah sangat mengkhawatirkan keadaan Annisa.

“Annisa ta … tadi kena copet Kak,” Annisa menjelaskan masih dengan kondisi menangis.

“Innalilahi, Annisa sekarang dimana?,” tanya Kak Aisyah.

“Annisa sekarang lagi di tempat peristirahatan Kak,” tangis Annisa sudah mulai mereda.

“Mau Kakak jemput ke sana?,” Kak Aisyah menawarkan untuk menjemput Annisa.

“Tidak usah Kak, sebentar lagi Annisa sampai kok,” sekarang kondisi Annisa sudah benar-benar tenang.

“Yasudah kamu hati-hati ya jangan mudah percaya sama orang lain, nanti kabari kalo sudah sampai, masalah uang nanti biar kita bicarakan di sini, yang penting kamu selamat ya”.

“Iya Kak, terimakasih ya”.

“Iya, Kakak tutup teleponnya ya, Assalamu’alaikum,” Kak Aisyah mengakhiri teleponnya.

“Wa’alaikumsalam”.

Kini Annisa sudah mulai lega karena bisa menghubungi Kakaknya. Mobil travel mulai berjalan, semua penumpang bertanya kepada Annisa tentang kejadian yang menimpanya. Dia menceritakan semuanya kepada penumpang itu.

Para penumpang merasa iba kepada Annisa. Mereka mengumpulkan uang untuk Annisa, sempat di tolak olehnya namun para penumpang itu sangat baik dan ikhlas memberikan sebagian uangnya kepada Annisa. Dengan terpaksa Annisa menerima uang tersebut dan berterimakasih karena sudah mau membantunya. Uang Annisa terkumpul sebanyak Rp 1.000.000.

Terpopuler

Comments

Rapa Rasha

Rapa Rasha

salam kenal kak ini q baru baca cerita kakak semoga bagus ya biar jadi favorit ku

2022-09-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!