Kak Ahsan turun dari kamarnya dan menuju ke ruang makan.
“Ayo kita makan,” Kak Ahsan duduk di samping istrinya.
Annisa melihat menu makanan yang di sediakan di meja makan. Begitu banyak pilihan dengan berbagai macam lauk pauk.
Perasaan Annisa kini campur aduk, antara sedih dan bahagia, dia sedih karena teringat Ambu dan Abahnya di Sukabumi. Di sana dia hidup sangat sederhana, makan dengan seadanya, Annisa tidak pernah mempermasalahkan keadaanya yang sederhana, yang terpenting adalah Annisa bisa berkumpul bersama dengan Abah dan Ambu.
Meskipun Kak Ahsan dan Kak Ahza selalu mengirim uang untuk Ambu, Abah dan Annisa tetapi tetap saja uang dari mereka tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Ambu dan Abah tidak pernah meminta uang kepada anak-anaknya, karena mereka pikir dengan mendengar kesuksesan anak-anaknya sudah cukup membuat Ambu dan Abah bahagia.
Melihat Lisa dan Laila mengambil lauk pauk dan nasi silih berganti, Annisa hanya tersenyum melihat kelakuan keponakannya itu.
Kak Aisyah mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk Annisa. Dia tersenyum karena diperlakukan dengan baik oleh Kak Aisyah.
Setelah semua orang mengambil makanannya, Kak Ahsan memimpin untuk berdo’a.
Sesak di dada Annisa kini bertambah, entah kenapa Annisa teringat kepada Ambu dan Abahnya.
Suapan pertama Annisa masih bisa menahan air matanya. Suapan kedua air mata Annisa mulai terlihat di kelopak matanya. Suapan ketiga sudah tidak bisa di bendung lagi, Annisa menangis di meja makan.
Kak Ahsan sangat terkejut melihat adiknya menangis begitu juga Kak Aisyah, Lisa dan Laila.
“Kenapa Nisa menangis?,” tanya Kak Ahsan menghampiri kursi Annisa.
Annisa tidak menjawabnya dan masih tetap menangis dengan posisi tangan dan kepala menunduk mengarah ke meja makan.
Kak Ahsan membelai kepala Annisa dengan lembut dan penuh kasih sayang.
“Kamu rindu sama Abah dan Ambu ya?,” tanya Kak Ahsan, sepertinya Kak Ahsan sangat tau perasaan Annisa, karena ini memang pertama kalinya Annisa jauh dari Abah dan Ambu.
Masih dengan kondisi menangis Annisa mengangguk pelan.
Melihat itu Kak Aisyah tersenyum kepada suaminya lalu bergegas menuangkan air putih untuk di berikan kepada Annisa.
“Annisa minum dulu ya, tenangkan dulu yu,” Kak Aisyah menghampiri Annisa yang sedang menangis. Kali ini Kak Ahsan duduk kembali di kursinya.
Annisa mengangkat kepalanya, air matanya membasahi pipi cantiknya.
Kak Aisyah menghapus air mata Annisa dengan menggunakan tissu dan memberikan segelas air putih.
Annisa meminum air putih tersebut dan mulai bisa mengontrol emosinya. Annisa sudah berhenti menangis.
“Annisa harus belajar mandiri ya, jauh dari Ambu dan Abah untuk mengejar cita-cita, di sini kamu harus fokus belajar, 2 hari lagi akan di laksanakan ujian masuk Universitas. Jadi kamu harus membuktikan kepada Ambu dan Abah kalau kamu bisa lolos seleksinya,” Kak Aisyah memberikan nasihatnya.
“Mereka pasti akan bangga sama kamu,” lanjut Kak Ahsan.
“Iya bibi Annisa kan di sini juga sama kita, keluarga,” Lisa berusaha membuat Annisa kembali ceria.
Annisa tersenyum mendengar perkataan dari Lisa.
“Iya Kak, maafin Annisa ya, belum terbiasa jauh dari Ambu dan Abah, maaf juga apabila Annisa di sini merepotkan kalian,” mata Annisa mulai berkaca-kaca lagi.
“Sudah ya, itu kewajiban Kakak untuk menjaga kamu, makan lagi ya nanti sakit,” ucap Kak Ahsan.
Annisa mengangguk dan Kak Aisyah kembali duduk di kursinya. Mereka semua meneruskan makan malamnya. Kini Annisa sudah merasa tenang dan tidak terlalu mengingat Abah dan Ambunya.
Setelah selesai makan malam, Annisa memberanikan diri untuk bertanya kepada Kak Ahsan tentang laptop yang berada di atas meja belajarnya.
“Kak, laptop yang ada di atas meja belajar, itu punya siapa ya?,” tanya Annisa.
“Itu buat kamu Nisa, Kakak tau pasti kuliah membutuhkan laptop,” jawab Kak Ahsan.
“Tapi Kak, aku bisa pakai laptop bekas saja, ini masih baru takut rusak hehehe,” Annisa tersenyum malu.
“Rusak? Emang mau kamu apakan? Di banting? hahaha kamu ini, sudah ya terima saja Nisa,” ucap Kak Ahsan.
Annisa mengangguk dan berterimakasih kepada Kak Ahsan dan Kak Aisyah.
***
Hari demi hari telah Annisa lewati, dia sudah belajar setiap hari dan sekarang sudah siap untuk test masuk Universitas yang ada di Yogyakarta.
Hari ini Kak Aisyah akan mengantar Annisa untuk test, dia sudah bersiap dari pukul 06.00 WIB. Karena jarak Kampus dan rumahnya hanya sekitar 40 menit saja.
Begitu juga Annisa sudah mempersiapkan segala hal yang akan dia butuhkan nanti.
Kak Aisyah memakai baju gamis berwarna nude dengan hijab yang senada dengan warna gamis, tidak lupa Kak Aisyah memakai cadar berwarna hitam. Sejak dulu Kak Aisyah memang selalu memakai cadar.
Annisa menggunakan baju gamis yang di jait khusus oleh Ambunya berwarna navy dan menggunakan hijab berwarna Abu.
“Annisa sudah siap?,” tanya Kak Aisyah
Annisa hanya mengangguk dan tersenyum.
“Ummi, mau kemana dengan Bibi?,” tanya Lisa yang sedang sarapan di ruang makan.
“Ummi mau ke Kampus, hari ini kan Bibi Nisa mau test,” jawab Kak Aisyah dengan lembut kepada anaknya itu.
“Kenapa Bibi Nisa tidak memakai cadar seperti Ummi?,” tanyanya lagi.
Kali ini Kak Aisyah melirik ke arah Annisa, menunggu jawaban dari Annisa.
Sedangkan Kak Ahsan yang sedang melahap makanannya ikut mendengarkan penjelasan dari adik tersayangnya.
“Uumm … Bibi kan,” Annisa berhenti berbicara karena dia sendiri bingung harus menjawab apa kepada keponakannya itu.
“Bibi Nisa juga kan pakaiannya tertutup, tidak harus selalu memakai cadar sayang, nanti juga Bibi Nisa akan memakai cadar seperti Ummi, iya kan?,” Kak Aisyah melirik ke arah Annisa.
“Ah … iya betul InsyaAllah,” ucap Annisa dengan sedikit senyuman.
Sejujurnya Annisa belum siap dan tidak pernah terpikir akan memakai cadar. Karena baginya dengan memakai pakaian tertutup dan tidak terlihat aurat pun sudah sangat sulit di lakukan olehnya.
“Sekarang kita berangkat ya, tadi kita sudah sarapan lebih awal,” ucap Kak Aisyah.
Annisa mengangguk.
Kak Aisyah berpamitan dan bersalaman kepada suami dan anak-anaknya, di ikuti oleh Annisa dari belakang Kak Aisyah.
Kak Ahsan mendo’akan Annisa agar di beri kelancaran dan kemudahan untuk menjawab semua pertanyaan.
Annisa dan Kak Aisyah pergi menggunakan mobil dan supir pribadi Kak Aisyah. Supir pribadi Kak Aisyah adalah seorang perempuan. Karena menurutnya tidak baik jika berpergian berdua dengan seorang supir laki-laki.
Annisa merasa takjub dengan mobil milik Kakaknya itu. Pintu belakang otomatis terbuka sendiri, sebelumnya Annisa belum pernah menaiki mobil mewah ini. Annisa hanya terdiam saat pintu mobil sudah terbuka.
“Nisa, Ayo masuk,” ucap Kak Aisyah yang sudah duduk di kursi mobil.
“Eh … iya Kak,” Annisa masuk dan membuka flatshoes yang di pakainya.
“Loh … kenapa di buka?,” tanya Kak Aisyah.
“Itu Kak, umm … takut kotor mobilnya kena sepatu Nisa hehe,” jawab Annisa dengan melebarkan senyumannya.
“Ya ampun Nisa, tidak apa-apa sayang, nanti mobilnya bisa di cuci,” Kak Aisyah tertawa melihat kelakuan adik iparnya itu.
Kak Aisyah memperhatikan sepatu, tas dan baju yang di pakai oleh Annisa. Memang sangat jauh berbeda dengan yang di pakainya. Walaupun Kak Aisyah memakai baju sederhana, namun harga pakaiannya lumayan cukup mahal.
Annisa menggunakan flatshoes berwarna hitam yang hampir pudar warnanya, maklum dia hanya memiliki satu itu pun sering dia cuci sehingga membuat warna aslinya memudar.
Baju yang di pakai oleh Annisa masih sangat bagus, karena itu pakaian baru dari Ambu.
Di perjalanan Annisa melihat gedung-gedung yang ada di luar. Karena ini baru pertama kalinya dia melihat gedung-gedung bagus.
“Nisa, setelah selesai test nanti kita pergi ke Mall ya, kita makan dan belanja, kamu boleh memilih kebutuhan kamu selama tinggal di sini,” ucap Kak Aisyah.
“Jangan Kak, Nisa bawa peralatan dari rumah kok, masih bagus juga,” ucap Annisa menolak ajakan Kakaknya.
“Loh, tidak apa-apa, kamu boleh beli tas baru, sepatu baru untuk keperluan kamu kuliah nanti,” Kak Aisyah memaksa Annisa untuk berbelanja.
“Iya Kak kalo begitu kita beli yang memang Annisa butuhkan saja ya,” ucap Annisa.
Kak Aisyah mengangguk dan tersenyum. Meskipun terhalang oleh cadarnya namun terlihat dari matanya seperti sedang tersenyum.
***
Setelah sampai di Kampus, Annisa bergegas menuju ruangan yang sudah di dapatkan saat pertama mendaftarkan diri.
Test berlangsung selama kurang lebih 4 jam.
Sangat tidak mungkin untuk Kak Aisyah menunggu Annisa di sana terlalu lama. Kak Aisyah bersama supir pribadinya sebut saja Mbak Mia memutuskan untuk pergi ke Mall terdekat, kebetulan Kak Aisyah mempunyai bisnis pakaian online, jadi dia bisa mengerjakan pekerjaannya sambil menunggu Annisa di Mall.
***
Kurang lebih sudah 4 jam Kak Aisyah menunggu Annisa di Mall. Dia menyuruh Mbak Mia untuk menjemputnya kembali ke Kampus. Sedangkan Kak Aisyah menunggu di cafe Mall tersebut.
Tak lama kemudian Mbak Mia datang dengan Annisa.
“Ayo, kamu pilih makanannya, kita makan dulu ya,” ucap Kak Aisyah.
“Iya Kak, kebetulan Nisa lapar nih,” Annisa membuka menu yang ada di depannya.
Annisa mengerutkan keningnya.
Sepertinya dia tidak paham dengan nama-nama makanan yang ada di menu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments