Disambut Dengan Baik

Annisa melanjutkan perjalanannya dia tertidur sangat pulas. Semua penumpang sudah turun karena sudah sampai ke tempat tujuannya masing-masing sehingga hanya tersisa Annisa.

“Dek, maaf rumahnya di sebelah mana ya?,” Pak supir membangunkan Annisa.

Annisa terbangun dari tidurnya.

“Oh itu Pak, di depan rumahnya,” Annisa menunjuk rumah besar berwarna putih.

Pak supir mengangguk dan menepikan mobilnya tepat di depan rumah besar berwarna putih itu. Annisa sangat takjub dengan perubahan rumah Kakaknya itu, waktu kecil dia berkunjung rumahnya tidak sebesar ini. Sekarang sudah sangat besar dan mewah, Annisa mengetahui rumahnya karena Kakaknya sering mengirim foto kepada Ambu dan Abah.

Pak supir menurunkan koper Annisa dan berpamitan untuk melanjutkan perjalanan.

Annisa menyusuri pagar rumah Kak Ahsan yang sangat luas, dia sampai pada pintu pagar dan memencet bel.

Tingnong … tingnong … tingnong.

Keluarlah seorang perempuan memakai baju panjang motif bunga-bunga dengan tubuh yang berisi dan memakai celemek, kira-kira usianya sekitar 45 tahun, Annisa tidak mengenalinya.

“Maaf cari siapa ya?,” tanya perempuan itu.

“Apakah benar ini rumah Kak Ahsan dan Kak Aisyah?,” jawab Annisa dengan nada yang sangat sopan.

“Oh iya betul dek, dengan siapa ya?,” tanya perempuan itu lagi.

“Saya adiknya Kak Ahsan,” jawab Annisa sambil tersenyum.

“Oalah maaf ya dek, si Mbak tidak mengenalinya, ayo masuk,” sepertinya ini adalah ART Kak Aisyah dan Kak Ahsan.

Annisa dipersilakan untuk duduk menunggu di ruang tamu. Dia duduk di sebuah sofa yang empuk dan bagus berwarna nude. Annisa memperhatikan sekeliling, betapa mewahnya rumah dari Kakaknya itu. Dinding tepat di depan Annisa terpampang foto keluarga yang terlihat sangat harmonis.

Tak lama kemudian Mbak datang dengan menyuguhkan Annisa air putih dan cemilan yang sepertinya sangat lezat. Kebetulan sekali Annisa merasa sangat lapar.

“Ayo dek, di makan dulu yo, Mbak ke dalam dulu, sudah di panggilkan ibu sedang turun dari kamarnya menuju ke sini,” ucap Mbak

“Terimakasih ya Mbak,” ucap Annisa dengan memamerkan senyuman manisnya.

Mbak pergi meninggalkan Annisa. Sekarang Annisa melihat ke arah minuman yang di sajikan tadi. Dia ingin meneguk air putih tersebut.

“Bismillah,” Annisa meminum air putih itu.

Gluk … gluk … gluk.

“Alhamdulillah,” Annisa kembali menyimpan gelas ke atas meja.

Tidak lama kemudian Kak Aisyah menghampiri Annisa.

“Assalamu’alaikum Annisa, maaf ya menunggu lama, Kakak habis dari kamar mandi dulu,” Kak Aisyah menghampiri Annisa dan memeluk tubuh mungil adik iparnya itu.

“Wa’alaikumsalam Kak, iya tidak apa-apa maaf ya Annisa ke sini malah merepotkan Kakak,” Annisa membalas pelukan Kakak iparnya.

“Merepotkan apa sih kamu ini, bagaimana keadaan kamu? Baik-baik sajakan? Tidak terluka setelah di copet?,” tanya Kak Aisyah melepas pelukannya dan memperhatikan adiknya.

“Tidak Kak, cuma Annisa takut saja tadi di hadang oleh beberapa laki-laki bertatto,” jawab Annisa.

Annisa menceritakan awal mula kejadian dirinya di copet tadi. Kak Aisyah merasa kasihan mendengar adiknya bercerita.

Setelah selesai menceritakan semuanya, Annisa dipersilakan oleh Kak Aisyah untuk membawa kopernya ke kamar yang sudah di siapkan oleh Mbak sejak 2 hari yang lalu.

“Ini kamar kamu ya, anggap saja rumah sendiri, kalo butuh apa-apa tinggal bilang sama Mbak, dia yang mengurus semua keperluan dan kebutuhan di rumah ini,” jelas Kak Aisyah dengan menunjukan kamar yang akan Annisa tempati.

“Terimakasih banyak ya Kak, ngomong-ngomong Kak Ahsan kemana?”, tanya Annisa karena dari tadi dia belum melihat Kakaknya.

“Mas Ahsan masih di kantor, katanya dia ada rapat penting, tapi dia akan pulang kok malam ini,” jawab Kak Aisyah tersenyum.

“Sudah, sekarang kamu istirahat ya, nanti setelah solat magrib kita makan bersama,” Kak Aisyah memegang pundak adiknya dengan penuh kasih sayang.

Annisa mengangguk dan pergi masuk ke dalam kamarnya.

Saat dia menutup pintu betapa terkejutnya melihat kondisi kamar yang luas dan lengkap dengan peralatan yang dia butuhkan. Kasur dengan ukuran 160cm x 200cm di baluti dengan sprei berwarna ungu, lemari 3 pintu tempat menyimpan pakaian, meja belajar, rak buku dan cermin sudah tertata rapih di kamarnya itu. Nuansa kamar yang elegan dengan warna perpaduan ungu dan putih membuat Annisa sangat betah berada di sini.

Annisa berjalan memegang satu persatu perlengkapan yang ada di dalam kamarnya, dia melihat sebuah laptop di atas meja belajar.

Dalam hatinya dia bertanya-tanya, punya siapa ya? apakah ini di sediakan untukku?.

Annisa akan bertanya kepada Kak Aisyah nanti saat makan malam bersama. Karena kebetulan Annisa sangat membutuhkan laptop untuk belajar.

Adzan magrib telah berkumandang, Annisa sudah bersiap untuk melaksanakan solat magrib di kamar barunya itu.

Dia memakai mukena putih bersih untuk melaksanakan solat magrib.

Setelah selesai solat magrib tidak lupa Annisa berdo’a kepada Allah agar di lancarkan dan diberi kemudahan untuk melaksanakan ujian masuk ke salah satu Universitas impiannya.

Nada dering handphone Annisa berbunyi, ternyata Ambu meneleponnya.

Ambu menanyakan kabar Annisa, dia memberitahu kalau sudah sampai di rumah Kak Ahsan. Dia bercerita bahwa dia di perlakukan sangat baik oleh Kak Aisyah. Mendengar kabar itu Ambu dan Abah merasa sangat lega karena putri kesayangannya sudah dengan selamat sampai di tujuan. Annisa tidak memberitahu kepada orang tuanya kalau dia di copet, karena takut mereka akan mengkhawatirkannya.

Setelah selesai menelepon Ambu, Annisa mendengar suara gerbang di buka, dengan cepat dia membuka gorden di kamarnya yang langsung tertuju ke depan gerbang. Di lihat oleh Annisa dengan seksama siapa yang datang dengan sebuah mobil sedan berwarna hitam. Ternyata Kak Ahsan telah pulang dari kantornya.

Annisa bergegas membuka mukenanya dan memakai kerudung untuk menyambut kakaknya itu.

“Assalamu’alaikum,” suara Kak Ahsan sangat jelas.

“Wa’alaikumsalam, sini aku bawakan tasnya mas,” ucap Kak Aisyah.

Kak Aisyah mencium tangan suaminya itu begitu pula Kak Ahsan mencium kening cantik milik istrinya.

“Annisa sudah datang?,” tanya Kak Ahsan pada istrinya.

“Sudah, ada di kamarnya,” jawab Kak Aisyah.

Tak lama kemudian Annisa datang dari kamarnya menghampiri Kak Ahsan.

“Akhirnya adikku tersayang sudah datang,” sapa Kak Ahsan kepada Annisa.

Annisa tersenyum dan bersalaman dengan Kakaknya itu.

“Tadi kamu telepon Kakak ya? Kakak gak bisa angkat karena sedang meeting,” Kak Ahsan memberikan alasan kenapa tadi dia tidak mengangkat telepon dari Annisa.

“Iya Kak, tidak apa-apa Annisa paham kok,” Annisa masih tersenyum kepada Kakaknya itu.

“Mas, Annisa tadi kena copet di jalan, makannya tadi dia telepon aku,” Kak Aisyah memberi kode agar kami duduk di sofa.

“Innalilahi kenapa bisa? tapi kamu tidak apa-apa?,” tanya Kak Ahsan.

“Tidak Kak, Alhamdulillah Nisa selamat, hanya barang-barang Nisa yang hilang karena di bawa oleh pencuri itu,” Annisa duduk di samping Kak Ahsan.

“Alhamdulillah yang terpenting kamu tidak apa-apa masalah uang dan yang lainnya nanti kamu tinggal minta sama Kakak ya, semua kebutuhan kamu di sini akan Kakak penuhi,” ucap Kak Ahsan membelai kepala adik tersayangnya itu.

Annisa tersenyum mendengar perkataan Kakaknya itu.

Dia memeluk Kakaknya dengan sangat erat.

Setelah selesai berbincang Annisa dan Kak Aisyah pergi menuju ke ruang makan. Sedangkan Kak Ahsan pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

Kak Aisyah memanggil anak-anaknya yang letak kamarnya berada di lantai dua. Lisa dan Laila turun menghampiri Annisa dan bersalaman, karena baru sempat bertemu dengan bibinya itu.

Laila baru berumur 12 tahun, sedangkan Lisa berumur 9 tahun.

Terpopuler

Comments

Rapa Rasha

Rapa Rasha

lanjut

2022-09-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!