“Kenapa Nisa?,” tanya Kak Aisyah karena merasa ada yang aneh dengan Annisa.
“Nisa tidak biasa dengan makanan di sini Kak, namanya aneh-aneh, Nisa minta bantuan di pilihkan saja oleh Kakak ya,” Annisa tersenyum malu.
Akhirnya Kak Aisyah memilihkan makanan yang cocok untuk Annisa. Karena mendengar perkataan Annisa dia tidak terbiasa dengan makanan aneh seperti Steak. Kak Aisyah memilih menu Soto untuk Annisa.
Setelah makanannya datang Annisa langsung melahap makanannya sampai habis.
Tak lama kemudian Kak Ahsan datang menyusul ke Mall untuk menemani adik dan istrinya berbelanja. Kebetulan pekerjaan di kantor Kak Ahsan hari ini sudah selesai.
“Sudah makannya? Kita cari baju untukmu ya, Mbak Mia bisa pulang duluan nanti kita pulang bareng Mas Ahsan,” pinta Kak Aisyah.
Annisa dan Kak Aisyah mengeliling Mall terbesar di Yogyakarta. Annisa melihat ke kanan dan ke kiri, dia melihat baju satu per satu namun tidak ada yang dia sukai.
Kak Ahsan menemukan pakaian gamis berwarna hitam dengan pita berada diposisi tengah baju, dia memperlihatkan baju itu kepada adiknya, siapa tau Annisa menyukainya.
Namun lagi-lagi Annisa menggeleng karena melihat harganya diatas Rp 500.000.
“Tidak apa-apa Nisa, kalo kamu suka ambil saja,” ucap Kakaknya itu.
Annisa memperhatikan baju yang ada dalam genggaman Kakaknya.
Namun seseorang dari arah belakang menepuk pundak Kak Ahsan. Sontak Kak Ahsan berbalik badan ke arah belakang.
“Assalamu’alaikum Ahsan,” ucapan salam dari seorang Bapak-bapak yang tidak Annisa kenali.
“Wa’alaikumsalam, Pak Guntoro MasyaAllah tidak menyangka kita bertemu di sini,” ucap Kak Ahsan sambil bersalaman dengan Pak Guntoro.
Annisa memperhatikan Pak Guntoro ini, seorang pria paruh baya menggunakan pakaian gamis hitam dan peci hitam yang kini sedang berbincang dengan Kakaknya.
“Ini siapa?,” tanya Pak Guntoro
“Oh iya sampai lupa, ini adik saya yang paling terakhir, dia baru datang 3 hari yang lalu dari Sukabumi,” jawab Kak Ahsan.
“Tunggu … MasyaAllah ini Annisa?,” tanya Pak Guntoro menunjuk ke arah Annisa.
“Iya betul Pak,” Annisa menjawab pertanyaannya dengan sopan dan lembut.
Namun Annisa merasa heran, kenapa namanya bisa diketahui oleh Pak Guntoro.
“Sudah besar ya, dulu kita pernah bertemu saat kamu masih umur 5 tahun,” ucap Pak Guntoro.
“Ini loh, beliau adalah sahabat Abah Nisa,” jelas Kak Ahsan.
Aku mendengar itu langsung tersenyum kepada Pak Guntoro, karena pasti beliau adalah teman baik Abahnya.
“Annisa kapan-kapan main ya ke pesantren saya. Nanti saya jemput ke rumah Kakakmu,” ajak Pak Guntoro.
“InsyaAllah,” Annisa masih memamerkan senyuman manisnya.
“Nanti saya kenalkan dengan anak saya, dia sudah tamat kuliah, sekarang mau lanjut S2 di Universitas kota ini. Dulu menyelesaikan S1 di Kairo, InsyaAllah ke depannya dia akan meneruskan saya sebagai pimpinan pesantren, ” jelas Pak Guntoro.
Annisa hanya tersenyum mendengar penjelasan Pak Guntoro.
“Nanti ya, kita atur jadwalnya,” ucap Kak Ahsan sambil tersenyum.
“Iya betul, sekalian Ahsan juga ikut ajak istri dan anakmu ya, kita makan-makan di sana,” ajak Pak Guntoro.
Kak Ahsan mengangguk menyetujui ajakan Pak Guntoro tersebut. Annisa hanya terus tersenyum karena merasa heran mengapa Pak Guntoro ini langsung mengajak makan keluarga Kak Ahsan.
Setelah Pak Guntoro berpamitan, Kak Aisyah dan Kak Ahsan semangat memilihkan baju untuk acara kunjungannya ke pesantren Pak Guntoro.
Padahal Annisa sudah sangat lelah karena dari tadi mengelilingi Mall tetap saja tidak ada baju yang dia sukai.
Annisa duduk di bangku untuk menunggu Kakaknya memilihkan baju untuknya.
Kak Aisyah membawa gamis berwarna pink dengan balutan kain bergelombang di bagian pinggangnya. Dia menunjukan baju itu kepada Annisa.
Dengan kondisi sudah lelah Annisa mengangguk dengan pilihan Kakaknya itu.
Segera di bayar dan bergegas pulang ke rumah karena melihat Annisa sudah sangat kecapean.
***
Saat makan malam, Kak Ahsan menelepon Abah yang berada di Sukabumi.
Kak Ahsan memberitahu Abah kalau dia tadi bertemu dengan Pak Guntoro sahabat Abah, mendengar itu Abah sangat bersamangat dan ingin segera mendengarkan kabar selanjutnya setelah mereka berkunjung ke pesantren Pak Guntoro.
Abah sangat merindukan sahabatnya itu, namun kali ini Abah tidak bisa ikut hadir untuk mengunjungi pesantren.
Abah berpesan kepada Kak Ahsan supaya segera memberitahu Annisa tentang perjodohan yang sudah di janjikan dahulu semasa mudanya.
***
Annisa sudah berada di kamar nyamannya itu. Dia tidur terlentang di kasur sambil melamunkan sesuatu.
Bagaimana jika dirinya tidak lolos dalam test ujian masuk Universitas? Apa yang akan dia lakukan jika hal tersebut terjadi? Abah memberi pesan jikalau Nisa tidak lolos maka dirinya harus menuruti keinginan Abah untuk segera menikah.
Annisa tidak ingin cepat-cepat menikah, karena dia memiliki cita-cita yang tinggi, apapun pekerjaannya yang penting dia bisa sukses dan membahagiakan kedua orang tuanya.
Apa dia harus bekerja di sini jika nanti tidak lolos? Banyak sekali pikiran negatif yang bermunculan di kepala Annisa.
Tok … tok … tok …
Suara mengetuk pintu kamar Annisa
Annisa membuka pintu tersebut.
Ternyata Kak Ahsan yang mengetuk kamar Annisa.
“Kamu belum tidur?,” tanya Kak Ahsan.
“Belum Kak, tadi Nisa sudah siap-siap mau tidur,” jawabnya.
“Nisa ini Kakak belikan sesuatu, dipakai ya,” Kak Ahsan memberikan sebuah box kepada Annisa.
“Apa ini Kak?,” Annisa memperhatikan luaran box berwarna hitam itu.
“Buka saja, ini hadiah buat Annisa, pasti kamu sangat membutuhkannya, Kakak balik ke kamar dulu ya,” Kak Ahsan pergi meninggalkan adik perempuannya itu.
Annisa membolak-balik box yang diberikan oleh Kak Ahsan, dia tidak bisa menebak apa yang ada di dalamnya.
Annisa berjalan menuju meja belajar dan mengambil gunting miliknya.
Dia membuka box itu perlahan-lahan.
*BUK*
Boxnya berhasil di buka oleh Annisa dan ternyata isinya adalah handphone terbaru yang sangat canggih, jauh dengan handphone yang dia miliki saat ini.
Annisa menukarkan kartu sim miliknya di handphone lama dan di pindahkan ke handphone barunya.
Tadinya dia ingin berterimakasih kepada Kakaknya, tapi lebih baik nanti pagi karena sepertinya Kak Ahsan sudah pergi untuk tidur.
Setelah kartu sim di pindahkan, Annisa menelepon Ambunya, untuk mengurangi rasa rindunya.
“Assalamu’alaikum Ambu,” Annisa kini berbicara via telepon bersama Ambunya.
“Wa’alaikumsalam Nisa, apa kabar sayang?,” terdengar dari suaranya Ambu seperti sangat merindukan Annisa.
“Alhamdulillah baik, Ambu sehat?,” tanya Nisa yang juga merindukan Ambu.
“Alhamdulillah Ambu baik-baik saja, bagaimana di sana? Kamu betah?,” Ambu memastikan puteri kesayangannya betah tinggal bersama Kakaknya.
“Betah Ambu, di sini Nisa di ajak ke Mall, tadi Kak Ahsan juga masuk kamar Nisa terus memberi Nisa handphone baru Mbu,” dengan bersemangat Nisa menceritakan semua kejadian yang telah dia lewati.
Setelah selesai bercerita, Ambu berpesan untuk selalu membantu pekerjaan rumah Kak Ahsan meskipun sudah ada Mbak. Sebagai ucapan terimakasih karena sudah mau memberi tempat tinggal untuk Annisa.
“Nisa, jangan lupa ya nanti datang ke pesantren Pak Guntoro,” Abah berteriak dalam teleponnya.
“Kenapa Nisa harus datang Abah?,” Annisa sangat bertanya-tanya kenapa Abah sampai tau kalau tadi dia bertemu Pak Guntoro.
“Kamu akan di kenalkan dengan anaknya Pak Guntoro,” jelas Abahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments