Syaf dan Melda

Syaf dan Melda

pertemuan pertama

Waktu sudah menunjukkan pukul 7:33 pagi, di rumah besar dan terlihat asri itu. Seorang gadis cantik yg masih betah dengan kasur empuknya tanpa berniat sedikit pun untuk bangun, hingga sang ibu mencoba membangunkannya berkali kali, karena hari ini ia harus ke sekolah tapi tak kunjung bangun.

"Mel ...Melda bangun Nak! Udah siang sayang, kamu udah telat tu ke sekolah, bentar lagi udah jam delapan," ujar sang ibu.

"Bentar lagi ibu... aku masih ngantuk nhi, lagian aku malas buat ke sekolah," ujarnya dengan mata yang masih terpejam.

"Izin sehari aja boleh ya buk?..." sahutnya lagi.

"Ee ee.... pokonya ibu nggak mau tau ya, kamu harus ke sekolah sekarang!" ujar sang ibu dengan suara keras dan tak mau di bantah.

"Walaupun kamu terlambat tetap kamu harus ke sekolah, kalau nggak uang jajan kamu ibu potong," mendengar penuturan ibunya seketika Melda langsung membuka matanya, dan langsung bergegas ke kamar mandi.

"Iyah buk, iyh Melda mau mandi ke sekolah nhi," ujarnya dengan berlari menuju kamar mandi.

"Ibu mah nggak seru deh, pake acara ngancam kalau uang jajan aku mau di potong segala lagi, kalau kaya gitu aku bisa apa hah," ujarnya dengan nada pasrah di dalam kamar mandi. ia terus menggerutu kesal di dalam sana.

Satu jam kemudian.

"Bu aku berangkat!" ujarnya sambil membenarkan tas nya.

"Kamu nggak sarapan dulu sebelum berangkat?" tanya mama Imel. "Ibu udah siapin tu sarapan kamu dimeja ujarnya lagi."

"Nggak ah, nanti aja di kantin sarapannya, lagian udah kenyang dengar ancaman ibu, kalau uang aku bakal di potong," Ujarnya dengan nada meledek sambil meminum sedikit susunya yang ada di atas meja.

Mendengar hal itu Ibu Imelda lantas mendelik,

"Biar kamu kapok dan nggak coba coba lagi, buat nggak sekolah," ujar Ibu Imel.

"Iyah buk janji deh... nggak bakalan coba coba lagi, ya udah aku berangkat ya bu!" ujar Imelda sambil mencium tangan ibu nya, "Assalamualaikum ibu."

"Wa'alaikumsalam, iyh hati hati Nak!, bawah motor nya jangan ngebut ya!" ujar sang ibu.

"Siap ibu" balas Melda sambil mengangkat jari jempol nya.

Di Sekolah. "Ha... untung aja aku belum terlalu telat sampainya, kalau nggak bisa bisa Pak Abi bakalan buat hukuman baru lagi nhi buat gue," katanya sambil berjalan dengan sedikit berlari.

tiba tiba.... Melda menubruk seseorang karena berjalan tidak hati hati.

"Aow!, jidat gue s*tan.." Meringis sambil menyeka jidatnya, tanpa melihat orang yang sedang ada dihadapannya.

"Lagian lo kalau jalan tu pake mata dong! Dan jangan lari lari kayak tadi, kayak bocil aja, pake mengumpat gue s*tan lagi," katanya dengan nada marah.

Mendengar ada yang berbicara seketika Imelda menoleh ke arah pria tersebut.

"Heh! Disini bukan cuman gue doang yang lo salahkan, tapi lo juga yang salah dan satu lagi jalan itu pake kaki bukan pake mata. Mata itu gunanya untuk melihat be*go," ujarnya dengan mengumpat kesal pria didepannya.

"Dan mana sempat gue fokus, kalau gue lagi lari buru buru kayak gitu." Lanjut Imelda.

"Lagian lo ngapain pake lari lari segala bocil, lo jalan maupun lo merayap sekalipun. Tu sekolah gak bakalan ninggalin lu," ujar Syafiruddin sambil menunjuk gedung sekolah itu. "Pokoknya lo yang harus di sala_h." perkataan Syaf dipotong mendadak oleh Imelda.

"Ala... bac*t bangat sih kamu," ujar Imel.

Perkataan Imel bertepatan dengan bunyi bel masuk.

"Ah pas banget waktunya masuk kelas," sambil berhadapan kearah Syaf dengan senyum menjengkelkan.

"Udah dulu ya pidatonya! Nanti di lanjutin lagi, tapi kapan? Aku nggak tau," ujarnya dengan nada meledek dan tertawa sambil berjalan pergi begitu saja.

"Woe bocil! Gue belum selesai ngomong," teriak syaf dengan nada kesal. "Sial baru kali ini gue di injak injak awas aja lo kalau ketemu, ga bakalan bisa kabur lagi dari gue." Ujarnya sambil mengepalkan tangannya kuat.

"Awas aja tu bocil! Kalau gue ketemu lagi tu cewe, bakalan gue balas." Ujarnya lagi sambil mendengus kesal.

Di kediaman Imelda.

Ibu Imel menerima telfon dari Ibu Nindi.

"Iyah jeng dipercepat pertemuannya juga lebih bagus kok, saya nggak keberatan, terus kira kira kapan kita atur waktunya?..." ujar Ibu Imel antusias.

"Kalau jeng mau sebentar malam gimana?" tanya Ibu Nindi.

"Ya udah saya juga sebentar nggak sibuk, jadi pas waktunya," ujar Ibu Imel.

"Ya udah jeng sampai ketemu nanti malam," sahut Ibu Nindi.

"Ya udah Assalamualaikum..." Ibu Imel.

"Wa'alaikumsalam" Ibu Nindi membalasnya.

Sementara di sebuah kelas seseorang pria duduk termenung di dalam kelas nya sambil memikirkan seorang wanita yang tak sengaja ia tabrak di depan sekolah tadi.

Yap dia adalah Syaf. saat pertemuan mereka yang tak sengaja tadi membuat dia memikirkan wanita yang Ia sebut bocil, siapa lagi kalau bukan Imelda. Dia jadi termenung sambil mengingat kejadian tadi dengan tersenyum kecil.

"Woe diam diam bae loh," ujar Aldo sambil menepuk bahu Syaf hingga mengagetkan pria tersebut dari lamunannya.

"Kebiasaan banget ya loh, suka banget kaget-in gue," ujar Syaf melirik kesal.

"Ya abisnya lo kayak orang gila aja tahu nggak, lo ngelamun sambil senyum senyum kayak gitu," imbuh Aldo tersenyum geli.

Pasal nya saat Aldo masuk ke kelas ia sudah merasa aneh dengan tingkah Syaf yang tersenyum sendiri.

"Nggak... gue lagi mikirin cewek yang nggak sengaja gue temu di depan sekolah tadi," ujar Syaf melirik ke arah Aldo.

Nino mengerutkan keningnya bingung.

"Cewek yang mana yang lo maksud?," tanya Aldo penasaran.

"Gue juga baru pertama kali ketemu sama dia, apa dia anak baru yah di sini? Soalnya gue baru pertama kali lihat tu cewek," balas Syaf penasaran.

"Mungkin juga iyah mungkin juga tidak," jawab Aldo dengan jawaban yang ambigu.

Mendengar itu Syaf lantas melirik kearah Aldo dengan tatapan kesal. Pasalnya jawaban yang Aldo katakan terdengar seperti bergurau dan Syaf tidak menyukai hal itu, jika Ia sedang berbicara serius seperti ini.

Aldo yang melihat tatapan itu tertawa sambil berkata. "Santai brother, gitu amat tatapan nya, gue emang nggak yakin aja kalau dia murid baru di sekolah ini. ujar Aldo.

"Kenapa loh bisa yakin kalau dia bukan anak baru?... tanya Syaf sambil menaikkan sebelah alisnya dengan rasa penasaran.

"Yeah karena gue tahu lo tu jarang banget bergaul dan kenal sama anak anak di sini apalagi siswi, sejarah lo kan emang kaku orang nya jadi susah buat lo begitu mengenal siswi kita di sekolah ini," kata Aldo. Lantas hal itupun dibenarkan Syafruddin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!