cowok rese

"Lo tahu kan! Kalau lo banyak buat masalah di sekolah. Kayaknya menarik juga buat nyokap lo tahu berita yang sangat menyenangkan ini!" kata Syaf tersenyum kearah melda sambil memangku kakinya dengan angkuh.

"So? ... setuju dengan hal itu?" tanya Syaf tersenyum puas. Melda hanya bisa terdiam mengepalkan tangannya kuat menahan emosinya.

Sekarang ia sudah tidak bisa berbuat apa apa lagi jika sudah diancam seperti itu. Ia tidak ingin ibunya tahu akan hal itu apalagi sampai membuat ibunya sedih.

"Oke gue mau terima keputusan lo," ucap Melda pasrah menahan kesal.

"Nah kayak gini kan enak, oke jadi kamu udah sepakat kan buat pacaran bohongan sama gue?," katanya lagi.

"Iyah bawel," balas Imelda kesal.

"Udah kan? ... gue mau balik," ucap Melda sambil berdiri dari duduk nya.

"Tunggu! Gue anterin lo sampe ke rumah," kata Syaf ikut berdiri.

"Nggak usah! Aku bisa sendiri," jawabnya dengan ketus.

"Nggak ... lo harus gue antar nyampe ke rumah, gue mau terkesan baik didepan nyokap lo. Biar Tante Imel nggak curiga sama kita karena pulang terpisah," ujar Syafiruddin dengan nada paksa dan tidak mau dibantah.

"Dengan begitu juga, nyokap lo bakalan laporin ke nyokap gue kalau kita udah ada kemajuan," ujar Syaf lagi.

"Ribet banget sih hidup lo. Ya udah ayo! ... Jangan b*cot mulu," ujar Melda sambil melirik kesal ke arah syaf.

"Ayo!" ajak Syaf sambil menggandeng tangan melda.

"Apa sih! ... nggak usah pegangan tangan juga kali," Ucap Melda ketus sambil melirik tangannya yang digenggam syaf.

"Cuman pacaran bohongan juga," ketusnya lagi dengan wajah tidak suka.

"Ha.." Syaf menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia begitu diuji menghadapi tingkah melda yang begitu ketus dan keras kepala.

Setengah jam perjalanan mereka, akhirnya motor Syaf telah sampai didepan pintu pagar rumah Melda. Melda lalu turun dari motor Syaf. "Makasih" ucap Melda dengan wajah datar. Melda lalu berniat melangkah masuk tapi terhenti saat mendengar ucapan Syaf

"Ngomong Ngomong soal yang kamu ucapin tadi, Kayaknya aku anggap sebagai kode, bawah kamu sebenarnya mau pacaran beneran sama aku," Ujar Syaf menjahili Melda dengan tersenyum jail, sambil menaik turun kan keningnya dengan nakal.

Mendengar hal itu Melda langsung melirik sebal dan pergi meninggalkan Syaf yang tertawa puas di-atas motornya.

"Woe bocil jangan salah tingkah gitu dong! Hahaha," Panggil Syaf dengan nada teriak, sambil tertawa puas melihat tingkah Melda.

Mendengar teriakkan Syaf membuat Melda menghentikan langkahnya, lalu berbalik sambil berteriak kesal.

"Apa sih, nggak yah! Gue nggak salah tingkah dasar cowok rese," teriak Melda dengan sebel sambil menatap marah Syaf. Kemudian ia berlari masuk kedalam rumah.

Melihat hal itu membuat Syaf tersenyum lebar sambil bergumam. "Menarik."

Syaf kemudian menghidupkan kembali motornya dan berlalu pergi meninggalkan kediaman Melda.

Sementara di dalam kamar yang dihiasi dengan stiker dinding Doraemon milik Melda.

"Ah sial kenapa sih harus tu cowok yang dijodohin sama gue? ... kenapa juga ibu suka banget jodoh jodohkan? malah sama cowok rese kayak dia," gerutunya dengan kesal.

"Memang sih! Gue akuin tu cowok ganteng. Tapi kan orang nya rese malah memaksa lagi, ah pokoknya gue kesal banget hari ini," teriak Imelda menggema di dalam kamar.

Tidak lama setelah itu terdengar suara ketukan di luar kamarnya .

"Sayang kamu di dalam Nak? Sayang, Imel...?" Ibu Imel mengetuk pintu memanggil beberapa kali, karena tak kunjung ada sahutan dari dalam sana.

Melda melirik ke arah pintu, "Iyah Mah ... Melda lagi ganti baju, bentar lagi keluar kok." teriaknya dari dalam.

Mendengar ada sahutan dari dalam lantas membuat Ibu Imel bernafas lega.

"Ya udah cepat yah! Mama nunggu di bawah, kita makan malam. Udah mama buatin makanan kesukaan kamu," jawab Mama Imel.

"Iyah buk nanti Imel nyusul," sahutnya dari dalam kamar.

"Ya udah, jangan lama lama ya! keburu makanannya dingin loh ..." Mama Imel mengingat kan lagi anaknya.

Laras mempunyai kebiasaan yang jika makan harus selalu dipanggil, karena ia sangat malas jika menuruni tangga. kadang ia menyuruh BI Tuti mengantarkan makanan di kamarnya.

Ia memang terlihat manja jika di rumah. Karena Ibunya memang biasa memanjangkannya hingga sikap manjanya terbawah sampai saat ini.

Tidak tahu apakah sikap manjanya bisa diubah atau tidak, sebab ia sudah terbiasa dengan hal itu. segala hal selalu BI Tuti atau ibunya yang menyiapkan semuanya.

Bunyi telepon menyadarkan ia dari lamunannya. Ia kemudian meraih benda persegi itu, dari atas mejanya.

"Halo! ..."

"Lo di mana?" terdengar suara wanita di sebrang sana.

"Lagi di Rumah, emangnya kenapa?" jawab Imelda dengan berjalan ke arah kasur, dan mendudukkan kembali b*bokongnya di sana.

"Jalan yuk! Lagi suntuk nhi, nggak ngapa-ngapain nhi di rumah," ujar Kesya.

Yap ... yang menelponnya adalah Kesya temannya melda. Ia bosan di rumahnya hingga mengajak melda untuk jalan bareng.

"Lah... Lo bilang nggak ngapa-ngapain, tapi ini apa lagi telponan sama gue?, bukanya ini juga disebut suatu aktifitas ya?" kata Melda dengan bercanda.

"Mulai lagi deh lo ... gue serius ah, jalan yuk!" Keysha mencoba mengajaknya lagi.

"Emangnya Martin kemana?" tanya Melda.

"Dia lagi keluar kota sama keluarganya, katanya sih ada kerjaan gitu, di Surabaya Bareng ayahnya." kata Keysa dengan nada kesal mengatakan itu.

"Oh gitu ... tapi gue juga habis dari luar," kata Melda.

"Sama siapa? Kok nggak ajak ajak sih!" Ucapnya dengan nada merajuk yang dibuat buat.

"Ini juga nggak direncanakan sih. Soalnya aku keluar juga karena cowok rese yang maksa gue, you know lah!," kata Melda malas saat mengatakan cowok rese.

"Really? Terus terus ... kalian ngapain aja?" Kesya malah antusias mengetahui sahabatnya yang keluar bersama pria, wajahnya terlihat senang.

"Ya nggak ada yang spesial sih, sekedar berbincang seperti biasanya aja," jawab Melda.

"Nggak asik banget itu mah ... masa nggak ngapa-ngapain sih," jawab Kesya lagi.

"Emangnya lo mau kita ngapain?" tanya melda dengan nada selidik.

Ia mengerti arah pertanyaan sahabat gesrek-nya itu.

Sebab ia tahu isi kepala Keysa yang penuh dengan hal hal berbaur romantis.

"Ya seperti kecup pipi, atau gandengan tangan sambil jalan berdua atau kayak kecup bi_" Ucapan Kesya dipotong oleh melda dengan cepat.

"Enak aja! Lo mau ngomong kecup bibir gitu? Nggak ada ya, khayalan loh nggak banget tau nggak," kata Melda sambil menggelengkan kepalanya seakan akan Kesya bisa melihatnya.

"Ya siapa tahu kan!" kata Keysa tertawa.

Sementara Melda dengan wajah cemberutnya karena ditertawakan oleh Kesya.

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!