~Az Kim Alexandria
Hujan kian deras, jaket yang dipakainya tidak hangat lagi, basah kuyup dan menetes-netes di bajunya, gadis itu berdiri di emperan toko kedai makanan. Sepertinya kota ini adalah tujuannya, sekian lama dia mencarinya tapi gadis itu tak kunjung menemukannya, mungkin di kota ini atau di kota selanjutnya. Kata itu adalah mantra di kepalanya, sehingga dia tidak putus asa karenanya.
Hujan kian deras dan dia sama sekali tidak memiliki uang. Dia akan kemana? Sudah lama gadis itu hidup sulit tapi dia tidak mengeluh, sakit hati pun tidak bahkan air mata, tidak sama sekali dia tumpahkan. Gadis itu menyebut dirinya makhluk abadi, konyol bukan jika dia mengeluh.
Dia mencium aroma sedap dari toko itu, bau apa ini? tiba-tiba perutnya berbunyi. Gadis itu menyebut dirinya seorang pembunuh, konyol jika dia kelaparan, mungkin satu atau dua pembunuhan di dalam kedai itu akan menghentikan perutnya yang terus berbunyi.
Gadis itu memutuskan akan masuk dan membunuh pemiliknya dan siapa saja yang ada di dalam dan...makan! dia mengerutkan alisnya, membunuh untuk makan, oh ya...setelah itu dia berpikir untuk meraup uang mereka, toh dia akan membutuhkannya diperjalanannya ini.
Dengan langkah kaki yang berat karena basah oleh air hujan, gadis itu memasuki kedai itu. Sebelum ingin menjalankan aksi brutalnya itu, sepertinya dia sedikit terlambat, pemilik toko telah di hajar oleh beberapa preman. Seorang pria paruh baya sedang meringis kesakitan sambil melindungi wanita paruh baya dibelakangnya. Dia menatap tajam preman di hadapannya. Salah besar dia mengatai preman itu tak berotak, tentu saja itu menyulut kemarahan mereka.
Salah satu preman pirang berhidung besar maju dengan kursi di tangannya. Seperkian detik sebelum preman itu menerjang, gadis itu menemukan dirinya telah menendang pria pirang jelek itu. Mereka semua berbalik menatapnya. Akhirnya semua preman mendengus, yah...dia akan melakukan hal yang sama yaitu mendengus jika dia juga seorang preman dan yang dia hadapi adalah seorang gadis.
Mereka maju, gadis itu menatap pemukul baseball yang ada di dinding mengambilnya cepat dan menghajarnya sehingga mereka semua terjatuh dan wajah mereka bengkak luar biasa.
Dia menaikkan alis dan tersenyum tipis pada mereka.
"Masih belum cukup? pergi...!" gertaknya.
Lalu menghempaskan pemukul dengan cepat ke wajah mereka dan berhenti tepat di wajahnya. "Kalau kalian masih ingin hidup."
Mereka menggeram marah, dan akhirnya terseok Seok berjalan keluar pintu sambil memegang bagian badannya yang kesakitan.
Selesai sudah, kini gilirannya menghabisi pemilik kedai. Mereka berdua berbalik menatapnya lalu tersenyum.
Kenapa? Dia kan ingin membunuh mereka juga. Wanita yang sembunyi di belakang pria itu maju dan tersenyum hangat. "Thank you..."
"Sebagai ucapan terima kasih, maukah kau makan disini?" kata wanita itu.
Gadis itu melotot dan tanpa sadar mengangguk.
"Aku melihatmu berdiri lama di depan kedai kami, kupikir karena hujan deras telah menghalangi tujuanmu, kau mau kemana?"
Dia menatap wanita itu dan berpikir, dia mau kemana? dia lalu menggeleng tidak bersuara.
"Kau punya tujuan?" tanyanya lagi.
Gadis itu mengernyitkan alisnya, tujuan? tentu saja dia memiliki tujuan. Dia berbicara dalam kepalanya sendiri.
Wanita itupun tersenyum. "jika kau belum memutuskan kemana kau ingin pergi, bagaimana jika kau bekerja disini? Sebenarnya kami lagi membutuhkan bantuan, kalau kau tertarik."
Gadis itu menatapnya, wajah penuh senyum ini mengingatkannya pada seseorang yang hangat...itu yang dirasakannya, lalu kepalanya mengangguk seketika.
Mereka berdua mulai membersihkan kedainya yang berantakan. Gadis itu menatap kedai ayam itu, memiringkan kepalanya dan mencoba membaca tulisan di etalase kaca, tanpa sadar dia membacanya agak keras.
"Good eat..er good cheaken." Dia tersentak kaget mendengar suaranya sendiri, wanita itu berbalik menatapnya dan tersenyum lemah, dia berpikir salah mengucapkannya? wanita itu lalu mengucapkan pujian padanya, kemudian dia bertanya. "Kau tak bisa berbahasa Inggris?" Dia mengerjap bingung dengan pertanyaannya.
"English?" katanya mengikuti wanita itu.
"Kau berasal dari mana?" tanyanya lagi.
Tentu dia mengerti yang diucapkannya.
"I am from Asia, erm japan" kata gadis itu pelan. Dia membelalak kaget .
"Jepang? Wow aku suka jepang." Dia tersenyum, wajahnya bersinar bahagia. Gadis itu menatap dan meneliti wanita tua itu, perasaan hangat itu lagi, hangat...hingga dia ikut tersenyum, hal yang jarang dia lakukan. Di masa lalunya yang gelap, senyum tak pernah ada di wajahnya, datar tak berbentuk...
"Ayah, anak ini berasal dari jepang lho." suaminya yang tinggi berambut pirang yang menua lalu menatapnya, wajahnya tak kalah ramah dengan wajah istrinya yang Asia.
"Benarkah? fantastis aku juga memiliki beberapa teman dari jepang."
Mereka memberinya makan, dan makanannya sangat lezat, beberapa menit makanan itu habis tak bersisa. Gadis itu melihat mereka berbincang dengan cepat sekali, lalu menatapnya seperti menilai, wanita itu menghampirinya .
"Kau mau bekerja di sini, sepertinya kau belum memiliki tempat tinggal?" dia tersenyum kecut meminta maaf. Gadis itu juga menatapnya menilai, dia hidup dengan kewaspadaan, sulit mempercayai seseorang bahkan mustahil. Dengan menunggu jawaban darinya, mereka saling menatap.
Dia pun mengangguk, sejujurnya gadis itu sama sekali tak punya tempat tinggal bisa disebut seorang gelandangan. Mereka tersenyum lega.
"Siapa namamu?" tanya wanita itu.
"Erm...Nama..namaku Az Kim Alexandria."
"Nama yang indah, boleh aku memanggilmu Andria?"
Andria menatapnya dan mengangguk. Mata yang teduh dan damai pernah dia melihat mata itu dulu...dulu sekali, samar teringat.
"Andria kau boleh menempati kamar ini mulai sekarang, jangan sungkan. Sebenarnya aku dan suamiku memang lagi mencari karyawan, rumah kami sangat sepi, oh ya..kami memiliki seorang putra tapi dia lagi di Portland sekarang, biasanya dia pulang kalau lagi ada waktu, ok..istirahatlah, kamu pasti lelah." Senyumnya lalu menutup pintu.
Kamar yang cukup luas dan ramah, jendela itu langsung menghadap ke matahari, pemandangan yang indah, dia duduk di depan jendela menatap gelapnya malam, berpikir tentang masa lalunya. "Aku makhluk immortal." Begitulah dia menyebut dirinya dan orang yang mengenalnya.
Samar teringat mereka memanggil-manggilnya dengan Az bukannya Andria, tapi dia tak membantahnya dan tidak keberatan, dia perlu nama lain. Andria membuka jendela kamar menghirup wangi aroma malam, bau tanah yang terkena hujan sangat dia sukai membuatnya rileks tanpa kekakuan. Memikirkan bagaimana memulai pencariannya, ya...untuk sementara dia akan tinggal di sini dan mulai mencarinya.
Andria membuka matanya, padahal fajar belum tampak, ini hal wajar yang selalu dia lakukan, kewaspadaan menjelma menjadi bagian dirinya, setelah mandi dan berganti baju, Andria turun ke kedai dan mendapati suami istri itu sedang sibuk memasak dan menyiapkan makanan yang akan dijualnya. Andria berdiri di tengah ruangan, bingung tak tahu apa yang harus dia lakukan.
Wanita yang menyebut dirinya Mrs Weltson selain mendatanginya, lalu memberikan kunci motor kepadanya.
"Andria kau bisa mengendarai sepeda motor?"
Andria berbalik dan menatap motor merah tua dengan boks segi empat, dia kemudian mengangguk.
"Bagus, nah inilah yang nanti kau lakukan, jasa mengantar makanan, apa kau bisa?"
Andria menatapnya dan mengangguk.
"Nah, sarapanlah dulu sebentar lagi kita akan sibuk."
Andria melangkah ke meja makan dan memikirkan tentang pekerjaan ini, ya..ini adalah pekerjaan pertamanya.Telepon berdering dan Mr.Weltson menatapnya.
"Andria bawalah pesanan ini di alamat ini, sambil menyerahkan kertas. "Menurutmu kau bisa?"
Andria mengangguk, tentu saja aku bisa Pikir Andria, dia berkeliling kota hingga sampai di kota ini.
"Ya aku bisa." dia lalu tersenyum menyemangati.
Andria memakai baju putih yang di sediakan di kedai itu dengan celemek hitam panjang dengan tulisan besar di bagian depan, "Good eat good chicken." Andria memakai topi dan helm merah dengan box segi empat besar di taruh di belakangnya.
"Hati-hatilah Andria." Senyum mereka berdua menyemangati. Andria kembali mengangguk.
Jalanan tampak padat, dia tak tahu mengapa, setelah mengantar makanan ke alamat yang di berikan, Andria segera kembali menuju kedai, tapi di tengah jalan banyak orang berkerumun dan memegang spanduk besar. Diapun berhenti pada saat lampu merah, menunggu pejalan kaki melintas di zebra cross.
Setelah beberapa lama menunggu, Andria mendengar teriakan-teriakan marah dan beberapa lelaki dan wanita dengan anaknya berlarian. pria-pria berjas hitam itu berenam, dan pria itu memukul dengan membabi buta di tengah hiruk pikuk para pendemo, wanita itu berteriak histeris, menghalangi sang pemukul, Andria mengernyitkan alisnya, dia benci mendengar teriakan-teriakan itu, kepalanya sakit, sangat sakit berdentum-dentum, dia menggertakkan giginya. Lalu disinilah Andria berdiri menamengi diantara para pria berjas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
αуαηgηуαᴳᴼᴶᴼᴷᴵᴷᴼᵇᵃᵍⁱ2
apa itu makhluk immortal 🤔🤔
2023-02-11
0
Asoka
karya terbaik
2021-11-14
0
Asoka
karya terbakk
2021-11-14
0