Pewaris Sang Triliuner

Pewaris Sang Triliuner

Warisan tak Terduga

Surya mencoba sekali lagi mencubit pahanya.

“Auww!.” pekiknya tertahan. syukurlah ini bukan mimpi.

Terus terang saja matanya masih belum mempercayai apa yang sedang dilihatnya sekarang. jempol kanannya menggosok berulang kali tulisan yang hampir membuat jantungnya copot itu.

“Ehem … Jika anda menggosoknya terlalu keras saya khawatir kertasnya akan rusak.” Suara bariton tegas di depannya berhasil membuat Surya menghentikan aksinya.

Pria berpenampilan gagah di depan Surya itu adalah Alfred Gray. Seorang pengacara yang ternyata disewa oleh seorang miliarder dari US untuk mengurusi wasiat terakhirnya.

“Maaf, Pak. Saya masih belum bisa percaya apa yang saya lihat ini. ini benar jumlah nolnya segini?” Tanya Surya penasaran.

“Saya sudah memeriksanya berulang kali dan itu sesuai dengan apa yang diwasiatkan oleh Tuan Frederick.” Si Pengacara memandang Surya dengan tatapan dingin karena merasa pemuda berambut hitam di depannya itu seperti meremehkan keahliannya.

Surya yang merasa pandangan Mr. Alfred berubah terhadapnya segera mengklarifikasi ucapannya. “Maaf bukan saya meragukan kinerja anda. Saya hanya ragu ada kesalahan penulisan.”

“Saya tekankan sekali lagi tidak ada kesalahan di sana.”

“Da … Dan uang ini semua untuk saya?” Gagap Surya.

Mr. Alfred hanya menganggukkan  kepalanya sesaat. Jika orang tak memperhatikan dengan benar, anggukan itu mungkin tidak akan terlihat.

Pandangan pemuda tujuh belas tahun kembali tertuju pada dokumen di tangannya. Dalam dokumen itu tertulis jelas bahwa seorang pria bernama Frederick Langdon, entah siapapun itu, telah mewasiatkan untuk memberikan sepuluh persen dari seluruh harta kekayaannya untuk siapa saja yang menghadiri pemakamannya.

Hanya kebetulan saja saat itu Surya yang baru saja mengunjungi makam kedua orang tuanya berteduh di sebuah mausoleum. dan beberapa saat kemudian sebuah ambulans berhenti di depan bangunan itu. Saat itulah kali pertama Surya bertemu dengan Alfred Gray.

Surya sama sekali tak menyangka jika pertemuan tidak sengaja itu akan membuatnya menjadi seorang miliarder. Hal ini karena hanya Surya saja yang menghadiri pemakaman orang itu.

Jumlah uang yang diwariskan pada dirinya adalah lima belas milyar. Jumlah yang sangat fantastis. tetapi bukan itu yang membuat matanya semakin terbelalak. Satuannya bukan IDR tapi USD. Ia menghitungnya dalam hati dan mendapati jumlahnya dikonversi ke rupiah menjadi sekitar dua ratus triliun lebih.

Jika jumlah ini sampai bocor ke publik, dia bisa masuk dalam jajaran sepuluh orang terkaya di Indonesia.

Beberapa menit yang lalu ia hanya seorang pemuda biasa yang sedang mengkhawatirkan pendidikannya yang bisa putus kapan saja karena kurangnya biaya. Tanpa kedua orang tuanya, tak ada yang mau mengasuh dan menanggung biayanya. Meskipun masih ada keluarga dari ibu dan ayahnya, mereka tidak ada yang mau menampung Surya.

Sebelum masuk ruang konseling ini Surya hanya punya uang seratus dua puluh lima ribu rupiah sebagai bekalnya untuk bisa bertahan selama seminggu kedepan, Itu pun ia harus berhemat dan segera menemukan pekerjaan yang menghasilkan uang.

Kini dalam sekejap mata ia bisa masuk dalam jajaran sepuluh orang terkaya di Indonesia dengan aset lima belas milyar USD.

“Setelah anda menandatangani berkas ini, uang tersebut akan segera ditransfer ke rekening anda secara bertahap hingga minggu depan. selama itu mohon anda jangan sekalipun mengecek rekening anda. Saya akan menghubungi anda setelah proses transfer selesai.”

“Kenapa harus menunggu selama itu, Sir?” Tanya Surya penasaran.

“Panggil saja saya Alfred. Masalah itu karena pihak kami akan mengatur transfer secara bertahap ke ratusan rekening yang kesemuanya akan bermuara di rekening anda. Hal ini untuk menghilangkan jejak transfer agar tidak bisa dilacak oleh orang - orang tertentu.”

“Apakah uang ini uang yang berbahaya?” Mendadak Surya menjadi enggan menandatangani dokumen itu. Timbul rasa takut di hatinya. Apa gunanya memiliki banyak uang tapi harus hidup dalam bayang - bayang ketakutan?

“Anda tenang saja semua uang ini murni hasil kerja keras dari Tuan Frederick. Hanya saja ada beberapa orang yang masih mengincar harta beliau, oleh karena itu saya membuat proses ini untuk menghilangkan jejaknya.”

Surya masih belum bisa mengendalikan rasa takutnya. Meskipun perkataan Alfred sedikit bisa membuatnya tenang tangannya masih berat untuk menggoreskan tanda tangannya.

Pikirannya masih berkutat seputar pembagian uang warisan ini. Masih menjadi tanda tanya besar kenapa pemakaman orang sekaya ini tak ada pelayat sama sekali. Apakah orang ini tak memiliki keluarga? teman? kerabat?

Ia benar - benar tidak mengerti jalan pikiran para orang kaya. Tingkah mereka kadang sangat aneh dan nyentrik.

Banyak orang kaya yang pura-pura jadi ojol, ada yang hanya jadi pelancong. Ada yang pura-pura jadi orang miskin untuk memberi pelajaran pada orang yang semena - mena. Surya sudah sering mendengar hal yang semacam itu.

Tetapi orang yang membagikan kekayaannya secara acak seperti ini, baru pertama kali ia temui. Ditambah lagi Frederick Langdon adalah orang berkewarganegaraan Amerika tetapi ia ingin dimakamkan di Indonesia. Pasti ada sesuatu yang sangat besar dibalik ini semua.

Kemungkinan besar ada permasalahan tertentu sehingga orang ini melarang atau menghalangi keluarganya ikut serta dalam pemakaman. Apakah sembilan puluh persen hartanya yang lain digunakan untuk hal ini.

Sepertinya Albert memperhatikan gerakan tangan Surya yang terhenti di atas kolom tanda tangan. Pengacara paruh baya itu bisa merasakan jika pikiran bekerja dengan sangat cepat entah apa yang dipikirkan pemuda itu.

“Setelah anda menandatangani dokumen ini kontrak kerja sama saya dengan Tuan Frederick secara otomatis akan berakhir. Selanjutnya kita tidak akan bertemu lagi dan saya menjamin dengan segala kemampuan saya tidak ada yang akan curiga semua uang ini masuk ke rekening anda.”

Surya mendongak ke arah Alfred. Pengacara ini mampu memahami kegundahannya. Seulas senyum terukir di wajah pemuda itu.

Tangannya dengan gesit menggoreskan tinta pada kolom tanda tangan. Namun sepertinya baru separuh jalan goresannya berhenti.

“Pak Alfred Sebelum saya menuntaskan tanda tangan saya dan mengakhiri tugas anda, izinkan saya menanyakan hal ini pada anda. Jika seandainya anda yang menerima uang ini hal apa yang akan anda lakukan?”

Alfred segera mengubah penilaiannya terhadap pemuda di depannya. Pada umumnya seseorang akan menerima tanpa bertanya apapun jika mendapat uang sebanyak ini. Apalagi jika dia masih remaja. Kebanyakan dari mereka akan berpikir bagaimana menghabiskan uang sebanyak ini.

Pemuda ini jelas bertanya padanya dari sudut pandang seorang pengacara yang sudah sering berhubungan dengan orang kaya. Jika itu orang kebanyakan pasti jawaban yang didapat adalah membeli kemewahan. Tapi sudah pasti berbeda jika yang ditanya adalah seorang pengacara profesional yang sudah terbiasa menangani uang dengan jumlah besar.

“Jika anda bertanya pada saya tentang apa yang akan saya lakukan jika saya yang menerima uang ini, maka jawaban saya adalah …”

Terpopuler

Comments

TJONG KIAN HIN

TJONG KIAN HIN

Mantap…..

2024-06-04

0

www.ok

www.ok

okkk

2024-05-31

0

Imam Sutoto

Imam Sutoto

lanjut

2024-05-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!