Menikah Dengan BERONDONG

Menikah Dengan BERONDONG

EPISODE 1

Suara deringan ponsel yang terletak disamping kemudi membuat Lisa menghela napas. Benda pipih itu bahkan sedikit lagi akan terjatuh dari tempatnya karna terus bergetar hingga akhirnya bergerak maju dari tempatnya semula.

Deringan itu berhenti namun disusul dengan beberapa notifikasi yang masuk yang akhirnya membuat ponsel itu benar benar lolos dari tempatnya.

Ponsel berkesing gold milik Lisa jatuh dibawah kursi samping kemudi tempat Lisa sedang fokus dengan jalanan yang sedang dilaluinya. Jalanan yang sangat padat kendaraan. Baik kendaraan roda dua maupun empat.

Saat jalanan yang padat itu berhasil dilalui, Lisa pun menambah kecepatan laju mobil sport merah miliknya agar cepat sampai dirumah mengingat malam semakin larut.

Lisa pulang terlambat bukan disengaja. Tapi karna memang ada pasien dalam keadaan gawat yang harus ditangani dengan cepat.

Setengah jam perjalanan akhirnya Lisa sampai didepan gerbang. Disana sudah berdiri pria tampan berkaos putih polos yang begitu pas membungkus tubuh kekarnya. Pria itu adalah Devano william, suami brondong Lisa.

Lisa menghela napas. Siapapun pasti akan menggelengkan kepala melihat CEO tampan dan kaya raya membukakan gerbang untuk istrinya yang baru pulang dari bekerja.

Lisa melajukan pelan mobilnya memasuki halaman luas rumahnya dan Devan. Dan begitu dirinya turun, Devan dengan sigap membukakan pintu mobil untuknya.

“Selamat malam istri cantiku..” Senyum Devan manis.

Lisa menatap Devan dengan wajah datarnya. Lisa benar benar sedang merasa lelah dan enggan meladeni tingkah suaminya sekarang.

“Devan..” Panggilnya pelan.

“Ya sayangku...” Saut Devan terus menyunggingkan senyuman manis dibibirnya.

“Aku capek. Tolong mengerti.” Ujar Lisa.

Senyuman dibibir Devan seketika lenyap. Ucapan Lisa begitu dingin dengan wajah tak ber ekspresi saat menatapnya.

“Oh.. Begitu ya?”

Devan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Devan pikir Lisa akan senang dengan sambutan-nya.

“Aku masuk dulu.”

Lisa berlalu begitu saja meninggalkan Devan yang masih berdiri disamping mobil sport merah miliknya.

“Malam nyonya...” Sapa seorang asisten rumah tangga yang bekerja dirumahnya dan Devan.

Lisa hanya tersenyum dan menganggukan pelan kepalanya membalas sapaan pekerjanya itu. Lisa terus saja melangkah menuju lift dirumahnya menuju lantai dua rumahnya. Lisa merasa tidak sanggup jika harus menapaki satu persatu anak tangga dirumah yang dibeli suaminya setelah mereka menikah.

Tidak lama setelah Lisa masuk kedalam lift, Devan muncul dengan langkah yang terkesan sangat buru buru. Pria berkaos putih polos itu sengaja mengejar istrinya yang baru pulang dimalam larut ini.

“Bi Ci, tolong buatkan teh hangat yah..” Perintah Devan pada asisten rumah tangganya yang memang akrab disapa bi Ci sebelum berlari menuju tangga.

Bi Cici hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah kekanak kanakan tuan mudanya itu. Devan memang bertingkah ajaib jika sudah bersangkutan dengan Lisa, istrinya.

Devan tersenyum begitu sampai dianak tangga terakhir. Pria itu menarik napas kemudian menghelanya kasar.

Devan melangkah pelan menuju pintu lift yang saat itu terbuka.

Lisa terkejut melihat Devan yang sudah berdiri didepan pintu lift. Helaan napas kembali keluar dari bibir Lisa.

Enggan meladeni tingkah kekanak kanakan suaminya, Lisa pun melangkah melewati Devan menuju kamar mereka dengan Devan yang langsung mengikuti dari belakang.

“Aku udah suruh bi Ci supaya membuatkan teh hangat untuk kamu sayang..” Katanya sambil mengikuti Lisa dari belakang.

“Baik, terimakasih Devan.” Balas Lisa sambil membuka pintu kamar mereka dan Devan terus mengikuti.

Lisa meletakan tas kerjanya diatas nakas kemudian melepas jas putih kebanggaan-nya dan meletakan-nya diatas tempat tidur.

“Ah biarkan aku siapkan air hangat untuk kamu sayang..”

Devano berkata dengan senyuman yang terus menghiasi bibirnya. Pria itu melangkah cepat masuk kedalam kamar mandi untuk menyiapkan air hangat.

Lisa yang memang sudah terbiasa dengan sikap suaminya hanya diam saja. Lisa memang wanita yang tidak banyak bicara, baik saat bekerja ataupun dirumah.

Deringan ponsel milik Devan membuat Lisa menoleh. Lisa menatap sebentar ponsel milik suaminya kemudian menghela napas tidak perduli.

“Air hangat nya sudah siap sayang !” Seru Devan dari dalam kamar mandi.

Lisa menggeleng pelan. Entah kenapa Devan begitu sangat kekanak kanakan jika didepan-nya. Padahal saat didepan para bawahan-nya Devan begitu berwibawa dan tegas.

Lisa melangkah menuju gantungan handuk yang ada disamping pintu kamar mandi. Wanita itu kemudian masuk.

“Kamu mau melihatku mandi?” Tanya Lisa pada Devan yang terus berdiri disamping shower.

“Oh maaf.. Kalau begitu aku keluar.” Tawa Devan pelan.

Devan melangkah melewati Lisa. Ketika hendak keluar dari kamar mandi Devan berhenti melangkah dan menoleh kembali pada Lisa yang berdiri memunggunginya.

“Lisa..” Panggilnya lembut.

Lisa menoleh menatap Devan.

“Jangan lama lama ya..”

Lisa hanya tersenyum tipis. Devan memang kekanak kanakan. Tapi terkadang Devan juga sangat romantis.

“Aku tunggu kamu. Kita minum teh sebelum tidur.”

Devan keluar dan menutup pintu kamar mandi dengan pelan setelah itu. Sedangkan Lisa, dia melangkah sambil membuka satu persatu kain yang dipakainya.

Dibawah guyuran air hangat Lisa menutup kedua matanya menikmati sentuhan lembut hangatnya air yang mengalir dikulit mulusnya.

Ketika Lisa mulai menikmati mandinya, tiba tiba bayangan masa lalu muncul didepan-nya. Lisa langsung membuka kedua matanya. Napasnya langsung memburu. Masa lalu itu selalu saja muncul setiap Lisa menutup kedua matanya membuat Lisa tidak bisa melupakan-nya sampai sekarang.

Tanpa sadar Lisa meneteskan air matanya. Hatinya kembali berdenyut ngilu mengingat apa yang terjadi dimasa lalu. Masa dimana harapan dan cintanya hancur lebur menjadi butiran debu yang akhirnya terbawa oleh angin yang berhembus namun masih menyisa dan terus mengelilinginya.

Tidak ingin terus terbayang oleh masa lalu kelamnya, Lisa pun buru buru menyudahi mandinya.

Saat Lisa keluar dari kamar mandi, Devan sudah duduk manis ditepi ranjang menunggunya. Pria itu tersenyum melihat Lisa yang muncul dari pintu kamar mandi.

Devan bangkit dari duduknya dan buru buru mendekat pada Lisa.

“Sudah?” Tanya Devan lembut.

“Ya...” Jawab Lisa tersenyum tipis.

Devan tiba tiba mengeryit melihat kedua mata Lisa yang sedikit memerah. Devan langsung bisa menebak bahwa Lisa habis menangis.

“Kamu nangis lagi?” Tanyanya dengan nada khawatir.

Memang bukan kali ini saja Devan memergoki Lisa habis menangis. Lisa memang sering menangis bahkan sejak mereka menikah. Hampir setiap pagi Devan mendapati kedua mata Lisa sembab.

“Aku nggak papa.” Kilah Lisa tidak ingin jujur.

“Sayang tapi...”

“Devan tolong. Aku enggak papa. Aku baik baik aja.” Sela Lisa menatap Devan dengan raut wajah yang menyiratkan kekesalan.

Devan menghela napas kemudian menganggukan kepalanya.

“Oke...” Lirihnya kembali mengukir senyuman dibibirnya.

Lisa melengos kemudian melangkah melewati Devan menuju lemari tempat baju bajunya berada.

“Teh hangat nya jangan lupa diminum ya sayang..”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!