Lisa membuka secarik kertas warna pink yang menempel disetangkai mawar merah yang baru saja dia terima dari salah satu karyawan Devan yang Lisa sendiri tidak tau siapa namanya.
Lisa menghela napas kemudian menggelengkan kepalanya tidak mengerti dengan apa yang ada dikepala suaminya. Setiap hari Devan selalu mengiriminya setangkai bunga mawar merah dengan ucapan romantis yang menurut Lisa lebih kearah lebay dan sangat berlebihan.
Lisa melipat kembali secarik kertas warna pink itu kemudian menyingkirkan-nya dengan menaruh disamping tasnya.
Lisa menghela napas sekali lagi kemudian mulai membuka data pasien yang sedang ditanganinya.
Dok dok dok
Suara ketukan pintu yang begitu keras membuat Lisa tersentak. Penasaran dengan seseorang yang berada dibalik pintu ruangan-nya, Lisa pun segera membukanya.
“Dokter.. Dokter tolong papah saya dokter.”
Seorang gadis menangis ketakutan dengan tatapan memohon pada Lisa.
Lisa kenal dengan gadis itu. Dia adalah anak dari pasien yang memang selalu dipantau dan ditangani oleh Lisa.
“Ayo..”
Tanpa banyak bertanya Lisa segera melangkahkan kakinya mendahului gadis tersebut. Lisa tau keadaan papah dari gadis itu memang sering kali memburuk. Penyakit yang dideritanya memang sudah cukup kronis.
Setibanya diruangan tempat pasien-nya dirawat, Lisa segera mengambil tindakan karna pasien-nya benar benar dalam keadaan yang gawat saat itu.
Tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak di inginkan lagi, Lisa pun segera menyarankan agar pasien dioperasi saja.
Hal itu membuat Lisa kembali harus pulang terlambat. Lisa bahkan membuat Devan kembali menunggunya sampai mondar mandir sendiri didepan gerbang.
“Kamu pulang terlambat lagi sayang?”
Devan langsung menodong pertanyaan pada Lisa yang baru turun dari mobilnya.
Lisa menghela napas kemudian mengangkat tangan kirinya menilik waktu yang memang sudah sangat melebihi waktu kerjanya.
“Ada pasien yang harus aku tangani segera tadi. Dan ini masih jam yang wajar untuk seseorang pulang dari pekerjaan-nya.” Ujar Lisa dengan wajah datar menatap Devan.
Devan tersenyum dan menganggukan kepalanya. Pria itu kemudian meraih tangan Lisa, menggenggamnya dengan lembut.
“Tapi untuk besok kamu dirumah aja ya sayang..”
Lisa mengeryit kemudian melepaskan genggaman tangan Devan. Lisa tidak lupa hari apa besok.
“Maaf Devan. Tapi aku nggak bisa meninggalkan pasienku begitu saja.”
Senyum Devan lenyap seketika. Devan sudah menebak sebelumnya respon Lisa akan seperti itu.
“Lisa, besok itu 5 bulan pernikahan kita loh..”
“Ya aku tau. Tapi kamu tau sendirikan pekerjaan itu sangat penting buat aku Devan. Bukan karna uangnya, tapi karena pengabdian aku.. Aku ingin bisa bermanfaat bagi orang lain.”
“Lalu bagaimana denganku? Aku suami kamu.”
Lisa menelan ludahnya. Lisa sendiri tidak tau kenapa sampai sekarang hatinya belum tergerak sama sekali untuk membalas cinta Devan.
“Aku masuk dulu.”
Jika sudah seperti itu menghindar adalah solusi yang terbaik menurut Lisa. Lisa tidak ingin banyak berdebat dengan Devan.
Devan menghela napas menatap punggung Lisa yang masuk kedalam rumah. Devan sudah menyuruh Kenny menyiapkan kejutan untuk Lisa besok ditaman. Namun sepertinya kejutan itu akan gagal. Lisa tidak mau meluangkan waktu untuk merayakan 5 bulan pernikahan dengan-nya.
Devan berdecak. Dirinya sudah seperti orang tidak waras karna mencintai Lisa yang begitu dingin padanya. Tapi heran-nya Devan tidak pernah sedikitpun berpikir untuk menyerah. Devan justru semakin merasa tertantang untuk membuat Lisa jatuh cinta padanya.
Devan mendudukan dirinya diteras depan rumah. Pandangan-nya lurus ke mobil sport merah milik istrinya.
Tiba tiba seulas senyum terukir dibibir Devan. Pria itu seperti baru saja mendapatkan ide baru untuk bisa sama sama merayakan 5 bulan pernikahan bersama Lisa.
Merasa yakin dengan idenya sendiri, Devan pun mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi Kenny.
“Halo Ken.. Kamu dimana sekarang?” Tanya Devan dengan wajah sumringah.
“Aku di apartemen. Kenapa?”
“Tidak. Tidak papa.. Eemm... Ken, untuk acara ditaman besok dipindah saja ya.. Kita ganti dirumah sakit tempat Lisa bekerja. Oke?”
Devan segera memutuskan sambungan telepon-nya setelah berkata seperti itu pada Kenny. Devan memang sengaja melakukan-nya agar Kenny tidak protes padanya.
Namun ketika Devan bangkit dari duduknya satu notifikasi masuk kedalam ponselnya. Devan segera membukanya. Devan tertawa pelan melihat pesan singkat berisi umpatan penuh kekesalan Kenny padanya.
Devan melangkah masuk kedalam rumahnya tidak perduli dengan umpatan sahabatnya itu. Toh meskipun mengumpat penuh kekesalan Kenny pasti akan tetap melakukan apa yang Devan perintahkan.
Devan melangkah menaiki satu persatu anak tangga dirumahnya. Devan yakin saat ini Lisa pasti sudah berada dikamar mereka.
Begitu sampai dikamar Devan mendapati Lisa sedang mengganti bajunya. Devan mengeryit ketika melihat Lisa yang tampak sudah selesai membersihkan dirinya.
“Kok cepet banget..” Batin Devan.
Devan kemudian mendekat pada Lisa yang sedang mengancing baju piyama warna pink nya. Devan memeluk dengan mesra pinggang Lisa dari belakang membuat Lisa berhenti dari aktivitas mengancing piyamanya.
“Sayang...” Panggil Devan mesra.
“Aku minta maaf yah..”
Lisa mengeryit. Meskipun setiap hari Devan selalu melakukan hal konyol namun menurut Lisa itu bukan kesalahan. Lisa bisa memaklumi semua itu. Asal Devan tidak mengganggu aktivitasnya sebagai dokter, Lisa tidak akan marah.
“Aku yang minta maaf Devan. Aku tidak bisa merayakan 5 bulan pernikahan karna pasienku besok harus segera dioperasi.” Ujar Lisa mengusap tangan besar Devan.
Devan tersenyum mendengar apa yang Lisa katakan. Lisa memang sangat tekun dalam melakukan pekerjaan-nya sebagai dokter.
“Tapi malam ini aku boleh tidak...”
“Aku sedang mens Devan.” Potong Lisa pelan.
Devan merengut. Sejujurnya Devan ingin sekali Lisa cepat hamil anaknya. Tapi sayangnya Lisa mengatakan belum siap dan terus mengkonsumsi pil KB setiap mereka hendak melakukan hubungan intim.
“Ya sudah nggak papa. Lebih baik sekarang kita tidur. Kamu pasti sangat capek setelah seharian bekerja.”
Lisa menganggukan kepalanya. Lisa menurut saat Devan membopong tubuhnya dan membawanya ke ranjang.
Lisa benar benar tidak paham dengan Devan. Lisa selalu menolaknya, tapi Devan tidak pernah marah. Devan bahkan tetap bersikap manis dan perhatian padanya.
“Margareth, bagaimana hubungan kamu dengan dia?” Tanya Lisa ketika Devan baru saja membaringkan tubuh dan hendak memeluknya. Entah kenapa Lisa tiba tiba teringat pada Margareth, gadis yang dulu sering bersama dengan Devan.
“Kenapa tiba tiba nanyain Margareth?” Tanya Devan bingung.
“Kamu dulu selalu bersama dia kemana mana Devan. Aku pikir kalian sangat cocok.”
Devan tertawa. Devan berpikir Lisa sedang cemburu dan berusaha mengungkit masa lalu Devan sebagai pintu perdebatan.
“Margareth diluar negeri sekarang. Dan kamu harus tau, Aku sama dia hanya teman sepermainan. Tidak perlu cemburu.”
Lisa berdecak. Kepercayaan diri suaminya benar benar sangat akut.
“Cemburu itu tanda cinta Devan. Dan aku tidak mencintai kamu.” Ujar Lisa tenang.
Devan tampak berpikir dengan ekspresi seperti sedang meledek Lisa.
“Oke oke.. Aku tau itu.” Senyumnya santai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KERAS KPALA SKALI NI LISA, MAU CARI SUAMI KYK APA LAGI, LO UDH 35 TH, USIA YG RENTAN UNTUK HAMIL, LO SBAGAI DOKTER PSTI TAU ITU,, TPI LO MLH BLM MAU PNY ANAK.. KURANG APA LAGI DEVAN, MSH MUDA, TAMPAN, BAIK, SABAR, ROMANTIS, CEO KAYA LGI, LO MAU SUAMI YG KYK MNA LGI
2023-10-05
0