Sampai menjelang pagi Lisa tidak bisa memejamkan kedua matanya. Rasa kantuk bahkan seperti tau perasaan-nya saat ini. Lisa takut masa lalunya akan kembali muncul jika dirinya memejamkan kedua matanya. Dan itu terjadi hampir setiap malam.
“Apa kamu tidak bisa tidur sayang?”
Lisa menoleh. Saat itu lah Lisa bisa menatap dengan sangat dekat wajah tampan Devan. Wajah yang selalu terlihat ceria saat bersamanya.
“Aku sedikit capek.”
Devan tersenyum dan menggeser tubuhnya semakin mendekat pada Lisa.
Ya, meskipun Lisa belum bisa mencintai Devan namun Lisa tidak menjaga jarak dari pria itu. Lisa tetap mau tidur seranjang dengan Devan.
“Boleh aku peluk kamu?” Tanya Devan pelan.
Lisa menatap tepat pada kedua mata Devan. Tatapan pria itu begitu tulus dan sama sekali tidak menyiratkan ada maksud lain.
“Eemm.. Boleh.” Angguk Lisa tersenyum tipis.
Devan bersorak dalam hati. Memeluk Lisa adalah keinginan-nya setiap malam. Meskipun mereka berdua memang beberapa kali melakukan hubungan suami istri, namun rasanya Devan belum benar benar menemukan kepuasan saat melakukan-nya. Mungkin karna Lisa yang hanya pasrah dan tidak pernah mau mengimbangi permainan-nya.
“Tidurlah.. Aku akan menjagamu sayang...”
Lisa tersenyum samar samar mendengar bisikan lembut Devan. Lisa tidak bisa bohong pada dirinya sendiri. Devan ada pria yang baik meskipun terkadang bisa sangat menyebalkan dengan sikap kekanak kanakan-nya.
“Devan..” Panggil Lisa pelan.
“Ya sayang..” Saut Devan lembut.
“Boleh aku bertanya sesuatu padamu?” Tanya Lisa sedikit mendorong dada bidang Devan. Lisa mendongak menatap Devan yang menunduk membalas tatapan-nya.
“Tentu saja. Tanyakan apapun yang ingin kamu ketahui sayangku..” Senyum Devan.
“Ini tentang kita. Aku dan kamu.”
Devan mengeryit merasa sangat penasaran.
“Kenapa kamu mau menikah denganku Devan? Usiaku jauh lebih tua darimu.”
Hening
Untuk beberapa saat Devan terdiam. Pertemuan mereka memang bisa dikatakan sebuah kebetulan. Namun sebelum pertemuan itu Devan dan Lisa sebenarnya sudah saling mengenal. Usia mereka memang terpaut cukup jauh. Devan yang masih 28 tahun. Sedang Lisa, dia adalah wanita dewasa berusia 35 tahun.
Keduanya terus bertatapan dengan Lisa yang menunggu jawaban dari Devan.
“Tentu saja karna aku mencintaimu.”
“Tapi aku tidak mencintai kamu Devan. Aku mau dijodohkan dengan kamu karna kedua orang tuaku yang membujuk bahkan memaksaku.” Kata Lisa cepat.
Devan menghela napas pelan. Devan sendiri tau bahwa Lisa tidak mencintainya. Namun seperti kata pepatah bahwa cinta itu buta. Dan Devan mengalami itu. Devan dibutakan oleh cintanya pada Lisa sehingga Devan tidak pernah mempermasalahkan tentang Lisa yang mencintainya atau tidak. Egois memang. Tapi selama Lisa tidak memberontak dan merasa tersakiti disampingnya Devan akan tetap berusaha agar bisa membuat Lisa mencintainya.
“Itu bukan masalah untukku sayang.. Aku yakin suatu saat nanti kamu akan mencintaiku.”
Lisa menatap tidak menyangka pada Devan. Pria itu bahkan masih bisa tersenyum manis meskipun Lisa mengatakan tidak mencintainya dengan tegas.
“Sekarang giliran aku yang bertanya.” Ujar Devan pelan.
Lisa hanya diam saja.
“Apa selama lima bulan hidup bersamaku kamu merasa terkekang, tidak nyaman, atau bahkan sampai merasa tersakiti?”
Lisa menelan ludahnya. Devan memang kadang berlebihan dan menyebalkan. Devan juga sedikit over protektif menurut Lisa. Tapi Lisa tidak pernah merasakan apa yang Devan katakan. Lisa berpikir mungkin rasa itu timbul karna dirinya yang sama sekali tidak memiliki rasa apapun pada suaminya itu sehingga Lisa merasa masa bodoh bahkan tidak perduli.
“Lalu saat aku menyentuhmu, Apa kamu merasa dinodai?”
Lisa mengerjapkan matanya beberapa kali. Lisa memang tidak mencintai Devan, namun Lisa tidak pernah melarang Devan menyentuhnya karna menurut Lisa itu adalah hak Devan sebagai suaminya.
Lisa memejamkan kedua matanya ketika merasakan belaian lembut tangan besar Devan di pipinya.
“Tidak Devan.. Aku tidak merasakan satupun yang kamu katakan.” Jawab Lisa spontan.
Devan tersenyum penuh arti. Harapan-nya semakin terpupuk. Devan semakin yakin bahwa suatu hari nanti Lisa pasti akan luluh padanya.
“Tapi aku juga tidak mencintaimu.” Lanjut Lisa membuka kembali kedua matanya menatap Devan.
“Itu bukan masalah besar bagiku.” Ujar Devan.
Lisa tidak paham dengan jalan pikiran Devan. Pria itu tetap bersikap tenang bahkan begitu lembut meskipun Lisa menolaknya.
“Sudahlah sayang.. Tidak perlu dipikirkan. Lebih baik sekarang kita tidur. Ini sudah larut.” Bisik Devan kembali merengkuh tubuh Lisa dan memeluknya sambil tersenyum dengan kedua mata terpejam.
“Aku yakin aku bisa membuat kamu jatuh cinta padaku Lisa.” Batin Devan optimis.
-------------
Kenny masuk kedalam ruangan Devan dengan gaya cool nya. Pria tampan dengan setelan jas abu abu itu melangkah dengan santai mendekat pada Devan yang sedang fokus dengan laptopnya.
“Bagaimana? Sudah kamu siapkan semuanya?”
Kenny berdecak. Belum juga dirinya duduk, Devan sudah menanyakan apa yang memang dia suruh dari dua hari yang lalu.
Kenny Pratama adalah sahabat sekaligus tangan kanan Devan. Hubungan baik mereka berdua sudah terjalin begitu lawas. Tepatnya sejak mereka berada dibangku sekolah menengah atas/SMA.
“Aku heran sama kamu Dev..”
Devan mengernyit. Pria itu kemudian mengalihkan mengalihkan perhatian-nya dari laptop miliknya pada Kenny yang duduk dengan santai didepan mejanya.
“Lisa, sepertinya sejak kalian menikah sampai sekarang lima bulan berlalu sikapnya tetap saja dingin. Lisa bahkan sering tidak perduli dengan semua yang kamu lakukan untuknya kan?”
Devan bersedekap.
“Ini masalah orang dewasa Ken.. Pikiranmu belum sampai kalau harus bertanya tentang hubungan luar biasaku dengan Lisa.” Balas Devan dengan santainya.
Kenny mendelik. Jelas jelas Devan yang kekanak kanakan bukan dirinya.
“Kalau suatu hari nanti kamu menyesal dan menangis bahkan memohon mohon padaku aku tidak akan membantumu.”
Devan tertawa mendengarnya. Dalam hati Devan berdo'a supaya dirinya tidak akan merasakan penyesalan karna mencintai Lisa. Devan juga berdo'a semoga apa yang dikatakan sahabatnya itu tidak didengarkan ataupun diaminkan oleh malaikat.
“Jadi sudah sampai mana persiapan-nya Ken?” Tanya Devan mengalihkan topik. Devan tidak ingin mereka berdua terlalu panjang membahas hubungan-nya dengan Lisa yang memang sejauh ini belum ada kemajuan.
“Sudah 100%. Kamu hanya perlu membawa Lisa besok ke taman. Dan ini, bunga yang kamu pesan tadi.”
Kenny meletakan sekuntum mawar merah yang memang diminta oleh Devan setiap hari.
“Kartu ucapan-nya?” Tanya Devan menjulurkan tangan-nya.
Kenny menghela napas. Sejak bertemu dengan Lisa Devan memang menjadi aneh menurutnya.
“Ini..” Kenny memberikan kartu yang kemudian langsung diterima dengan senang hati oleh Devan.
Devan segera menuangkan apa yang ada dipikiran-nya untuk Lisa siang ini lewat tulisan tangan-nya yang rapi. Dan apa yang setiap hari Devan lakukan dengan mengirim bunga serta ucapan kalimat romantis dikartu ucapan berwarna pink untuk Lisa itu berhasil membuat Kenny bergidik ngeri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments