EPISODE 4

Hari ini Lisa benar benar sangat sibuk menangani pasien-nya. Apa lagi Lisa juga harus segera mengoperasi pasien-nya yang memang sudah lama dia tangani.

Kesibukan Lisa membuat Lisa tidak bisa memegang ponselnya hingga beberapa kali Devan menelepon juga Lisa tidak tau.

“Huft..”

Lisa menghela napas. Sebentar lagi sudah akan masuk waktu makan siang namun tumben sekali karyawan Devan belum datang untuk membawakan bunga pada Lisa seperti biasanya. Padahal biasanya Devan tidak pernah telat mengiriminya bunga dengan ucapan ucapan yang menurut Lisa cukup menggelitik perutnya.

Sesaat Lisa tampak berpikir. Lisa sebenarnya tidak bermaksud mempermainkan Devan. Lisa sudah jujur pada Devan bahwa dirinya tidak mencintai Devan. Namun sepertinya Devan tidak mempermasalahkan pengakuan Lisa. Devan tetap saja memperlakukan-nya dengan baik bahkan sangat berlebihan manisnya.

Saat Lisa hendak meraih ponselnya, tiba tiba benda pipih itu berdering. Lisa mengeryit kemudian segera meraih ponsel miliknya.

“Panjang umur sekali orang ini..” Gumam Lisa saat mendapati nama Devan yang tertera dilayar ponselnya.

Lisa segera mengangkat telepon dari suaminya itu.

“Ya Devan...”

“Sayang.. Aku sudah didepan rumah sakit.” Ujar Devan dari seberang telepon.

Lisa mengeryit. Tidak biasanya Devan datang sendiri kerumah sakit untuknya. Selain karna Devan sangat sibuk, Lisa juga selalu melarang Devan untuk datang ataupun mengantar jemputnya kerumah sakit.

“Keluarlah, aku menunggumu sayang.” Katanya lagi kemudian segera memutuskan sambungan telepon-nya.

Lisa yang penasaran segera bangkit dari duduknya. Lisa buru buru keluar dari ruangan-nya dan turun untuk menemui Devan yang entah kenapa tiba tiba datang sendiri kerumah sakit.

Lisa masuk ke lift agar cepat sampai dilantai dasar rumah sakit. Dan begitu sampai Lisa tidak mendapati Devan disana.

Ponsel Lisa kembali berdering. Itu Devan yang menelepon-nya lagi. Lisa pun segera mengangkatnya.

“Aku diluar sayang..” Katanya.

Lisa berdecak merasa dipermainkan oleh suaminya itu. Lisa melangkah dengan cepat keluar dari gedung rumah sakit untuk menemui Devan.

Lisa terdiam begitu berada diluar rumah sakit. Lisa sangat terkejut namun berusaha untuk tetap tenang. Didepan-nya kini banyak balon berwarna putih dan pink yang mengambang dengan tali dan batu kecil yang menjadi alat berat supaya balon balon tersebut tidak terbang. Dalam hatinya Lisa berharap itu bukan ulah suaminya. Namun pada kenyataan-nya itu memang ulah Devan yang tentu saja dibantu oleh Kenny, asisten sekaligus sahabat sehidup seperjuangan-nya.

“Apa apaan ini...” Batin Lisa kesal.

Dari banyaknya balon balon yang mengambang itu Devan muncul dengan membawa sebuket mawar merah ditangan-nya. Devan tersenyum menatap Lisa yang berdiri didepan gedung rumah sakit internasional itu. Devan memang sengaja menyuruh Kenny memindahkan semua yang ada ditaman ke halaman gedung rumah sakit. Namun Devan juga tidak sembarangan melakukan-nya. Devan sudah meminta izin lebih dulu lewat Kenny pada pihak rumah sakit yang tentu saja langsung mengiyakan mengingat siapa seorang Devan William itu.

Devan melangkah mendekat pada Lisa yang hanya diam mematung ditempatnya. Devan sudah tau akan seperti apa respon Lisa. Tapi Devan tidak perduli. Bahkan jika Lisa marah Devan juga tidak akan ambil pusing. Devan hanya ingin merayakan 5 bulan pernikahan mereka yang bagi Devan terasa sangat cepat dan singkat itu.

“Hay...” Sapa Devan begitu sampai tepat didepan Lisa.

“Ini sangat tidak lucu Devan..” Ucap Lisa dengan rahang mengeras.

Devan tersenyum geli.

“Baiklah, aku minta maaf. Aku hanya ingin merayakan 5 bulan pernikahan kita sayang..”

Lisa menghela napas. Marah marah pada Devan hanya akan membuatnya makan hati karna Devan tidak pernah memperdulikan amarahnya. Devan tetap saja bersikap seperti tidak terjadi apa apa padanya.

“Terima bunganya yah..”

Lisa menatap sebuket bunga yang dibawa Devan. Pantas saja karyawan Devan siang ini tidak datang membawakan setangkai mawar merah untuknya.

“Bunga ini terlalu banyak.” Kata Lisa mengambil bunga itu dari tangan Devan.

“Hahaha.. Bagaimana kejutan-nya? Apa kamu suka?”

“Devan tolong, jangan bersikap seperti orang bodoh. Rumah sakit ini bukan milikmu.” Geram Lisa.

”Oke oke.. Aku tidak akan melakukan-nya lagi. Sekarang bagaimana kalau kita makan siang?”

“Pekerjaanku belum selesai.”

“Aku akan mencium kamu disini kalau menolak.” Senyum Devan mengancam.

Lisa menyipitkan kedua matanya. Kalau tidak karena kedua orang tuanya, Lisa tidak mungkin mau menikah dengan pria pemaksa seperti Devan.

“Kamu...”

“Ayolah Lisa.. Aku menunda meeting dengan semua staf hanya untuk memberikan kejutan dan makan siang dengan kamu..”

Lisa menghela napas berusaha menahan emosi yang terasa membakar kepalanya sekarang. Tingkah Devan benar benar ajaib dan membuat tensinya selalu naik.

“Aku mengundang kedua orang tua kita juga sayang.. Mereka sangat semangat menghadiri undangan makan siang kita.”

Lisa mendelik. Jika sudah menyangkut kedua orang tuanya Lisa sudah tidak bisa lagi menolak.

“Ayo sayang...”

Dengan senyuman manis yang menghiasi bibirnya, Devan merangkul mesra pinggang Lisa dan menggiringnya melangkah menuju mobil mewah miliknya.

Devan membukakan pintu mobil untuk Lisa. Pria itu benar benar sangat romantis pada Lisa selama mereka menikah. Meskipun respon Lisa selalu mengecewakan namun Devan sama sekali tidak patah semangat. Devan selalu mengusahakan yang terbaik untuk memikat hati Lisa.

“Kita jalan sekarang sayang..” Ujar Devan setelah masuk dan duduk dikursi kemudi.

“Terserah.” Balas Lisa tidak perduli.

Devan mengangguk pelan kemudian mulai menghidupkan mesin mobilnya dan melaju dengan kecepatan sedang berlalu dari area rumah sakit tempat Lisa bekerja.

Sebenarnya Devan juga bingung dengan perasaan-nya. Devan selalu mendapat penolakan secara terang terangan dari Lisa, tapi Devan tidak pernah sedikitpun merasa sakit hati. Devan justru semakin semangat berusaha agar bisa membuat Lisa menerima apa yang diberikan-nya.

“Aku merasa waktu benar benar singkat. Rasanya baru kemarin kita menikah tapi ternyata ini sudah bulan ke 5 kita hidup bersama.” Senyum Devan sesekali melirik Lisa yang ada disampingnya.

“Jangan berlebihan. Kamu selalu melakukan hal konyol setiap tanggal 5.” Balas Lisa malas.

Devan tertawa. Tanggal 5 adalah tanggal dimana Devan mengucapkan sumpah dan janji untuk selalu menjaga, melindungi, dan membahagiakan Lisa didepan para saksi dan tamu undangan yang hadir. Bagi Devan tanggal itu adalah tanggal paling spesial bahkan lebih spesial dari hari ulang tahun-nya sendiri.

“Rasanya seperti mimpi aku bisa memiliki kakak kelas primadona dikampus dulu. Aku bahkan memujamu sejak aku masih duduk dibangku kelas 1 sekolah dasar Lisa.”

“Ya.. Kamu memang dewasa sebelum waktunya.” Ujar Lisa jengah.

Devan terkekeh menanggapinya. Saat itu Devan memang langsung merasa tertarik pada Lisa yang dimatanya sangat cantik diantara gadis lain disekolah. Devan akui dirinya memang dewasa sebelum waktunya. Devan jatuh cinta pada pandangan pertama pada Lisa saat usinya bahkan masih 7 tahun.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

INI SEQUEL NOVEL YG MNA THOR....???

2023-10-05

0

sari emilia

sari emilia

7 thn itu seumuran ank ku br kls 2 SD...yg msh hobby noton Kartun n naik sepeda panas2n...pulang minta duit n Jajan 🤣🤣🤣

2023-09-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!