Dinikahi Cinta Pertamaku
*Sebelum baca novel ini disarankan membaca Dijodohkan Dengan Cinta Pertamaku terlebih dahulu ya reader's.
...----------------...
Teriknya matahari yang sangat menyengat membuat malas untuk berlama-lama di luar ruangan. Jam sudah menunjukkan pukul 14.40, namun yang ditunggu-tunggu belum terlihat juga.
Naima beberapa kali melihat ke arah pintu gerbang namun ibunya belum juga nampak. Dia berteduh di bawah pohon yang cukup rindang di halaman sekolahnya.
"Ya ampun, Mimi mana, sih!" gumam Naima sendiri sembari berulang kali melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
Tiba-tiba sebuah pengendara motor berhenti tepat di hadapannya.
"Nai, belum dijemput? Aku antar yuk!" ujar Panji menawarkan tumpangan. Dia adalah teman satu kelasnya di kelas XII.
"Eh, Ji nggak usah. Tadi mimiku udah bilang mau jemput, kok. Mungkin masih di jalan," ujar Naima berkata yang sesungguhnya.
"Oh, dijemput. Ya udah kalau gitu gue duluan, ya, Nai?"
"Iya, hati-hati di jalan," ujar Naima sembari tersenyum.
MasyaAllah senyumnya manis banget sih nih cewek! batin Panji seraya membalas senyuman Naima.
Dia memang sejak dulu menyukai Naima namun hanya bisa mengaguminya dalam diam. Dia tidak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya kepada Naima. Sebab, dia sadar diri jika Naima cukup religius, sehingga murid badung seperti dirinya yang rajin bolos pasti tidak akan mungkin dilirik oleh Naima.
Sepeninggal Panji, Naima kembali duduk pada bangku yang tersedia di bawah pohon tempatnya menunggu. Tak berapa lama terlihat sebuah mobil yang ia kenali tiba di samping gerbang sekolah.
"Alhamdulillah, itu 'kan, Mimi!" gumamnya kemudian segera berlari menuju mobil miminya terparkir.
Naima berdadah-dadah dengan senyum ceria, kemudian masuk ke dalam mobil.
"Assalamu'alaikum, Mi," ujarnya seraya mencium punggung tangan miminya.
"Wa'alaikumussalam. Maaf ya, Sayang. Tadi Mimi berhenti dulu di jalan. Berulang kali ada telepon masuk dari Didi. Mimi jadi kepikiran takut ada yang penting," tutur Mira menjelaskan.
"Terus, Didi bilang apa ditelepon, Mi?" tanya Naima.
"Oma masuk rumah sakit, Sayang," ungkap Mira.
"Innalilahi, Oma kenapa, Mi?" tanya Naima khawatir.
"Mimi juga belum tahu pasti, tapi didi bilang habis jemput kamu Mimi diminta bersiap-siap, dua jam lagi Didi akan jemput Mimi untuk berangkat ke bandara sore ini juga," tutur Mira menjelaskan pesan dari suaminya.
"Terus Naima gimana, Mi? Nai, pengen ikut Mimi sama didi ke Jakarta. Nai, juga pengen tahu keadaan, oma. Tapi, Senin depan Naima ada try out di sekolah, Mi!" ujar Naima dengan sendu.
"InsyaAllah, oma akan baik-baik saja, Sayang! Kamu nggak usah ikut, ya?"
"Terus Nai sama siapa dong? Nai, nggak berani ah, di rumah sendiri." rengek Naima.
Di rumah pembantu hanya diperkerjakan dari pagi sampai sore. Setelah itu malamnya hanya ada keluarga inti yang tinggal di rumah. Jika Mira dan Dipa ke Jakarta otomatis Naima akan sendirian di rumah.
"Oh iya, aduh Mimi belum kepikiran hal itu tadi. Kamu kan penakut!" ujar Mira seraya melirik singkat ke arah putrinya yang penakut dengan kesepian dan sendiri. Sehingga tidak pernah ditinggal lama bahkan sampai menginap di luar ketika malam hari.
"Pokoknya, Nai nggak mau ya kalau musti di rumah sendirian!" ancam Naima.
"Sebentar, Nai. Kasih Mimi waktu sejenak untuk memikirkan hal itu," ujar Mira.
Suasana di mobil berubah hening dengan pikiran mereka masing-masing.
......................
Sesampainya di rumah Naima segera masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti baju dan bersih-bersih. Begitupun dengan Mira segera masuk ke dalam kamarnya untuk berkemas barang bawaan yang akan dibawa.
Beruntungnya di rumah mama Shinta masih tersedia beberapa baju ganti untuk mereka. Sehingga tidak perlu membawa banyak barang bawaan di pesawat.
Drrrt drrrrrt.
Tiba-tiba terdengar handphone Mira berbunyi tanda ada panggilan masuk. Mila segera menggeser tombol hijau pada layar handphone-nya.
"Assalamu'alaikum. Hallo, Reyn?" ujar Mira saat mengangkat telepon. Rupanya yang menelepon adalah Reyna.
"Wa'alaikumussalam. Hallo, Mir. Apa kabar, Mir?" tanya Reyna dari seberang.
"Alhamdulillah, baik, Reyn. Ada apa, nih?" tanya Mira yang merasa tidak perlu banyak basa-basi karena dia sedang buru-buru berkemas sebelum Dipa datang.
"Mir, aku sekarang lagi di Yogyakarta. Kak Abi mau meresmikan cabang cafenya di Yogya. Nanti malam kita akan mengadakan acara peresmiannya. Kami mengundang kalian sekeluarga untuk datang. Gimana, kalian bisa datang 'kan?" tanya Reyna.
"Aduh ... maaf banget, Reyn. Kita nggak bisa datang, nih. Mama Shinta masuk rumah sakit. Sore ini aku sama Dipa berangkat ke Jakarta. Ini aja aku buru-buru lagi packing bawaan. Eh, tunggu-tunggu!" seru Mira tiba-tiba.
"Kenapa, Mir?" tanya Reyna yang sontak ikut panik dengan kepanikan Mira.
"Alhamdulilah, ya Allah! Emang lo tuh hadir di saat yang tepat, Reyn. Emang sahabat sejati, deh! hihihihi...!" Mira nampak terdengar sangat girang.
"Apa sih kebiasaan deh ketawa dulu sebelum maksudnya tersampaikan! Ada apa sih, Mir?" tanya Reyna antusias. Dia merasa heran karena sampai sudah menjadi ibu-ibu beranak gadis tapi kekonyolan Mira masih tidak hilang.
"Reyn, gue titip anak gue, ya? Naima senin ada try out. Naima aja yang datang ke rumah kamu menghadiri perwsmian, ya? Sekalian nginep, aku nitip dia beberapa hari sampai aku kembali dari Jakarta. Soalnya dia tuh penakut banget. Nggak berani di rumah sendirian. Kebetulan 'kan di sana ada Aleysha. Jadi, Naima ada temannya deh!" tutur Mira panjang lebar.
"Oh, gitu. Oke, Mir anter aja ke rumah aku! Oh, ya semoga tante Shinta segera pulih ya, Mir. Tolong sampaikan salam aku buat tante Shinta. InsyaAllah nanti kalau sudah balik ke Jakarta aku jenguk ke rumah."
"Iya, Reyn. Aamiin. Sebelumnya terima kasih atas bantuannya ya, Reyn? Aku tutup dulu teleponnya, mau bilangin ke Naima buat packing baju dan barang-barang dia buat dibawa nginep di rumah kamu," ujar Mira.
"Oke, Mir. Ya udah semoga perjalannya ke Jakarta lancar ya, Mir? Assalamu'alaikum."
"Iya, Reyn. Wa'alaikumussalam."
Telepon ditutup.
Mira segera bergegas ke luar kamar untuk menyampaikan rencananya bersama Reyna barusan. Dia sangat bersyukur setidaknya Naima bisa dititipkan pada orang yang tepat.
Naima pun setuju dengan ide Mira untuk menginap di rumah Reyna beberapa hari. Sebab, dia bersama orang-orang yang sudah dikenalnya sebelumnya. Sehingga pasti akan nyaman dari pada tinggal di rumah sendirian.
Setibanya Dipa mereka bergegas pergi ke rumah Reyna terlebih dahulu untuk menitipkan Naima. Setelah itu Dipa dan Mira berpamitan dan bergegas ke Bandara karena jam keberangkatan sudah mepet.
"Naima, kamu bisa tidur di kamar ini dengan Alesha, ya? jika perlu sesuatu jangan sungkan-sungkan untuk mengatakannya kepada, Tante!" ujar Reyna pada Naima.
Aleysa dan Naima sebelumnya sudah sering bertemu karena Reyna dan Mira adalah sahabat sedari kuliah. Jarak usia mereka yang hanya dua setengah tahun membuat mereka mudah akrab. Sehingga, Naima tidak akan merasa kesepian berada di rumah Reyna.
..._______Ney-nna_______...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Uyhull01
mampirrr,,
2022-09-18
3
Zil@
semoga sukses karya y....🥰
2022-09-15
2
Nur Kurniasih
ini cerita nak nya Nayena sama Mira seru nich baru kebuka
2022-09-14
2