Naima masuk ke dalam kamar Alesha kemudian menutup pintunya kembali secara perlahan. Dia berbalik dan melihat Alesha yang masih tertidur pulas.
Tubuhnya terasa lemas mengingat kejadian yang baru saja dialaminya. Ia merosot dan terduduk di bawah lantai. Dia menyesali kepolosannya hingga masuk ke dalam lubang buaya darat. Dia tidak menyangka jika Reynand akan senekad itu menciumnya.
Naima merutuki kebodohannya yang dengan mudahnya tersihir oleh pesona Reynand. Bahkan otaknya seolah beku dalam sesaat. Hingga dia tidak bisa membaca apa yang akan dilakukan Reynand padanya.
"Astaghfirullah, ya Allah tolong ampuni hamba!" ujar Naima dengan lirih agar Alesha tidak tergugah oleh suara isak tangisnya.
"Ya Allah, sekarang aku harus gimana? Tante Reyna sepertinya marah banget tadi! Pasti Tante Reyna bakalan ngadu ke Mimi dan Didi juga, aduh!" gumam Naima pelan seraya memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.
Dia mulai membayangkan jika orang tuanya akan memarahinya setelah mereka pulang dari Jakarta nanti.
"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan?" gumamnya lagi frustasi.
Naima mencoba bangkit lalu beranjak ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Namun, saat mencuci muka lagi-lagi bayangan saat Reynand hendak menciumnya tiba-tiba muncul di benaknya.
Jantungnya kembali bergemuruh saat mengingat saat-saat insiden itu terjadi. Berulang kali ia membasuh mukanya, namun bayangan peristiwa itu tidak seolah terus menghantuinya.
Beberapa kali Naima mengulum bibirnya. Ini adalah ciuman pertamanya. Tentu saja tidak mudah untuk dilupakan.
"Enggak-enggak, gue nggak boleh begini terus. Mendingan gue tidur aja biar gue enggak ngebayangin Mas Reynand lagi!" gumamnya sendiri di depan cermin kamar mandi. Lalu dia mengusap dengan kasar bibirnya dengan telapak tangannya sembari memicing tajam.
Naima kemudian beranjak keluar dari kamar mandi lalu merebahkan diri di tempat tidur. Dia melirik sebentar pada Alesha yang masih tertidur dengan pulas kemudian mulai memejamkan mata. Namun peristiwa yang ia alami barusan kembali terputar di pelupuk matanya.
********
Di tempat lain, Reyna masih tidak bisa tidur memikirkan tentang kejadian yang dilihatnya barusan. Reyna kemudian menceritakan apa yang dilihatnya kepada suaminya.
"Kak, menurutmu aku harus bagaimana? Aku sangat menyesal karena menyetujui Reynand tinggal bersama Oma dan Opanya. Harusnya waktu itu aku kekeuh meminta Reynand tetap tinggal bersama kita, Kak."
"Meski sama-sama berada di Jakarta, tapi kita tidak bisa memantau keseharian Reynand. Aku sangat hafal bagaimana karakter Mami, beliau pasti sangat memanjakan Reynand. Dan, Reynand pasti memanfaatkan kebaikan Omanya dengan bertindak semaunya di luar sana!" keluh Reyna pada Abiyu, suaminya.
"Tenang dulu, Sayang! Setelah kamu tenang bicaralah baik-baik dengan Reynand. Selama ini yang aku tahu Reynand cukup patuh sama kamu," tutur Abiyu.
"Mungkin saja selama ini Reynand mengelabuhi kita, Kak. Tapi entah seperti apa yang dilakukannya diluaran sana selama ini! Sebagai seorang ibu aku selalu gelisah dan mencoba berbipikir positif, namun barusan Reynand sudah bertindak kelewat batas!" keluh Reyna dengan emosi yang masih menggebu-gebu.
"Sabar, Sayang. Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri dan jangan suudzon dulu, aku tahu Reynand memang bersalah, tp yang sekarang harus kita pikirkan adalah bagaimana solusinya agar dia tidak semakin terjerumus dalam pergaulan bebas."
Sedari lulus SMP, papi dan maminya Rangga meminta agar Reynand diijinkan tinggal bersama mereka. Oma Lena yang sakit-sakitan merasa kesepian dan sangat merindukan Reynand. Dia ingin Reynand nantinya belajar tentang bisnis dan menggantikan opanya yang sudah mulai menua.
Reynand adalah satu-satunya cucu laki-laki yang akan mewarisi perusahaan yang sudah turun menurun dari trah Hadi Jaya. Sebab Windy kakaknya Rangga, dua anaknya berjenis kelamin perempuan dan memilih menekuni bidang kedokteran.
Setelah Rangga meninggal dunia Lena merasa kesepian.Karena itu lah Lena kekeuh meminta Reynand intuk tinggal bersama mereka. Hanya dengan melihat Reynand, rasa rindunya terhadap Rangga bisa terobati.
*****
Keesokannya saat sarapan pagi suasana nampak tidak seperti biasanya. Yang lain yang tidak tahu menahu dengan kejadian tadi malam nampak biasa saja, tapi Reyna, Reynand, dan Naima nampak diam.
"Naima, kok makannya cuma sedikit?" tanya Oma Maya yang merasa jika sejak tadi Naima hanya diam saja.
"Em, Naima belum lapar, Oma," jawabnya sopan.
Alesha juga merasa aneh dengan Naima sejak tadi ada yang aneh dengan sikap Naima yang tidak seceria kemarin.
Reyna juga merasa Naima seperti ketakutan melihatnya. Ia jadi teringat akan kejadian semalam bahwa ia memang sangat emosi saat memergoki mereka berduaan di kamar. Untuk itu Reyna berniat untuk mengajak Naima berbicara setelah sarapan usai.
Usai sarapan Fely, Raka, Rasya dan Fania berpamitan untuk pulang kekediaman Wirya Subrata.
"Naima bisa bicara sebentar dengan, Tante!" tutur Reyna.
Naima mengangguk pelan. "Baik, Tante."
"Esha, Ma?" tanya Alesha yang merasa tidak diajak.
"Nanti ya , Sayang. Ada hal penting yang ingin mama bicarakan dengan Naima," ujar Reyna menolak dengan halus putrinya.
Reyna kemudian berjalan menuju taman yang berada di samping rumah dengan diikuti Naima dari belakang. Mereka kemudian mendudukkan diri di bangku panjang seraya melihat ke arah kolam ikan yang berada di sudut taman.
"Naima, sebenarnya tadi malam kamu ada tujuan apa masuk ke kamar Reynand?" tanya Reyna lembut agar Naima tidak ketakutan.
"Handphone Naima ketinggalan, Tante. Nai hanya bermaksud ingin mengambil handphone saja, tapi-," Naima nampak ragu untuk melanjutkan kata-katanya.
"Tapi apa? ayo katakan yang sejujurnya pada, Tante. Tante tidak akan marah sama kamu," bujuk Reyna.
"Ma-maafkan Nai, Tante. Nai, tidak menyangka jika mas Reynand benar-benar melakukan itu, Nai, pikir Mas Reynand hanya ingin menggoda, Nai saja!" tutur Naima dengan sedikit gugup.
"Apa kamu menyukai Reynand?" tanya Reyna.
Naima menunduk diam tidak menjawab.
"Tante sudah bicara sama Reynand tadi malam. Tante meminta maaf atas perlakuan Reynand yang tidak pantas terhadapmu, kamu berhak meminta pertanggungjawaban atas perbuatannya kepadamu," tutur Reyna ambigu.
"Bertanggungjawab? maksudnya, Tante?" tanya Naima yang tidak paham akan perkataan Reyna.
Flashback On...
Sepeninggal Naima keluar dari kamar Reynand.
"Astaghfirullah, Reynand kamu tahu apa yang kamu lakukan pada, Naima, hah?!" tanya Reyna dengan menahan emosi.
"Ma, Reynand bisa jelasin, Ma ...," ujar Reynand memohon.
"Apa yang mau kamu jelasin sama Mama? mama melihat sendiri apa yang kamu lakukan pada Naima. Kamu mau mengelak? jelas-jelas kamu menciumnya!"
"Atau kamu mau bilang jika berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya, itu diperbolehkan dan sah-sah saja dilakukan pada zaman sekarang, begitu hah?!" tutur Reyna telak.
"Kamu jelas tahu jika seujung kuku pun kamu tidak berhak menyentuh Naima apalagi menciumnya! jika selama ini kamu menganggap hal itu biasa saja terjadi seiring perkembangan zaman, tapi perlu kamu ingat sejak zaman dulu hingga akhir zaman nanti yang namanya berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya itu tetaplah haram hukumnya!"
"Apalagi kamu telah menciumnya, memangnya kamu pikir kamu itu mahramnya? jika kamu ingin menjadi mahramnya, katakan sama Mama, maka Mama akan menikahkan kamu dengan Naima!"
"Reynand minta maaf, Ma. Reynand khilaf. Reynand janji nggak akan mengulanginya, Ma!" ujar Reynand menyesali kesalahannya. Dia berlutut di kaki ibunya seraya memegangi kakinya.
"Semua tergantung pada Naima. Dia yang kamu lecehkan jadi dia yang lebih berhak untuk meminta pertanggungjawaban seperti apa! yang jelas Mama benar-benar kecewa sama kamu, Reynand! Kamu telah membuat Mama merasa gagal sebagai seorang ibu!" tutur Reyna meluapkan segala uneg-uneg yang bercokol dihatinya, kemudian pergi meninggalkan kamar putranya.
..._______Ney-nna_______...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Rosnia Rahman
gas fulll
2023-05-31
0
Uyhull01
hayo mas Reynad tanggung jawab lhoo ituu naima bibir nya udah gak prwan lgi🤭🤭
2022-09-18
2
Nur Kurniasih
d jodohin aja
2022-09-14
1