Di dalam mobil Reynand nampak terus gelisah akibat alerginya. Seringkali ia mengusap kulitnya yang memerah karena merasa tidak nyaman. Melihat hal itu, Naima merasa iba. Namun, dia bingung tidak tahu harus berbuat apa karena baru pertama kalinya mengetahuinya.
"Sabar ya, Mas. Bentar lagi nyampe kok!" Tutur Alesha yang tidak tega melihat kakaknya menderita.
"Kak, nggak dibawa ke rumah sakit?" tanya Naima seraya berbisik kepada Alesha.
"Nggak perlu, kok. Dia udah biasa kayak gitu. Nanti habis minum obatnya juga sembuh," tutur Alesha tanpa mengalihkan pandangannya pada jalanan di depannya.
"Oh ...!" Naima mengangguk pelan tanda mengerti. Saat melirik ke arah belakang terlihat Reynand tengah menatap ke arahnya. Hal itu membuat Naima seketika berpaling ke arah depan saking malunya. Dalam hati dia bertanya-tanya mungkinkah Reynand mendengar pembicaraannya dengan Alesha barusan.
Sesampainya di rumah Reynand bergegas turun dari mobil, kemudian membuka pintu. Dia berjalan tergesa-gesa menuju kamarnya. Alesya dan Naima mengikutinya dari belakang.
Reynand nampak merogoh ke dalam tas ranselnya mencari obat alerginya. Usai meneguk dua butir obat alerginya itu Reynad ke luar dari kamarnya dan melewati mereka begitu saja.
"Kak, Mas Reynand mau ke mana?" Tanya Naima.
"Oh, paling ngambil air minum," ujar Alesha.
Naima beralih melihat-lihat ke dalam kamar Reynand. Kamar khas cowok yang cukup rapi dan terdapat beberapa foto yang diatur secara epik pada bagian dindingnya.
"Kak Esha, itu bukannya foto kita waktu kecil ya?" tanya Naima saat melihat sebuah bingkai foto yang lebih besar dari foto yang iain. Bingkai foto itu terpajang pada bagian tengah dinding.
"Oh iya bener, kamu lucu banget sih, Nai?" ujar Alesha sembari terkekeh. Dalam foto itu Reynand nampak menjahili Naima dengan memegangi rambut Naima yang dikuncir dua. Di dalam foto itu nampak Naima tersenyum dan terlihat gigi depannya yang ompong.
"Sekarang juga masih lucu kok, Kak!" Ujar Naima menimpali.
"Iya deh, iya!" Mereka berdua pun terkekeh.
Naima mengeluarkan handphonenya kemudian memotret foto tersebut agar bisa menjadi kenang-kenangan juga baginya. Lalu dia melihat pada foto-foto yang lain yang merupakan foto Reynand semasa kuliah.
"Yuk ah ganti baju dulu, udah gerah nih pake gaun beginian!" tutur Alesha kemudian keluar dari kamar itu. Naima bergegas mengikutinya dari belakang.
Mereka kemudian masuk ke dalam kamar Alesha. Mereka bergantian untuk membersihkan diri di kamar mandi. Dan, tak lupa Naima mengambil air wudhu untuk melaksanakan salat isya karena tadi belum sempat salat.
Sedangkan Alesha yang sedang berhalangan memutuskan untuk tidur lebih cepat. "Nay, sebelum tidur jangan lupa kecilin lampunya, ya!" perintah alesha.
"Oke siap, Kak!" Jawab Naima kemudian segera mendirikan salat.
Usai salat Naima berniat menelepon orang tuanya. Dia ingin tahu bagaimana keadaan Omanya saat ini. Tapi, iya lupa menaruh handphonenya di mana. Naima celingukan ke sana ke sini mencari handphonenya. Namun, ia tidak juga menemukan keberadaan handphonenya itu di kamar Alesha.
"Aduh handphone aku di mana nih?" gumamnya bingung.
Setelah beberapa saat mencoba mengingat-ingat tentang terakhir kali menggunakan handphone, akhirnya ia teringat jika tadi sempat memotret foto di kamar Reynand. Ia teringat telah meletakkan handphonenya di atas meja belajar Reynand saat melihat foto-foto.
Naima lalu beranjak keluar dari kamar Alesha dan menuju ke kamar Reynand untuk mengambil handphonenya.
Nampak pintu kamar Reynand terbuka lebar-lebar. Namun tidak terlihat sang empunya kamar berada di sana. Naima menoleh ke arah pintu samping rumah yang terbuka, rupanya Reynand tengah duduk di teras taman sambil berbicara di telepon.
Naima mencoba menunggunya di luar kamar. Dia hendak meminta ijin terlebih dahulu untuk mengambil handphonenya, namun Reynand masih nampak asyik berbicara di telepon.
Setelah beberapa saat berdiri di depan pintu kamar Reynand, akhirnya Naima mulai kelelahan. Ia pun memutuskan untuk masuk saja ke dalam kamar itu tanpa ijin yang empunya kamar. Toh cuma sebentar untuk mengambil handphone, pikirnya.
Tak butuh waktu lama Naima langsung menemukan handphonenya yang masih bertengger di atas nakas. Naima segera mengambilnya dan memasukkan handphone itu ke dalam kantong baju piamanya.
Naima kemudian segera berbalik hendak keluar dari kamar itu. Namun, langkahnya terhenti saat menubruk sesuatu di depannya. Betapa terkejutnya dia saat melihat Reynand sudah berada tepat di hadapannya. Dan barusan yang ia tubruk adalah tubuh Reynand.
"Eh, Mas. I-ini a-aku ...." Naima nampak gugup saat kepergok oleh Reynand hingga sulit berkata-kata.
"Ngapain kamu ada di kamar aku?" tanya Reynand seraya melangkahkan kaki ke depan. Ia merasa gemas melihat tingkah lucu Naima yang seperti kucing yang tengah ketahuan mencuri ikan. Tiba-tiba terbersit sebuah ide untuk menjahilinya.
"A-aku cuma ...."
"Cuma apa?" Cecar Reynand dengan cepat untuk mengintimidasi Naima.
Reynand terus maju selangkah demi selangkah, sedangkan Naima turut memundurkan langkahnya seiring langkah Reynand. Hal itu ia lakukan demi menjaga jaraknya dengan Reynand. Hingga ia tersudut karena sudah mentok dengan dinding kamar itu.
Naima meremass horden jendela yang ada di sampingnya saking gugupnya. Dia mencoba mengumpulkan keberanian untuk menghadapi Reynand. Meski rasanya badannya sudah panas dingin tak karuan.
"Ha-pe aku ketinggalan di sini, Mas. Barusan mau ijin Mas Reynand tapi Mas masih sibuk bertelepon di luar. Ini hapenya udah aku ambil, saya permisi, Mas!" ujar Naima seraya menunduk menyembunyikan wajahnya.
Reynand membuka jalan dengan bergeser ke samping. " Oke, diampuni. Kalau mau mengobrol dulu juga boleh kok, tapi kalau mau keluar juga silakan!" Tuturnya seraya bersedekap.
"Makasih, Mas. Permisi!" Pamitnya lagi.
Srakk!
"Eh ...!" Langkah Naima terhenti tatkala ada sesuatu yang menahan tangannya.
Naima segera menoleh ke belakang untuk memastikan apa yang terjadi. Rupanya gelang yang dipakainya nyangkut pada horden jendela.
Naima segera kembali ke posisi semula dan berusaha untuk mengurai kain horden yang tersangkut. Namun, ia kesulitan karena hanya bisa menggunakan satu tangan.
Menyadari hal itu Reynand berniat membantu. Ia mendekat ke arah Naima lalu mengambil alih untuk mencoba mengurai horden yang tersangkut itu. Ternyata cukup rumit. Hingga Reynand sedikit kesulitan. Jarak yang terlalu dekat membuat Reynand dapat mengendus bau wangi dari aroma tubuh Naima.
Reynand tergoda untuk menoleh ke arah samping pada wajah Naima yang berada cukup dekat dari dirinya.
Merasa diperhatikan Naima mendongak ke atas pada wajah Reynand. Entah ada bisikan setan dari mana Reynand tertarik untuk mengecup bibir ranum Naima yang masih nampak polos.
Perlahan Reynand memajukan wajahnya hingga jarak antara keduanya semakin dekat.
Naima yang masih polos tiba-tiba merasa tubuhnya seolah membeku sulit untuk digerakkan tatkala wajah Reynand semakin dekat hingga memutus jarak antara mereka. Reynand berhasil mendaratkan bibirnya pada bibir Naima.
"Reynand!" seru Reyna dengan suara lantang. Ia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya ketika hendak mengecek keadaan Reynand usai pulang dari peresmian.
Saking terkejutnya Naima reflek mendorong tubuh Reynand hingga terjungkal ke belakang. Tepat di saat itu gelang Naima terputus.
"Naima, kembali ke kamar Alesha!" ujar Reyna dengan suara bergetar menahan amarah.
Naima menurut dengan perintah Reyna. Dia tidak berani menjelaskan saat melihat amarah di mata Reyna. Sekuat hati Naima menahan air matanya yang hendak jatuh dan bergegas keluar dari kamar Reynand.
..._______Ney-nna_______...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
lina
semangat updat ney
2023-01-11
0
Hidayati Yuyun
wah karya baru ya kak sip
2022-10-07
2
Uyhull01
aduhhh mas Reynad nakal juga yaa main nyosor aja ckck tuhh kan liat Mama Reyn marah tuu
2022-09-18
2