Mertua Yang Jahat
“Oh Andre, betapa tampannya wajahmu, andai saja kau tau isi hatiku, oh Andre,” ucap Santi membaca buku, yang ternyata buku itu adalah milik Rika.
“Wah, nih orang enggak ngaca ya, masa sih saingan gue si Rika, gak level banget deh, turun deh harga diri gue kalau harus bersaing sama dia.”
Santi merobek lembaran kertas buku yang dibaca tadi, lalu memasukkannya ke dalam saku baju kerjanya, sambil melenggang keluar dari ruang loker karyawan.
“Enaknya nih kertas gue apain ya, ah gue tempel di whiteboard aja ah, biar nanti pas breefing kan di ruangan itu, ha ha ha biar pada liat, pada baca, mampus lo Rik, gue bikin malu loh,” gumamnya dalam hati.
Seperti biasa, sebelum CLUB buka, 1 jam sebelumnya para karyawan berkumpul di ruang meeting. Mereka akan membahas segala persiapan, baik dari segi menu, kerapian ruangan, dan lain-lain. Mereka juga membahas tentang tata tertib karyawan, baik dari segi pakaian, rambut serta dandanan bagi karyawati.
Jam menunjukkan pukul 10 pagi, semua karyawan memasuki ruang meeting setelah mereka berganti pakaian seragam dan menata rambut.
Tak boleh sehelai pun rambut yang terurai bagi karyawati. Dan bagi karyawan, rambut wajib menggunakan minyak rambut.
Beberapa karyawan bagian staf sudah memasuki ruangan, lalu menyusul yang lainnya. Tidak lama kemudian para karyawan bagian lapangan pun memasuki ruangan satu-persatu.
Tomi melihat dan membaca kertas yang tertempel di whiteboard, dan tak berapa lama dia tertawa dengan kerasnya hingga membuat orang di sekelilingnya memandang ke arahnya.
“Gila, Rika gila, berani banget dia bikin pengumuman, dasar, gak tau diri, ngaca napa sih.”
Karena suara Tomi yang besar sampai terdengar ke luar ruangan, hampir semua karyawan penasaran.
“Kenapa sih lo Tom, aya naon teh, gak jelas gaya lo,” sambut Kalina, sambil garuk-garuk kepala dan terheran-heran dengan Tomi.
Yang lainnya pun menyusul ikut penasaran.
“Ya ampun Rika, ternyata lo diam-diam pikiran lo liar juga ya,” pekik Santi, matanya pun terbelalak dan mulutnya pun menganga, seolah-olah dia terkejut.
“Lo kenapa sih San, gaya lo lebay banget,” celoteh Tomi melihat tingkah Santi yang pecicilan.
Santi pun menjawab, “Gimana enggak lebay, coba deh lo banyangin, kalo Rika jadian sama Andre, aduh, apa kata dunia, masa sih saingan gue si Rika, gak level banget kan, sumpah deh, gak rela gue, aduh Tom, semoga ini semua cuma mimpi ya.”
Kalina pun ikut bicara, “Eh, ada Rika, bisa kena SP lo, dia kan bebas, asal ngespe-ngespein orang, awas lo San, lo bisa jadi sasarannya.”
Rika pun masuk ke dalam ruangan meeting, betapa terkejutnya Rika saat melihat whiteboard dan membaca kertas yang tertempel.
Tak lama kemudian Andre pun masuk ke ruangan itu dan menyaksikan semuanya.
Sambil menahan malu, Rika menarik kertas yang tertempel di whiteboard dan merobeknya, Andre pun menahan tangan Rika yang hendak merobek kertas itu dan mengambilnya dari tangan Rika.
Karena menahan malu yang amat sangat, Rika pun berlari dan meninggalkan ruangan itu, dengan di sambut sorakan teman-teman yang ada.
“Idih, dia yang bikin pengumuman , dia juga yang merasa malu, caper banget sih lo!” seru Santi, Kalina, Hesti, Tomi, juga yang lainnya ikut bersorak, ruangan pun gaduh.
Pak Narto selaku manager CLUB yang akan memimpin breefing pagi itu, sementara wakilnya yaitu pak Bambang mengawasi.
Melihat ada kegaduhan di ruang meeting, pak Narto bergegas menuju ruang meeting sambil berkata , “Ada apa nih, kenapa ribut-ribut?”
“Itu tuh Pak, Rika, anak kesayangan Bapak, yang Bapak selalu puja-puja, lagi taruh cinta Pak,Ha ha ha.“ jawab Santi dengan gaya mengejek.
Yang lain pun juga ikut bersorak sambil memukul meja. Tomi, Rizal, Laila, dan yang sudah hadir di ruang meeting semua ikut bersorak.
Laila pun ikut bersuara, “Jatuh cinta kok di umumin, anehkan, lagian gak sadar diri banget sih, mana mungkin An....... “
Belum selesai Laila bicara, Andre pun menggebrak meja sambil berteriak, “Udah, cukup! Puas lo semua! ”
Andre pun meninggalkan ruang meeting tanpa berpamitan dengan pak Narto. Dan sepertinya pak Narto paham dengan tindakan Andre, dia pun tidak berkata apa-apa.
Breefing pun tetap berjalan, walau Rika dan Andre tidak mengikuti kegiatan tersebut.
Andre menyusul Rika, tapi di ruang kichen tidak dia temukan. Setiap ruangan Andre periksa, tapi Rika tetap tidak ada. Andre pun naik ke ruang atas, ruang atas adalah ruang musholla, di mana para karyawan dan karyawati beribadah dan beristirahat saat split tiba.
Ternyata Rika ada di dalam ruangan musholla, Andre melihat Rika menangis sesegukan. Sebelum Andre masuk ke ruang musholla, dia menyempatkan untuk membaca isi lembaran kertas yang dia ambil dari tangan Rika tadi.
Betapa terkejutnya Andre saat membacanya, Andre pun tersenyum lebar sampai menampakkan gigi depannya yang Besar-besar dan putih itu. Andre pun tertegun, lalu dia duduk di depan teras musholla.
“Ehm, ni kertas baiknya gue apain ya, kasian Rika, mungkin dia malu banget. Ah gue simpen aja deh,”
gumamnya dalam hati sambil tangannya melipat secarik kertas tadi dan disimpannya ke dalam dompet yang berada di saku belakangnya.
Andre berdiri setelah memasukkan kertas tadi ke dalam dompetnya dan melangkah ke dalam ruangan musholla, di lihatnya Rika sedang mengelap air matanya.
Ketika Rika memandang ke arah pintu, sedikit terkejut dia memandang ke arah pintu, dilihatnya Andre melangkah mendekatinya.
Rika pun berkata dengan suara meninggi, “Ngapain lo ke sini, puaskan lo ketawain gue! “
Andre pun menjawab dengan berpura-pura, “Ketawain apaan, emang apaan sih yang diketawain, gue aja baru masuk, tapi suasana udah gaduh, mana gue tau.”
“Lagian tadi pak Narto juga gak ngomong apa-apa. Trus lo kenapa, kenapa nangis, cengeng amat kaya bocah.”
Andre pun duduk di samping Rika, sambil mengambilkan tisu yang ada di atas meja, sejajar dengan gelas-gelas air mineral, lalu diberikan tisu itu pada Rika, Rika pun menerimanya dengan senyuman.
Dan akhirnya Andre mengajak Rika untuk kembali ke ruang meeting dan Rika pun mengiyakan.
“”””””””””””
Sementara keadaan di ruang meeting sudah kondusif, Pak Narto menerangkan tugas masing-masing setiap flour, dan setiap minggu ada perpindahan tugas, di mana setiap karyawan wajib menguasai materi, baik yang bertugas di kichen, di bartender, maupun sebagai waiter, kecuali kasir.
Tugas kasir hanya menjalani tugasnya, baik dalam menerima pembayaran, menerima barang datang, menerima tamu khusus, dan mengurus administrasi club.
Semua karyawan memperhatikan apa yang sedang Pak Narto jelaskan, pak bambang selaku wakilnya, berdiri di samping Pak Narto sambil mengawasi para karyawan.
Pintu pun diketuk dari balik pintu, Pak Bambang langsung membukakan.
Andre dan Rika masuk ke dalam ruangan itu dan berkata pada Pak Bambang, “Maaf Pak, permisi, izin masuk Pak.”
Tanpa menunggu jawaban dari Pak Bambang, Andre dan Rika langsung masuk ke dalam ruangan dan mencari bangku kosong, dan mereka pun duduk di tempat masing-masing.
Karyawan lain pun tidak diam saja, mulailah satu persatu bersuara dengan pelan sambil berbisik-bisik.
Awalnya Pak Narto terus bicara soal tugas-tugas karyawan, tetapi suara bisik-bisik itu semakin lama semakin kentara, Pak Narto pun merasa terganggu, hingga akhirnya Pak Narto pun marah dan berkata sambil membuka pintu ruangan,
“Kalau ada yang masih bicara, silakan keluar. Saya tidak perlu kalian yang masih mau ngobrol sendiri, saya butuh karyawan yang bertanggung jawab dan berkualitas. Kalau kalian masih saja bersikap kekanak-kanakan, kapan majunya club ini. Bukan Cuma saya yang bertanggung jawab atas kemajuan club ini, tapi kita semua. Dan hasilnya pun kita semua yang menikmati, jangan sampai permasalahan yang ada menjadikan mundurnya kualitas kerja kita, mengerti?”
Para karyawan pun menjawab dengan suara keras, “mengerti Pak.“
Sontak Santi mengacungkan tangan tanda ingin bicara pada Pak Narto,
“Pak, izinkan saya bertanya, bagaimana jika seorang kepala waiters sedang jatuh cinta, sedangkan sikap dan kinerjanya jadi menurun? “
Pak Narto pun memberikan penjelasan dan berkata,
“Saya harap, apa pun masalah pribadi kalian, jangan sampai mengganggu waktu kalian kerja, jangan sampai kualitas kalian dalam bekerja menurun, Saya tidak suka itu, jika kalian membutuhkan konseling, kalian bisa temui Pak Bambang, jika ada masalah dalam pekerjaan, kalian bisa menemui Saya. Saya minta pada kalian, bersikaplah profesional, jangan kekanak-kanakan. “
Pak Narto pun segera menutup breefing pagi itu, dan pandangannya mengarah pada Rika.
Pak Narto pun memanggil Rika dengan sedikit berteriak karena suara para karyawan mulai ricuh,
“Rika, Saya tunggu di ruangan saya, sekarang.”
Rika pun menolehkan kepalanya ke arah Pak Narto dan langsung menganggukkan kepalanya tanda setuju. Dan Pak Narto pun meninggalkan ruangan.
Santi pun mulai berkicau, “ Pandai kali kau cari muka pada atasan, ngaca lo! Belum 1 tahun udah bisa naik, sekarang nyari perhatian ma Andre, mana mau Andre sama lo, udah item, jerawatan, eh bisulan deh, kalo jerawat kan kecil-kecil, kalau gede berarti bisul, ha ha ha ha ha.”
Santi pun tertawa terbahak-bahak di susul dengan tawa karyawan lainnya.
Laila pun tak kalah ikut menanggapi, “Mimpi aja terus Rik, sampe hujan batu pun enggak bakalan mimpi lo jadi kenyataan.”
Akhirnya Rika angkat bicara, telinganya sudah lelah mendengarkan ocehan teman-temannya.
“ Ya Tuhan, salah gue apa sih sama kalian, gue enggak pernah usil sama kalian, gue enggak pernah ikut campur urusan kalian, lalu kenapa gue selalu kalian bully?!”
Akhirnya Andre menarik tangan Rika dan mengajaknya keluar ruangan.
“Udah lah Rik, jangan di dengerin, Pak Narto nunggu di ruangannya tuh, nanti dia marah loh kalo lo lama.”
Rika pun menuruti perkataan Andre dan melangkah menuju ruangan Pak Narto.
Pak Narto sudah menunggu Rika di ruangannya sambil membereskan kertas-kertas yang berada di atas meja kerjanya, tak lama kemudian Rika pun mengetuk pintu.
“Permisi Pak.”
“Ya, masuk.”
Pak Narto menyuruh Rika masuk ke dalam ruang kerjanya dan mempersilahkan Rika duduk.
“Duduk Rik, ada yang mau saya bicarakan. Oh ya, absensi karyawan tolong di selesaikan ya, ini kan sudah tanggal 14, jangan sampai tanggal 20 belum selesai, Saya tidak mau nanti karyawan lain semaunya ngatur jadwal mereka, alasannya tukeran lah, sakitlah apalah, saya kasih waktu 2 hari agar segera di selesaikan. “
Rika menganggukkan kepalanya, lalu bertanya,
“Pak, jadwal liburnya tetap 4 hari kan? Lalu, dapat jatah hari minggunya gimana, tiap karyawan boleh dapat libur hari minggunya berapa kali?”
Pak Narto menjawab, “jatah libur tetap 4 hari, tapi seperti biasa, tiap karyawan dapat hari minggu hanya 1 kali saja, tempat kita ini resto plus, jadi kalo bisa hari minggu itu masuk semua. Tapi kalau Saya enggak kasih libur hari minggu, dibilang kejam, di bilang enggak pro ke karyawan, tapi di sisi lain, Saya di tuntut untuk memberikan servis lebih pada pengunjung.”
“Iya Pak, Saya mengerti. Oh ya, ada lagi yang mau dibicarakan Pak? Kalau tidak ada, Saya izin pamit pak.”
“Saya mau tanya, tadi ada apa ribut-ribut? Dan kamu pake nangis segala, memang ada apa?” tanya Pak Narto penasaran.
Rika pun bingung menjawabnya, dia hanya terdiam dan menundukkan kepalanya.
“Ya sudahlah, jika kamu enggan untuk menjawab enggak apa-apa. Tapi kalau bisa, bersikaplah lebih profesional, kamu di sini diandalkan. Ya sudah, kembali lagi ke tempatmu,” kata Pak Narto.
Rika pun keluar dari ruangan Pak Narto dan kembali bekerja.
Sementara karyawan yang lainnya mengawasi gerak-gerik Rika. Mereka pun menduga-duga perihal kejadian tadi di ruang meeting.
Ema mendekati Rika yang sedang sibuk mempersiapkan jadwal absensi karyawan, seraya bertanya, “Hai Rika, si hitam manis yang berambut panjang, sibukkah dirimu hari ini? “
Rika pun menoleh dan mendapati sahabatnya.
Ya, hanya Ema yang bersikap baik padanya, hanya Ema yang tidak pernah mengejek fisiknya, hanya Ema yang mengerti keadaannya.
“Gue lagi sedikit sibuk, sedikit ya enggak banyak. Jadi kalo lo mau ngomong, ngomong aja,“ jawab Rika dengan ketus.
Ema pun menimpali, “Ih judes banget, abis makan orang ya, judes banget sih lo. Jangan gitu dong, gue kan enggak salah, gue kan enggak pernah jahat sama lo, sedih deh gue rasanya. “
Rika pun tersenyum mendengar jawaban sahabatnya, dan berkata,
“Trus gue mau marah ama siapa, ya gue cari kambing hitamlah buat keluarin unek-unek dikepala gue. Abis Cuma lo yang enggak pernah ngejek gue, ya udah, gue jadiin deh lo kambing hitam, dan enggak mungkinkan lo ngebales, he he he.“
Ema pun menimpali jawaban Rika dengan gelak tawanya. “Nah, gitu dong, senyum, gue rela kok jadi kambing hitam, asal lo bisa senyum lagi. “
Ema pun melihat Tomi dan Santi melangkah ke arahnya, dan berkata pada Rika,
“Ehm, kecebong nganyut, nagapin lagi kesini, males deh gue nimpalin nenek sihir itu. “
Rika pun tertawa, tetapi tawanya langsung berhenti ketika matanya melihat Santi dan Tomi melangkah ke arahnya.
Tomi berkata pada Rika, “Ka, gimana, jadwal udah di bikin belum? Udah tanggal 14 nih, gue mau ngatur jadwal kencan gue, ngeri bentrok, he he he. “
Mendengar perkataan Tomi, Ema tidak tinggal diam, dia pun berkata, “Ya Tuhan, kok tiba-tiba perut gue sakit ya Rik, kok gue mual ya. “
Tomi pun langsung mengacak- acak rambut Ema yang sudah di konde, sambil berkata, “Yeeee, sabar ya Neng, entar Abang bikin jadwal buat kita kencan. “
Rika pun terbahak-bahak mendengar candaan mereka, dan Ema pun menimpali, “Ih Tom, jangan dong, lo pikir gue konde rambut gue ini gak pake ongkos, mahal nih.”
Berbeda dengan Santi, yang hanya diam cemberut, tak lama dia berkata pada Rika,
“Rika, gue minta hari minggunya dua ya, gue ada acara.”
Rika pun menjawab perintah Santi dengan tegas,
“Yah maaf San, enggak boleh. Jatah anak-anak Cuma dapet sekali dalam sebulan. Itu udah ketentuan club. Tugas gue cuma bikin jadwal, tapi semua ketentuan hari yang nentuin Pak Narto, itu juga sudah ketentuan pusat. Kalo lo mau protes ya sama pusat sana.”
Santi pun marah mendengar jawaban Rika. Tanpa sadar tangan Santi mendorong tubuh Rika dan tangan kirinya menjambak rambut Rika yang sudah tertata rapi.
“Lo pikir club ini punya lo, seenak lo aja bikin jadwal, pake bawa-bawa nama pusat segala. Cara lo kalo cari muka jangan ngorbanin temen-temen dong, mereka kan punya keluarga yang harus mereka urus, masa dalam sebulan cuma dapet sekali, lo gak ngotak Rik! Pikir dong pake otak, trus lo sendiri gimana, lo sendiri bikin jadwal buat lo gimana, yang udah-udah lo bikin buat diri lo bisa dapet hari minggu lebih dari satu. Trus pake samaan lagi sama Andre. “
Tak terima Rika di dorong oleh Santi, Ema pun membalas perbuatan Santi dengan mengguyur air mineral ke kepala Santi.
Santi pun berteriak, dan Tomi pun terkejut melihat perbuatan Ema dan berkata, “Gila, gak nyangka gue sama lo Ma, lo bisa bar-bar juga ya! “
Tomi pun bergerak, dia mengusap kepala Santi yang basah. Tomi pun menarik tangan Rika yang tersungkur akibat dorongan tangan Santi.
Melihat dari kejauhan, Andre pun bergegas mendekati mereka dan berkata, “Sudahlah, apa sih yag kalian ributin, dari tadi pagi gak kelar-kelar ributnya.”
Santi pun mendekati Andre dan bergelayutan ditangan Andre yang kekar itu sambil berkata,
“Ini loh Sayang, ternyata ada penggemar kamu secara diam-diam, aku tadi baca di pengumuman, kertasnya di tempel d whiteboard.”
Rika terdiam dan wajahnya mulai memerah karena mendengar ocehan Santi dan melihat tingkah Santi yang membuat Rika muak.
Rika pun beranjak dan meninggalkan mereka.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 siang, waktunya restoran di buka. Santi pun bergegas membenahi pakaian dan rambutnya yang basah.
Siang itu ramai dengan pengunjung, para pelayan pun melayani pengunjung dengan ramah dan cekatan. Banyak pilihan menu hidangan yang lezat hingga membuat para pengunjung akan kembali lagi.
Hingga waktu menunjukkan pukul 3 sore, saatnya split, restoran pun segera tutup sementara. Para karyawan beristirahat di ruang atas.
Andre mencari Rika, dan bertanya pada teman-teman yang lain, tapi mereka tidak mengetahui keberadaan Rika.
Dalam hati Andre berkata, “Gue harus ngomong sama Rika.”
Andre melangkah menuju kamar mandi sambil merogoh saku belakangnya untuk mengambil dompetnya. Setelah dia masuk ke kamar mandi, Andre membuka dan membaca kertas yang tadi pagi dia ambil dari tangan Rika.
Andre pun tersenyum di buatnya. Dia kembali keluar dan mencari Rika kembali, tapi tak dia dapatkan.
Andre melangkah ke lantai tiga, di mana tempat itu di jadikan gudang dan pendingin. Di situlah Rika ditemukan oleh Andre. Tapi Rika tidak sendirian, Rika bersama Santi, Laila dan Tomi. Mereka sedang mengintrogasi Rika.
Ketika Santi hendak menampar wajah Rika, Andre segera mendekat dan memegang erat tangan Santi. Andre melihat Rika menangis sesegukan.
“Apa-apaan sih lo San, salah Rika sama lo apa?” tanya Andre pada Santi yang sedang marah-marah pada Rika.
“Salah dia lo mau tau, kesalahan dia yang terbesar adalah suka sama lo, dia gak pantes suka sama lo, gue gak mau lo di rebut dari gue!” jawab Santi dengan sedikit berteriak.
Andre pun menanggapi dengan suara pelan, dan menjawab perkataan Santi,
“Sejak kapan kita jadian San, kita gak pernah jadian, gue gak pernah nganggap lo pacar, kita cuma temenan. Lagian, kalo Rika suka sama gue, itu hak dia. Dan lo bertiga sebagai saksi ya, denger baik-baik, Gue suka sama Rika! Sekali lagi gue bilang, Gue juga suka sama Rika!!!”
Andre pun langsung menarik tangan Rika dan meninggalkan mereka.
Sementara mereka bertiga yaitu Santi, Laila dan Tomi hanya melongo mendengar jawaban Andre.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments