Cinta yang berujung pemecatan.

“Sudahlah Rik, enggak usah di pikirin omongan mereka, mereka hanya iri. Oh ya, nanti pulangnya bareng ya, ada yang mau gue omongin sama lo.”

Sahut Andre yang berusaha menenangkan hati Rika. Rika pun menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Waktu semakin malam, sudah menunjukkan pukul 11.00 malam. Pengunjung pun sudah mulai sepi. Waktunya restoran tutup.

Rika mulai membagikan tugas pada anak buahnya untuk membersihkan meja dan lantai. Rika pun turut bekerja melakukan pekerjaan yang di atur untuk anak buahnya.

Pak Bambang dan Pak Narto berjalan berkeliling sambil ikut merapikan seluruh ruangan. Pada pukul 12.00 malam, para karyawan diperbolehkan pulang.

###

Andre menunggu Rika keluar dari pintu karyawan. Setelah dia melihat Rika keluar, Andre pun memanggil dan mendekatinya.

“Oh, lo nungguin, gue pikir tadi lo cuma basa-basi minta pulang bareng,” kata Rika dengan ketus.

Sebenarnya dia tidak berniat berkata ketus dan bersikap judes, tapi karena dia menahan rasa malu yang amat sangat atas kejadian tadi pagi, dan atas pembelaan Andre pada dirinya.

“Gue beneran kok, ada yang mau Gue omongin, oh iya, Gue laper, kita makan dulu yuk,” ajak Andre pada Rika.

“Rika pun menjawab masih dengan nada ketus,

“Emang lu punya duit ngajak gue makan, palingan juga lo yang minta di bayarin.”

“Ha ha ha, tau aja lo, Gue gak punya duit. Yok ah, traktir gue makan,” balas Andre menjawab dengan tawanya.

Itulah kebiasaan Andre, selalu minta di traktir oleh teman wanitanya, hingga banyak di antara mereka yang salah sangka.

Mereka berhenti di depan gerobak ketoprak yang masih buka. Andre memesan 2 porsi ketoprak dan mengajak Rika untuk duduk sambil menunggu.

Karena saling diam, Andre pun memulai membuka pembicaraan.

“Rik, lo mau tau gak apa yang saat ini gue rasain?”

Rika: “Enggak, gue enggak mau tau.”

Andre: “Ih , gitu amat sih lo, masih judes aja, udah dong, emang lo gak cape apa judesin gue.”

Rika: “Siapa yang judesin lo, gue cuma males denger gombalan lo. Gue lagi males ngomong.”

Andre: “Ya udah kalo lo males ngomong, berarti gak males kan buat dengerin gue ngomong? Gue lagi enggak ngegombal kok.”

Rika: “ Ya udah, gue dengerin, dengerin doang kan?”

Andre: “ya, lo cukup dengerin, lo gak perlu kasih komentar, yang penting nanti lo yang bayar ya, he he he.”

Andre pun menanggapi piring yang sudah terisi ketoprak dan menyuguhkan ke arah Rika. Rika pun menyambutnya dan langsung melahapnya.

Andre pun mulai berbicara.

“Lo tau gak sih Rik, kalo gue tuh suka sama lo. Lo tuh beda dengan temen-temen yang lain. Mereka yang suka hura-hura, sedangkan lo enggak. Pokoknya lo beda dengan yang lain di mata gue.”

Rika masih terus mengunyah makanannya dengan cuek, sampai Andre berkata,

“Lo mau kan jadi cewek gue, jadi calon istri gue?”

Rika pun tersedak dengan makanan yang sedang dia kunyah. Andre pun dengan sigap mengambil air minum yang sudah di sediakan oleh penjual ketoprak, dan Rika meminumnya perlahan-lahan.

Tangan Andre pun mengusap punggung Rika, dengan sedikit khawatir Rika tak bisa bernapas.

Setelah itu Rika pun bertanya,

“Lo yakin dengan ucapan lo? Apa setiap cewek yang lo ajak makan cara lo merayu kaya gini?”

Andre pun menanggapi dengan serius. “gue serius Rika. Gue serius dengan apa yang gue omongin. Gue enggak pernah seserius ini. Kalo lo gak percaya, nanti suatu saat gue bakal ajak lo untuk kenalan sama mama gue.”

Mendadak dada Rika sakit, Rika sungguh tidak percaya atas ucapan Andre barusan.

“Kita jalanin aja dulu, gak salahkan, sambil kita adaptasi saling mahamin kekurangan masing-masing, ” kata Andre.

“Iya, kekurangan lo itu selalu minta di traktir," jawab Rika sambil tertawa.

Andre pun tak kalah menanggapi, “Nah tuh tau, ha ha.”

Andre pun langsung merangkul bahu Rika yang duduk di sampingnya sambil berkata perlahan,

“Janji ya, jangan nangis lagi. Aku janji, mulai sekarang aku akan selalu ngebela kamu, aku berusaha ngejagain kamu.”

Rika kaget mendengar kata-kata barusan yang di ucapkan Andre. Rika pun balik berkata sambil tertawa,

“Bahasa lo kaku bener Dre, kaya kanebo yang belom di aerin, ha ha ha.”

Andre pun tersipu di ejek Rika, dan mereka pun pulang bersama. Andre mengantar Rika sampai depan rumah, setelah itu Rika meninggalkan Andre, dan masuk ke dalam Rumah.

Rika tinggal sendiri dengan menyewa rumah kecil yang tak jauh dari tempatnya bekerja.

Ke dua orang tuanya berada di kota seberang, yaitu kota Lampung. Sedangkan dia bekerja di kota metropolitan, yaitu Jakarta.

Semua saudara kandung Rika tinggal di Jakarta, karena mereka mencari rezeki di kota ini.

Karena dia tinggal sendiri, dia pikir tidak ada orang, ternyata ada Beni yang tak lain adalah abang kandungnya sedang menunggunya.

Rika berjalan ke arah pintu rumah kontrakannya, dilihatnya Beni sedang duduk di teras.

“Assalamu’alaikum” Rika memberi salam pada Beni.

Beni pun menjawab, “wa alaikumsalam.”

Rika pun masuk ke dalam rumah, dan tak lupa dia bersalaman dan mencium tangan Beni.

Terjadilah percakapan antara Rika dan Beni.

Beni: “Larut banget Rik pulangnya, gue dari tadi loh nunggu lo. “

Rika: “Oh, dari tadi, tumben ampe nunggu gue, emang ada yang penting? “

Beni: “Lo dari mana, pulang kerja kok larut banget, biasanya juga jam 12.30 malam da sampe, kan deket. “

Rika: “Oh, gue makan dulu, laper. Tuh sama Andre, temen kerja gue. Tapi udah bukan temen lagi sih. “

Beni: “Maksud lo, udah bukan temen gimana, lo musuhan? “

Rika: “Gak lah Bang, masa gue musuhan, maksud gue, die itu udah bukan temen gue lagi, tapi sekarang dia itu udah jadi pacar gue... He he he. “

Beni: “Jiiiaaah, ade gue punya pacar sekarang, kenalin gue ya nanti, bakal gue tatar, ha ha ha. “

Rika: “Awas lo Bang, jangan galak-galak ama dia, gue yang marah nanti. Oh ya, sebenarnya ada apan sih Bang, kok lo sampe mau nungguin gue pulang? “

Beni: “Gue mau numpang tidur, males gue di rumah, ngoceh mulu si Ratu.”

Ratu adalah istri Beni. Mereka tinggal bersama putra mereka yang masih bayi, yang letaknya tidak jauh dari rumah Rika.

Malam pun semakin larut. Mereka pun tidur terpisah, Rika tidur di kamar tidur dan Beni di ruang tamu menggelar karpet untuk alas tidurnya.

######

Hubungan Rika dan Andre berlanjut dan semakin mesra.

Banyak yang iri jika melihat pasangan itu, hingga banyak yang menduga bahwa Andre hanya memanfaatkan kebaikan Rika dalam hal materi, karena kedudukan Rika yang menjadi kepala pelayan dengan gaji yang lumayan besar, sedangkan Andre hanya pelayan biasa yang mendapatkan gaji lebih kecil dari Rika.

Santi pun tidak tinggal diam, dia mencari cara agar Rika dan Andre berpisah. Santi pun melaporkannya kepada manager CLUB yang tak lain adalah Pak Narto.

Santi mencari Pak Narto di ruangannya, tapi Pak Narto tidak ada. Lalu dia bertanya pada Tomi, yang ketika itu Tomi sedang menyapu lantai di depan ruangan Pak Narto.

“Tom, lo liat Pak Narto gak? Di ruangannya gak ada, dilantai bawah juga gak ada.”

Tomi pun menjawab dengan santai,

“Pak Narto tadi pulang, dia udah bilang sih ke gue barusan.”

Santi pun menimpali jawaban Tomi dengan sinis,

“Emangnya lo siapa, Pak Narto pake izinnya sama lo? Emang lo pemilik resto ini?!”

Wajah Santi jemberut, karena tak terima jawaban dari Tomi. Dia pun melangkah menuju lantai bawah.

Para karyawan sedang melayani pengunjung yang ramai. Santi pun mengerjakan pekerjaannya ikut melayani pengunjung.

Ada beberapa meja yang harus dia bersihkan. Soal pekerjaan, Santi sangat bertanggung jawab.

Tapi sayang, sikap iri dan dengki terhadap sesama karyawan yang membuat dia tidak mudah naik jabatan.

Dia selalu ingin menjatuhkan kawannya yang terlihat baik, terutama pada Rika.

Dalam dua tahun, Rika mampu menjadi karyawan teladan. Rika mendapatkan penghargaan berupa uang saku dan naik jabatan. Kinerja Rika patut di contoh.

Tapi sayang, banyak yang iri terhadap Rika. Rika pernah menduduki jabatan kasir.

Karena tugas kasir bukan hanya menerima pembayaran, tapi juga merangkap iklan resto tersebut, dengan terpaksa Pak Narto memindahkan Rika menjadi kepala pelayan.

Sedangkan kasir saat itu di gantikan oleh Hesti.

Penampilan pisik sangat mendukung, dan itu ada pada Hesti.

Tapi sayang, kepandaian Hesti masih kurang, dan kekurangan itu bisa di tutupi oleh Rika.

Sambil melakukan pekerjaannya, Santi mencari Pak Bambang.

“Gue bakal aduin semua pada Pak Bambang, enak aja Rika bisa pacaran sama Andre, alah, paling Andre cuma morotin Rika aja, ha ha, mampus lo Rika, gue bakal depak lo dari sini, dan kedudukan lo sekarang bakal gue gantiin,” gumam Santi dalam hati.

Siang pun berlalu, waktunya resto tutup sementara. Santi pun masih melanjutkan misinya mencari Pak Bambang.

Santi ke ruang atas, tepatnya di ruang musholla, di dapatinya Pak Bambang yang sedang duduk bersila sambil komat-kamit.

Karena tidak berani mengganggu Pak Bambang yang sedang zikir, Santi pun dengan rela menunggu sampai masuk waktu asar.

Tak lupa Pak Bambang melakukan sholat sunah qobliyah asar dengan dua salam.

Melihat itu Santi pun menepuk jidatnya, “Ya ampun Pak Bambang yang ganteng sejagat raya, lama banget pak, pake sholat sunah segala, kan gue cape nunggu lo Pak,” gerutu Santi dalam hati.

Mulailah ruangan itu di penuhi para karyawan yang ingin ibadah, sedang Santi duduk d depan teras menunggu Pak Bambang selesai.

Pak Bambang pun telah selesai ibadah dan beranjak ke luar. Santi pun memburu Pak bambang dengan segera.

“Pak, Pak, Pak Bambang.” Santi mengejar Pak bambang dengan langkah lebih cepat.

Pak Bambang pun menoleh ke arah Santi, dan bertanya, “Ada apa?”

“Ada yang mau saya bicarain Pak, bisa saya minta waktunya Bapak?” Tanya Santi.

Bukan menjawab pertanyaan Santi, tetapi Pak Bambang malah balik bertanya,

“Kamu sudah sholat belum? Kalau belum, sholat dulu sana!” Perintah Pak Bambang pada Santi.

“Santi pun menjawab dengan tergesa-gesa.

“Aduh Pak, ini darurat, penting Pak, pentiiiing! Lagian saya sudah sholat kok Pak.” Jawab Santi berbohong.

Melihat wajah Santi yang masih berbedak tebal, Pak Bambang pun tertawa dan berkata,

“Udah sana, sholat dulu aja, nanti temui Saya kalo udah selesai, saya ada di ruang kerja Saya.” Pak Bambang pun melangkah dan meninggalkan Santi.

Santi pun merasa kesal. Dengan sangat terpaksa Santi kembali ke ruang musholla dan melakukan sholat asar.

Setelah melakukan ibadah, Santi bergegas melangkah menuju ruang kerja Pak Bambang.

Ternyata Pak Bambang sedang menerima tamu. Tamu itu di dampingi Rika dan Hesti.

Biasanya jika tamu di dampingi mereka, akan ada acara besar di club itu.

Seperti acara ulang tahun, reuni dan lainnya. Jadi jika acara berlangsung, tamu bertambah banyak lagi.

Santi pun menunggu di luar. Dan tak lama kemudian mereka pun keluar dari ruangan kerja Pak Bambang.

Santi pun menyelinap masuk ke dalam ruang kerja Pak Bambang.

Terjadilah percakapan antara Santi dan Pak Bambang.

Santi: “Pak, ada yang mau Saya bicarakan, penting Pak. Oh ya, Saya sudah sholat ya Pak.”

Pak Bambang: “ Kebiasaan kamu ya, kalo masuk beri salam dong, atau bilang permisi, asal nyelonong aja.”

Santi: “Boleh saya duduk Pak?” Santi pun duduk tanpa menunggu jawaban dari Pak Bambang.

Pak Bambang: “Ada apa Santi, kayanya penting banget yang mau kamu omongin.”

Pak Bambang sambil merapikan berkas-berkas yang ada di meja kerjanya.

Santi: “Begini Pak, Bapak tau gak kalau Andre dan Rika udah jadian? Mereka pacaran Pak. Kan peraturan d sini gak boleh ada hubungan khusus antar karyawan. Itu mereka kok gak Bapak kasih sangsi sih.”

Pak Bambang: “kamu punya bukti kalo mereka punya hubungan khusus? Semua kasus di sini harus punya bukti nyata ya, jangan asal ngadu. Semua harus ada laporannya. Karena setiap pengaduan akan di proses secara hukum yang ada di sini.”

Santi: “yaaa, Bapak enggak percaya sih, mangkanya Pak, kalo menilai jangan yang Bapak liat aja. Mereka pinter loh Pak menyembunyikan hubungan mereka agar tidak di ketahui pihak club. Denger-denger nih Pak, katanya sih, Andre mau melamar Rika Pak. Wah, masa sepasang sejoli kerja bareng Pak, nanti malah enggak profesional Pak. Semua sih terserah Bapak, Saya kan cuma kasitau Bapak aja, kalo Kepala pelayan di sini sudah melanggar peraturan yang sudah di tetapkan.”

Pak Bambang: “Coba kamu isi ini dan tandatangan. Setelah itu kamu kasih ke Pak Narto ya.”

Santi: “Loh, kok ke Pak Narto pak? Pak Narto gak ada Pak, mangkanya Saya laporan ke Bapak.”

Pak Bambang: “Tunggu dia sampai ada, kalo gak ada hari ini, ya tunggu besok.”

Santi: “Aduh Pak, kelamaan.”

Pak Bambang: “Sudah sana, Saya banyak kerjaan.”

Santi pun berlalu, dan meninggalkan Pak Bambang yang masih di ruang kerjanya.

Waktu pun berlalu, jam sudah menunjukkan pukul 11.00 malam. Para karyawan pun bersiap untuk pulang.

Semenjak Andre menyatakan cintanya pada Rika, mereka sering pulang bersama, dan tak lupa, Andre mengantar Rika sampai depan rumahnya.

Seiring waktu berjalan, laporan Santi tentang hubungan Rika dan Andre menjadi beban pikiran Pak Bambang.

Di waktu senggang sengaja pak Bambang memperhatikan mereka berdua.

Sepenilaian pak Bambang hubungan mereka berdua masih wajar, tak ada yang menonjol.

Tapi di lain waktu sempat tak sengaja pak Bambang mendengar obrolan mereka berdua yang tak lain adalah Rika dan Andre, bahwa Andre membuat janji pada Rika akan memperkenalkan dirinya pada orang tuanya.

Ketika itu Pak Bambang hendak memesan makanan di sebuah kedai, tak sengaja Pak Bambang duduk membelakangi mereka, dan mereka tidak mengetahui bahwa orang yang duduk di depannya adalah wakil manager club tempat mereka bekerja, yaitu pak Bambang.

Di kedai itulah tak sengaja Pak Bambang mendengar semuanya, bagaimana hubungan mereka sebenarnya.

Sontak di pikiran pak Bambang suatu kekhawatiran tentang terancamnya karir Rika, sungguh sangat di sayangkan.

########

Paginya setelah selesai breefing, ketika para karyawan telah meninggalkan ruangan meeting, Pak Bambang menghampiri Rika dan Andre.

Pak Bambang berkata pada mereka,

“Rika, Andre, nanti pada waktu jam split Saya tunggu di rung kerja saya ya. Ada yang ingin saya bicarakan pada kalian.”

Andre bertanya pada Pak Bambang,

“mengenai apa Pak?”

Pak Bambang menjawab dengan muka asam,

“Nanti aja, nanti juga kamu tau.”

Pak Bambang pun meninggalkan mereka, dan mencari pak Narto. Karena semua ini harus di bicarakan pada Pak Narto.

Pak Bambang memasuki ruang kerja pak Narto tanpa mengetuk pintu, pak Narto pun kaget di buatnya.

Pak Narto: “Halah kamu Bang, ku pikir siapa, ada apa dengan mukamu, kok asem gitu?”

Pak Bambang: “Ada yang mau saya bicarakan To sama kamu, mengenai Rika.”

Pak Narto: “Ada apa dengan Rika, soal acara besok malam kan udah beres, udah selesai, orangnya juga udah masuk depe kok sama Hesti.”

Pak Bambang: “Bukan soal itu, ini soal hubungannya dengan Andre. Sepertinya hubungan mereka bukan main-main. Saya dengar sendiri kalau Andre ingin memperkenalkan Rika pada orang tuanya.”

Pak Narto: “waduh, kita bisa kehilangan Rika ini! Dia andalan kita, sampai saat ini belum ada yang bisa menggantikan kedudukannya.”

Pak Bambang: “ tapi bagaimana pun kita gak bisa mencegah mereka, usia mereka juga sudah pada dewasa. Oh ya, saya tadi sudah bilang pada mereka mau bicarakan sesuatu. Coba nanti kamu aja yg handle.”

Pak Narto: “Bikin janji jam berapa kamu sama mereka?”

Pak Bambang: “Nanti, pas jam split, baiknya selesai sholat asar aja biar lebih santai dan banyak waktunya.”

Pak Narto: “Baklah.”

Pak bambang pun keluar dari ruang kerja pak Narto, dan kembali ke ruang kerjanya.

Pak Bambang merasa ada yang memperhatikan gerak-geriknya, di tahannya gerak langkahnya, tapi tidak ada sesuatu apa pun.

Ketika Pak Bambang membuka pintu ruang kerjanya, dia melihat sebuah bayangan berkelebat ke arah lantai atas, tapi tak terdengar suara.

Dan Pak Bambang pun mengabaikannya. Tak lama kemudian ada suara seperti benda besar yang jatuh, tak lama kemudian ada suara wanita berteriak,

"Aduh sakiiiiitttt ! help dooong. Help me doooong! Please!

Pak Narto dan Pak Bambang mendengar teriakan itu, tapi hanya Pak Narto yang mendatangi suara itu, sedang pak Bambang tidak, dia hanya tersenyum.

“Paling-paling si Santi, si biang kerok, he he he,” gumam pak Bambang dalam hati.

Pak Narto mendatangi suara itu, dia mendapati Santi yang terjatuh di anak tangga.

“Aduh Pak, sakit pak pinggul saya,” Santi meringis kesakitan.

“Kamu sih kaya bola bekel, pecicilan banget sih jadi perempuan, bisa gak sih sikapmu kalem sebentar saja.” Pinta Pak Narto pada Santi.

“Ih Bapak, namanya juga musibah, saya mana tau bakal jatuh, kalo tau juga saya gak mau,” kata Santi sambil mengusap pinggulnya.

“Mangkanya kalau mau jadi detektif kudu belajar dulu, nguping sih kamu, hidupmu itu San, selalu aja mau tau urusan orang lain, gak baik San,” kata pak Bambang yang tiba-tiba hadir di hadapan Santi.

Pak Bambang segera memanggil Tomi dan Rudi melalu i-pone yang menempel di dinding, maka tak lama kemudian saluran i-pone dinding pun tersalurkan ke meja kasir.

“Hes, tolong panggil Tomi dan Rudi ke tangga arah lantai 3, cepat ya.”

“Baik Pak,” jawab Hesti.

5 menit kemudian datanglah Tomi dan Rudi, mereka di perintahkan menggendong Santi yang tak mampu berjalan.

Maka mereka menggendong Santi ke arah mudholla, agar Santi bisa meluruskan badannya.

Tak lama kemudian datang Rika dan Andre menghadap pak Narto. Andre pun bertanya,

“Bapak panggil saya, ada apa Pak?”

“Iya, saya manggil kalian berdua, mari kita bicara di ruangan saya,” perintah pak Narto pada Andre dan Rika.

“Ya, masuk. Silah kan duduk,” perintah Pak Narto pada Rika dan Andre.

“Begini, saya mau tanya pada kalian berdua, seberapa jauh hubungan kalian? Ehm, maksud saya, sudah seserius apa hubungan kalian?”

Rika dan Andre terdiam. Mereka tidak percaya akan dipanggil manager secepat ini.

Pak Narto pun melanjutkan bicara.

“Kalian tau dan paham atas peraturan club ini, tidak ada yang boleh antar karyawan memiliki hubungan khusus. Kenapa kalian melakukannya? Apa perasaan kalian gak bisa di bendung?”

Akhirnya Andre angkat bicara,

“Saya mencintai Rika Pak, niat saya saat ini ingin memperkenalkan Rika pada orang tua saya.”

”Berarti kalian siap dengan sangsi yang akan kalian terima ya, saya juga belum tau, kamu atau Rika nanti yang akan di keluarkan.”

“Mending Saya aja Pak, kasian Rika, ini semua bukan salah dia, ini salah saya Pak,” cegah Andre.

“Semua keputusan bukan di tangan saya, tapi dari pusat, saya memanggil kalian agar mental kalian di persiapkan.”

“Kalo udah gak ada yang di bicarakan lagi, saya izin pamit Pak.” Kata Rika.

Tanpa menunggu jawaban dari pak Narto, Rika pun beranjak dari kursinya dan keluar tanpa ada kata-kata lagi.

Andre pun mengekorinya dari belakang, dan berkata dengan pelan,

“Rik, jangan lupa besok malam aku jemput kamu ya di rumah, dandan yang cantik ya, pasti mamaku suka sama kamu.”

Rika pun menanggapi perkataan Andre dengan wajah datar.

“Ehm.”

#####

Benar saja, keesokan harinya pada pukul 7 malam, saat itu pengunjung sedang ramai sekali, ada karyawan pusat datang. Dia menyerahkan amplop coklat pada Hesti.

Hesti pun mencari pak Narto dan memberikan surat itu padanya.

Pak Narto membuka surat itu dan membaca isinya, ternyata keputusan pusat adalah mengeluarkan Rika dari club tanpa uang pesangon.

Sungguh tidak tega perasaan Pak Narto, dia merasa sangat kehilangan karyawannya yang sangat dia andalkan.

Memang Rika tidak cantik, tapi dia pandai. Pandai mempromosikan club, dengan ide-ide cemerlangnya mampu menembus omset di luar dugaan.

Sedangkan saat ini, dia di keluarkan tanpa pesangon.

Pak Narto pun melangkah mendekati Rika yang sedang mengatur meja kecil di samping meja bilyard.

“Rik, nih! “ Kata pak Narto pada Rika.

Rika pun mengetahui apa maksudnya.

Di ruang kerjanya pak Narto termenung, dia sangat menyesali atas segala yang terjadi.

Ya, terpaksa pak Narto menerima keputusan dari pusat, bahwa Rikalah yang dikeluarkan dari pekerjaan ini tanpa uang pesangon.

Mengapa harus Rika? Karena Rika adalah seorang atasan yang harus menjunjung tinggi peraturan club, sedangkan dia telah melanggarnya.

Setelah Rika menerima surat itu, Rika segera membereskan barang-barang pribadinya di loker karyawan.

Dengan berat hati dia melangkah meninggalkan club yang saat itu keadaan masih ramai.

Tak ada satu pun karyawan mengetahui pemecatan itu, termasuk Ema.

Sedangkan Andre sedang tidak berada di tempat, dikarenakan libur.

Episodes
1 Hinaan di tempat kerja.
2 Cinta yang berujung pemecatan.
3 Minta Restu.
4 Mengingat masa muda.
5 Andre sakit.
6 Andre pun Sembuh.
7 Makan malam.
8 Mama Lina mengancam.
9 Mencari pekerjaan.
10 Gudang di bobol.
11 Perayaan yang tertunda.
12 Undangan makan yang memilukan.
13 Pertunangan yang tertunda.
14 Rika benci Andre
15 Kesalahpahaman.
16 Masuk perangkap.
17 Om Faisal di rawat.
18 Rika menyesal.
19 Peringatan dari mama Lina.
20 Bertemu Hilal.
21 Menjemput om Faisal.
22 Pertunangan direncanakan kembali.
23 Cincin tunangan.
24 Mbok Yem hanya bisa diam.
25 Rencana menyambut keluarga Andre.
26 Ricard kehilangan jejak Rika.
27 Andre kecewa.
28 Erna terkejut.
29 Pertunangan berlangsung.
30 Peringatan dari Iyan.
31 Siasat Rika.
32 Korban tabrak lari.
33 pasca tabrak lari.
34 Murkanya mama Lina.
35 Herman memimpin rapat.
36 Persiapan buka konter.
37 Penjemputan Andre.
38 Herman Kecewa.
39 Andre pulang.
40 Kehadiran Hilal dan Ricard yang mengejutkan.
41 Erna pun datang.
42 Hilal dan Ricard akan pergi.
43 Erna menginap.
44 Andre kembali kerja.
45 Gaji yang mengecewakan.
46 Tidak adil.
47 Erna sengaja menghindar.
48 Kehilangan.
49 Merindukannya.
50 Kecurigaan Andre.
51 Perselisihan di mulai.
52 Mata-mata.
53 Perselisihan antara Rika dan Erna.
54 Curahan hati Andre.
55 Konflik Lagi.
56 Mbok Yem terkejut.
57 Mencurigakan.
58 Mencari sesuatu.
59 Rika sakit.
60 Sikap Putri semakin aneh.
61 Misteri mobil.
62 Keributan Putri dengan seorang laki-laki.
63 Penyelidikan mobil telah selesai.
64 Lisa Mengadu.
65 Menutupi jejak.
66 pertemuan Andre dan Iyan.
67 Rencana ke Lampung.
68 Mama Lina membantu
69 Gejala trimester.
70 Putri kecelakaan
71 pengakuan Irfan
72 Putri telah hamil.
73 Sampai di Lampung.
74 Andre berpamitan.
75 Pertemuan mbok Yem dengan Irfan.
76 Tidak ada jawaban.
77 Kerjasama.
78 Worning.
79 Gejala trimester.
80 Konflik yang bersamaan.
81 Dian dan Herman terlihat mesra.
82 Terbongkar.
83 Andre marah pada Irfan.
84 Mama Lina marah besar.
85 Mama Lina marah pada Mbok Yem.
86 Imbas dari kesalahan Putri
87 Tidak ada pesta.
88 Menikah dan melahirkan.
89 Rumah tangga Rika dan Andre
90 Om Faisal wafat.
91 Suka terdalam bagi Andre.
92 Berita bahagia dan duka.
93 Tawaran pekerjaan.
94 Melahirkan anak ke dua.
95 Andre mencari ijazah.
96 Kelicikan Dian.
97 Rencana pernikahan siri.
98 Akhirnya Rika pun tahu.
99 Cerita Sami.
100 Curahan hati Tika pada Dena.
101 Ribut.
102 Di perlakukan seperti maling.
103 Sikap yang tidak tegas.
104 Andre kembali pulang.
105 Rumah mama Lina di segel pihak Bank.
106 Andre memberhentikan Mbok Yem.
107 Jahatnya Dian.
108 Pemberitahuan.
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Hinaan di tempat kerja.
2
Cinta yang berujung pemecatan.
3
Minta Restu.
4
Mengingat masa muda.
5
Andre sakit.
6
Andre pun Sembuh.
7
Makan malam.
8
Mama Lina mengancam.
9
Mencari pekerjaan.
10
Gudang di bobol.
11
Perayaan yang tertunda.
12
Undangan makan yang memilukan.
13
Pertunangan yang tertunda.
14
Rika benci Andre
15
Kesalahpahaman.
16
Masuk perangkap.
17
Om Faisal di rawat.
18
Rika menyesal.
19
Peringatan dari mama Lina.
20
Bertemu Hilal.
21
Menjemput om Faisal.
22
Pertunangan direncanakan kembali.
23
Cincin tunangan.
24
Mbok Yem hanya bisa diam.
25
Rencana menyambut keluarga Andre.
26
Ricard kehilangan jejak Rika.
27
Andre kecewa.
28
Erna terkejut.
29
Pertunangan berlangsung.
30
Peringatan dari Iyan.
31
Siasat Rika.
32
Korban tabrak lari.
33
pasca tabrak lari.
34
Murkanya mama Lina.
35
Herman memimpin rapat.
36
Persiapan buka konter.
37
Penjemputan Andre.
38
Herman Kecewa.
39
Andre pulang.
40
Kehadiran Hilal dan Ricard yang mengejutkan.
41
Erna pun datang.
42
Hilal dan Ricard akan pergi.
43
Erna menginap.
44
Andre kembali kerja.
45
Gaji yang mengecewakan.
46
Tidak adil.
47
Erna sengaja menghindar.
48
Kehilangan.
49
Merindukannya.
50
Kecurigaan Andre.
51
Perselisihan di mulai.
52
Mata-mata.
53
Perselisihan antara Rika dan Erna.
54
Curahan hati Andre.
55
Konflik Lagi.
56
Mbok Yem terkejut.
57
Mencurigakan.
58
Mencari sesuatu.
59
Rika sakit.
60
Sikap Putri semakin aneh.
61
Misteri mobil.
62
Keributan Putri dengan seorang laki-laki.
63
Penyelidikan mobil telah selesai.
64
Lisa Mengadu.
65
Menutupi jejak.
66
pertemuan Andre dan Iyan.
67
Rencana ke Lampung.
68
Mama Lina membantu
69
Gejala trimester.
70
Putri kecelakaan
71
pengakuan Irfan
72
Putri telah hamil.
73
Sampai di Lampung.
74
Andre berpamitan.
75
Pertemuan mbok Yem dengan Irfan.
76
Tidak ada jawaban.
77
Kerjasama.
78
Worning.
79
Gejala trimester.
80
Konflik yang bersamaan.
81
Dian dan Herman terlihat mesra.
82
Terbongkar.
83
Andre marah pada Irfan.
84
Mama Lina marah besar.
85
Mama Lina marah pada Mbok Yem.
86
Imbas dari kesalahan Putri
87
Tidak ada pesta.
88
Menikah dan melahirkan.
89
Rumah tangga Rika dan Andre
90
Om Faisal wafat.
91
Suka terdalam bagi Andre.
92
Berita bahagia dan duka.
93
Tawaran pekerjaan.
94
Melahirkan anak ke dua.
95
Andre mencari ijazah.
96
Kelicikan Dian.
97
Rencana pernikahan siri.
98
Akhirnya Rika pun tahu.
99
Cerita Sami.
100
Curahan hati Tika pada Dena.
101
Ribut.
102
Di perlakukan seperti maling.
103
Sikap yang tidak tegas.
104
Andre kembali pulang.
105
Rumah mama Lina di segel pihak Bank.
106
Andre memberhentikan Mbok Yem.
107
Jahatnya Dian.
108
Pemberitahuan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!