suara mesin jahit para pekerja om Faisal membuat telinga sedikit memekik, Putri yang tak lain adalah adik Andre sedang berleha-leha, mana kala mama Lina sedang memasak.
“Put???” panggil mam Lina pada Putri.
Putri yang malas beranjak, hanya membalas panggilan mama Lina dengan teriakan,
“Apa Ma?”
Mama Lina pun merasa kesal dengan ulah Putri. Di tambah lagi dengan suara bising ruang sebelah membuat mama Lina semakin kesal.
Mama Lina pun melangkah mendekati Putri dan berkata dengan suara berteriak,
“Kamu gak denger mama manggil? Bantuin Mama sini, kamu tuh maunya santai aja, jadi perempuan yang sigap kenapa sih.”
“Yah Mah, nama aku kan Putri, jadi ya Putrilah, dari lahir aku da jadi Putri he he he,” jawab Putri sambil bercanda.
“Nih, kamu kupas bawangnya, lalu iris, harus tipis-tipis!”
Perintah mama Lina pada Putri.
Putri yang memang sifatnya pemalas enggan melakukannya, dia pun berkata,
“Putri mau mandi Ma, ada kelas entar jam 12, takut ketinggalan. Oh iya, spp bulan ini udah di siapin kan Ma? Udah tanggal 5 nih, gak enakkan kalo telat.”
“Aduh, pusing deh Mama, udah berisik, gak ada yang bantuin, pecah deh nih kepala Mama. Minta sana ama papa, bilang, suruh Mama!” perintah mama Lina pada Putri.
Putri pun berlari kecil menuju ruang sebelah, dan memanggil om Faisal, papa tirinya.
“Om, suruh Mama minta uang buat spp aku les, 250 ribu.”
Om Faisal pun bertanya, “Butuhnya kapan?”
Putri pun menjawab, “Kalo bisa sih sekarang, karena udah tanggal 5, gak enak kalo telat.”
Om Faisal pun menjawab,
“Kalo sekarang gak ada, besok ya, lagian kamu mintanya mendadak sih, kan Om harus ke bank dulu, kamu tau kan Om gak pake ATM, lain kali kalo butuh apa-apa jangan mendadak ya.”
Putri pun menjawab cepat,
“ Siap Om, Putri mandi dulu ya.”
Baru saja Putri melangkah dari ruang sebelah, di lihatnya Andre pulang.
Putri pun berteriak,
“Mah, Bang Andre pulang.”
Karena teriakan Putri tak terdengar mama Lina, mama Lina pun masih asyik memasak di ruang dapur, hingga Andre pun masuk tanpa memberi salam, langsung di rebahkan tubuhnya di atas kursi ruang tamu.
“Udah pulang aja Bang, biasanya tengah malam Lo baru pulang, Lo kenapa Bang, Lo sakit?”
tanya putri yang melihat Andre yang merebah di kursi ruang tamu, sambil memeriksa kening Andre.
Putri pun terkejut mendapatkan tubuh Andre yang panas.
“Gila Lo Bang, badan lo panas banget, Mah, Mamaaaaah, Mamaaaaaaaah!!!”
Teriak putri sambil berlari ke arah ruang dapur.
“Mah, Bang Andre Mah, Bang Andre badannya panas. Tuh lagi rebahan di bangku depan.”
Mendengar penjelasan Putri, mama Lina pun langsung meninggalkan ruang dapur, dan segera beranjak ke ruang tamu.
Di dapati Andre yang sedang merebahkan tubuhnya di kursi, sementara mama Lina memeriksa kening Andre, dan berkata,
“Put, cepet kompres Put, pake air es ya. Aduh Dre, kamu kenapa sih, Pah, Papaaaaah! Tolong bopong Andre ke kamar ya Pah.”
Mama Lina kelimpungan dengan kondisi Andre yang saat itu badannya panas, dan terus mengigau.
Mama Lina mulai mengompres kening Andre sampai ke lehernya. Dia pun mengambil termometer untuk mengukur suhu tubuh Andre.
“Angkat tanganmu Dre, mama taro termometernya di ketiakmu,”
kata mama Lina ada Andre yang masih berbaring. Matanya terpejam tapi mulutnya tak berhenti mengucapkan kata-kata yang tak jelas di dengar.
Om Faisal masih berdiri di samping tempat tidur Putri, memandangi kondisi Andre yang sedang terbaring.
Walau dia hanya papa tiri, karena dia masuk ke keluarga mama Lina pada saat anak-anak mama Lina masih kecil, dia paham bagaimana kondisi psikis anak tirinya, terutama Andre, hubungan om Faisal dan Andre sangat dekat, apa lagi ketika dulu mama Lina sedang merantau.
Beberapa saat kemudian Om Faisal bertanya pada mama Lina,
“Berapa suhunya Ma?”
Mama Lina pun menjawab dan bertanya,
“39 derajat Pa, gimana nih Pa, apa kita langsung bawa Andre ke dokter?”
Om Faisal menjawab serta memberi saran pada mama Lina,
“Nanti aja Ma ke dokternya, mending sekarang suruh Andre makan dulu, lalu minum obat penurun panas, kita liat hasilnya, kalo dalam waktu 3 hari panasnya belum turun juga, baru kita bawa Andre ke dokter.”
Mama Lina pun menganggukkan kepalanya tanda setuju sambil berkata,
“Iya Pa, nanti aja.”
“Ma, kita bicara yuk di luar, ada yang mau Papa omongin,” kata Om Faisal pada mama Lina, seraya menarik tangan mama Lina menuju ke luar kamar.
“Duduk Ma, ada yang Papa mau omongin sama Mama.”
Mereka duduk di ruang makan.
Om Faisal membuka perbincangan dengan hati-hati, karena dia ingin membicarakan tentang masalah Andre, mengenai Rika.
Karena menyangkut Rika, teman wanita Andre yang tidak di sukai oleh mama Lina, om Faisal pun sangat hati-hati, dia berusaha mencari kata-kata yang mudah untuk mama Lina terima.
“Mah, Papa ngerti banget kondisi Andre. Dulu, semenjak Mama berangkat menjadi TKW, papa pun ikut mengurus anak-anak, jadi dulu itu bukan hanya nenek yang ngurus anak-anak, tapi Papa juga ada adil Ma, jadi setidaknya Papa paham karakter anak-anak.”
Om Andre pun melanjutkan penjelasannya dengan hati-hati,
“Papa ngerti kondisi psikis Andre, dia itu lebih baik cape badannya ketimbang cape pikiran, mungkin saat ini ada yang dia pikirin Ma, dan biasanya pikiran kaya gini rasanya berat buat Andre, mangkanya dia begini. Dulu juga kalo dia lagi kangen ma kamu, pasti sakit. Ya, obatnya aku temenin dia tidur, aku peluk dia saat tidur, besoknya embuh. Gak salah Ma kalo kamu coba, dan gak salah juga walau pun anak kita udah dewasa, mereka juga perlu kita peluk, mungkin dengan begitu, dia bisa terbuka sama kamu, mau ngomong apa yang dia lagi pikirin.”
Mama Lina pun menjawab dengan tenang, walau wajahnya masih terlihat sedih,
“Iya Pa, nanti Mama coba, tapi emang kira-kira apa sih yang dia pikirin sampe kondisinya kaya gini? Apa jangan-jangan soal wanita itu? Ih, inget aja Mama males Pa, apa lagi ngomongin dan nyebutin namanya, Mama jijik Pa! Papa gak ngerti sih apa yang mama mau buat anak-anak mama!”
Om Faisal menghela nafas panjang mendengarkan perkataan mama Lina, lalu berkat,
"Sebenarnya kamu kenapa sih Ma, apa sih yang bikin sikapmu kaya gitu, kenapa kamu punya perasaan kaya gitu ke Rika? Aku rasa, Rika anak yang bak, mandiri, kita boleh Mah caru tau tentang keluarganya Rika, dan kayanya Rika dari keluarga baik-baik.”
Mendengar ucapan om Faisal membuat mama Lina semakin geram dan berkata dengan suara meninggi sambil berdiri,
“Udehlah Pa, gak usah ngomongin itu lagi, mual rasanya, pokoknya Aku gak setuju! Masih banyak perempuan yang cantik di luar sana yang suka sama Andre.”
Om Faisal pun mengelak dan berkata,
“Tapi Ma, apa kecantikan bisa menjamin kenyamanan?”
Tanpa mendengarkan perkataan suaminya, mama Lina pun beranjak dari duduknya, dan melangkah meninggalkan om Faisal sendirian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments