Semenjak pemecatan Rika, suasana club sedikit berubah, dan sebagian karyawan merasa sangat kehilangan sosok yang penting untuk club.
Karena ada perasaan bersalah, pak Narto dan pak Bambang mengunjungi rumah Rika. Mereka berniat memberikan tanda terima kasih atas segala pengabdian Rika selama bekerja.
“Assalamu alaikum,”pak Bambang memberi salam di depan pintu rumah Rika sambil mengetuk pintu. Tapi tak ada jawaban dari dalam.
Ketika salam yang ketiga kalinya, barulah ada jawaban dari dalam rumah, yang tak lain adalah jawaban salam dari Rika.
“Waalaikum salam,” jawab Rika sambil membuka pintu.
Rika pun terkejut meihat kedatangan kedua orang itu, yang tak lain adalah bos dan wakilnya.
“Ya ampun Bapak, gak nyangka Bapak bisa mampir ke kontrakan saya, silahkan masuk Pak,maaf, keadaannya seperti ini.”
Rika pun mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumah.
“sebentar ya Pak, saya bikinin minuman dulu,” kata Rika sambil hendak beranjak mengangkat tubuhnya, yang awalnya posisinya duduk.
“Gak usah Rika, kami ke sini hanya sebentar, duduklah kembali,” kata pak Bambang pada Rika.
Maka Rika pun kembali duduk dan berkata,
“saya senang Pak Narto dan Pak Bambang mampir ke rumah saya, seneng banget hati saya.”
Pak Narto pun menjelaskan,
“Begini Rika, maafkan saya ya, kalo cara saya memberikan surat pada malam itu tidak berkenan, tapi sepertinya lebih baik begitu, jadi enggak heboh.”
“Iya Pak, gak apa-apa, saya mengerti kok. Saya pun enggak kecewa ama Bapak, bapak udah baik sama saya, mungkin emang udah jalannya Pak. Ya, doakan saja agar saya bisa cepat dapat gantinya,” pinta Rika.
Pak Bambang berkata sambil menyodorkan sebuah amplop pada Rika,
“Oh ya Rika, ini, tolong terima ya, mudah-mudahan bermanfaat.”
“Ya ampun Pak, saya jadi terharu,” Rika membalas perkataan pak Bambang, matanya pun mulai berkaca-kaca.
“Sudahlah, kami pulang dulu ya, saat seperti ini nih yang saya tidak suka,” kata pak Narto sambil mengacak-acak rambut Rika.
Sikap pak Narto lebih santai dari biasanya.
Rika dan pak Bambang pun tertawa melihat sikap pak Narto yang ternyata matanya juga mulai berkaca-kaca.
Apa lagi sikap pak Narto yang lebih santai membuat Rika lebih berani untuk membalas sikap pak Narto.
“Ehm, ternyata begini ya kalo di luar, gue di anggap bocah, ha ha ha. Sering-sering ya Pak main ke sini, saya seneng banget di mampirin,” kata Rika.
“Iya, insyaalloh ya, nanti kami main lagi,” kata pak Bambang.
Mereka pun berpamitan.
Setelah mereka pulang, Rika bersiap-siap untuk pergi ke rumah Andre. Rika berdandan secantik mungkin, dan memilih pakaian yang terbaik yang dia punya.
Sambil menunggu Andre, Rika memainkan ponselnya, dan tak lama kemudian Beni dan Ando datang.
“Assalamualaikum,” Ando memberi salam dari baik pintu.
Rika pun menjawab salam Ando, yang tak lain adalah adik laki-laki Rika,
“waalaikumsalam, masuk aja Do, gak gue konci kok.”
Ando membuka pintu rumah Rika yang tidak di kunci, dan masuk ke dalam bersama Beni.
“wedeh, da cantik aja kau, mau kemana kau Rik,” tanya Ando pada Rika dengan logat Lampungnya.
"ehm, adik songong, panggil gue langsung nama aja. Terserah gue lah mau kemana, yang jelas gak nyusahin lo he he he,” Rika pun membalas perkataan Ando dengan canda.
Rika pun kembali berkata pada Ando,
“Gue mau dikenalin sama orang tuanya cowok gue, doain ya biar orang tuanya kasih restu buat hubungan kita berdua.”
Ando pun membalas dengan menjawab,
“Pastilah gue doain, biar lancar, biar enggak pacaran doang, tapi bisa kawin, ha ha ha.”
Beni pun ikut menimpali,
“Nah itu maksud gue, jangan cuma pacaran, tapi di ajak kawin, pacaran juga jangan kelamaan, buang-buang waktu aja, ingat, umur lo bukan remaja lagi.”
“Iya, tau! Umur gue da tua, gitukan maksud lo Ben? Makasih ya Ben uda ngingetin gue, lo abang yang baik buat gue walau sering ngeselin,” jawab Rika dengan nyeleneh.
Kemudian ada suara yang memberi salam dari balik pintu, yang tak lain adalah suara Andre.
“assalamualaikum,”
Orang yang di dalam pun menjawab salam tersebut dengan berbarengan,
“Waalaikumsalam.”
Ando pun membuka pintu dan bertanya,
“Cari siapa Bang?”
“Maaf, saya cari Rika, apa Rika ada?” kata Andre.
Beni pun beranjak dari tempatnya dan mempersilahkan Andre masuk.
“Ayo masuk bang, nih Rika udah rapi. Oh ya, kenalin gue Beni abangnya Rika,” sapa Beni sambil mengulurkan tangannya.
Andre menyambut uluran tangan Beni dan hendak mencium punggung tangan Beni.
Beni menahannya, karena merasa tidak layak Andre mencium tangannya.
“Berasa udah tua banget gue, kalo lo cium tangan gue, he he he,” kata Beni.
Ando pun tak diam saja, dia pun ikut memperkenalkan diri pada Andre.
“ Oh ya, gue Ando, adik Rika yang paling ganteng.”
Rika pun ikut menimpali dan berkata,
“Iyalah ganteng, masa cantik.”
Mereka pun saling tertawa.
“Ehm, oh ya Bang Beni, saya minta izin untuk mengajak Rika ke rumah, saya ingin memperkenalkan Rika pada keluarga saya,” kata Andre.
Beni pun menjawab, “Ya udah, hati-hati ya, pulangnya jangan terlalu malam, gue titip adik gue ya.”
Andre pun menganggukkan kepalanya sambil berkata, “Siap bang.”
Andre dan Rika pun keluar dari rumah dan meninggalkan Beni dan Ando.
Waktu telah menunjukkan pukul 7.00 malam, jalanan saat itu penuh dengan kendaraan yang melintas.
Di dalam kendaraan umum di padati para penumpang yang entah dari mana mereka asalnya, Andre berusaha melindungi tubuh Rika dari himpitan para penumpang.
Andre berbisik di telinga Rika,
“Wangi banget kamu Rik, kamu juga cantik banget hari ini.”
“mulai deh gombal,” sahut Rika.
Andre pun menjelaskan keadaan rumahnya pada Rika,
“Rika, sebenarnya aku belum ngomong apa-apa sama keluargaku, aku ingin kasih mereka kejutan, dan apa pun reaksi mereka, jika adahal yang enggak enak, tolong jangan diambil hati ya, aku rasa kamu bisa ngerti ya.”
“Iya,” jawab Rika sambil menganggukkan kepalanya.
Andre pun berteriak pada sang sopir agar segera menepikan kendaraannya.
Andre mengajak sambil menggandeng tangan Rika agar segera turun dari angkutan umum itu.
Mereka berjalan di pinggir jalan yang bayak orang lalui, tak lama kemudian mereka pun sampai.
Andre memberi salam di depan rumahnya yang terbuka pintunya. Ada 3 anak kecil 1 perempuan dan 2 laki-laki sedang asyik bermain boneka dan mobil-mobilan.
Mereka pun menyambut Andre dengan bersorak,
“asyik, Bang Andre pulang, bawa makanan gak Bang?” tanya adik Andre yang perempuan yang bernama Lisa, usianya masih 5 tahun.
Andre pun menjawab sambil menggendong Lisa,
“Yah maaf, Bang Andre gak bawa makanan. Tapi bang Andre ajak temen nih, kenalin Lisa, ini Kak Rika.”
“Halo,” sapa Rika pada adik-adik Andre. Mereka bersalaman dan mencium tangan Rika.
“Mama di mana?” tanya Andre pada Rico, yang tak lain adalah adik Andre yang berusia 7 tahun.
“Mama di dalem Bang, kalo gak salah di kamar Kak Putri,” jawab Rico.
Melihat ada yang datang, papa tiri Andre yangb tak lain adalah Om Faisal melongokkan kepalanya dari ruang sebelah.
Ruangan sebelah digunakan untuk menjahit. Lumayan banyak karyawan om Faisal, sekitar 10 orang.
Andre pun melangkah menuju ruangan sebelah di mana om Faisal berada.
Andre menemui papa tirinya dan bertanya,
“Mama mana Om? Oh ya, kenalin Om, ini temen Andre.”
Om Faisal mengulurkan tangannya dan disambut oleh Rika, Rika pun menyalaminya dengan mencium tangan om Faisal.
Om Faisal menyambut kedatangan Rika dengan ramah, dan mempersilahkan Rika duduk di ruang tamu.
Andre meninggalkan mereka dan melangkah ke ruang tengah hendak mencari keberadaan mamanya.
Andre melihat pintu kamar Putri yang terbuka. Putri adalah adik Andre yang usianya 17 tahun, dan melangkah masuk.
Di lihatnya mamanya sedang membaca majalah.
“Mah,” Andre pun mendekat dan memeluk mamanya sambil mencium kening sang mama.
Itulah Andre, masih saja bersikap manja pada mamanya.
Sebenarnya sikap Andre itu bukan bermaksud manja, tapi dia bangga pada mamanya karena perjuangan mamanya selama ini untuk anak-anaknya.
“Mah, aku mau kenalin mama sama Rika,” kata Andre pada mamanya.
Sang mama pun terkejut mendengarnya.
“Kok kamu gak bilang sebelumnya, paling enggak kamu cerita dulu ke Mama,” kata Sang mama.
Andre pun mengajak sang mama menuju ruang tamu, di dapati om Faisal yang sedang menemani Rika.
Andre memperkenalkan Rika pada sang mama,
“Mah, kenalin, ini Rika.”
Rika mengulurkan tangannya ke arah mamanya Andre. Mamanya Andre pun menyambut uluran tangan Rika dengan malas-malasan sambil berkata,
“Silakan duduk. Maaf kami gak punya makanan untuk disediakan.”
Andre hendak beranjak dari tempat duduknya dan berkata, “Air putih aja sih ada.”
Sang mama pun langsung memandang Andre dan memberikan kode agar Andre tidak beranjak dari tempat duduknya.
Andre mengerti maksud sang mama, maka dia pun kembali duduk.
Om Faisal berusaha mencairkan suasana yang kaku, dia menanyakan perihal Rika status hubungannya pada Andre.
“Kamu kenal Andre di mana Rika? Oh ya, beginilah keluarga kami, bisa dibilang keluarga besar, ya gak Mah. Oh iya, saya ini papa tirinya Andre, papa kandungnya Andre sudah meninggal sekitar 10 tahun yang lalu. Di tahun ketiga, mama menikah saya Om. Nah, yang ini anak-anak mama yang dari Om."
Begitulah penjelasan Om Faisal pada Rika, dan Rika mendengarkan dengan santun.
Sang mama memperhatikan Rika, menatapi wajahnya, penampilannya, serta aroma wewangian yang Rika gunakan.
Dalam hati sang mama berkata,
“Kampung banget sih ini anak, dekil pula. Masa selera anakku serendah ini. Muda-mudahan gak ada niatan serius di hati Andre. Anakku layak mendapatkan yang terbaik.”
Suasana hati Rika menjadi berubah, dari gembira menjadi sedih, ternyata kenyataan yang dia dapatkan tak seindah harapannya.
Rika merasakan kesedihan yang mendalam melihat sikap mamanya Andre yang tidak bersahabat, hingga membuat Rika merasa gerah berada di tengah-tengah mereka.
Melihat perubahan mimik wajah Rika om Faisal pun mencairkan suasana.
Om Faisal bertanya pada Rika,
“Oh ya Rika, coba ceritakan tentang keluargamu, seperti tentang ayah dan ibumu, saudaramu dan pekerjaanmu?"
Riak pun berusaha untuk melunak dengan menjawab pertanyaan Om Faisal.
"Anak mami saya banyak Om, kakak saya ada 5 orang, 4 laki-laki 1 perempuan. Adik saya 2 orang, laki-laki dan perempuan. Mami dan papi saya tinggal di Lampung, saya asli kota Lampung Om.”
Om Faisal pun kembali bertanya pada Rika,
“Lalu kamu tinggal di Jakarta dengan siapa?”
Rika pun menjawab dengan berusaha santai, “Saya tinggal sendiri Om, Saya menyewa rumah kecil, kakak Saya yang laki-laki seua sudah berumah tangga, jadi gak mungkin Saya menumpang pada mereka. Lagian mereka juga pada menyewa rumah juga.”
“Wah, mandiri sekali kamu ya, terus pekerjaan kamu gimana, kamu satu kerjaan sama Andre?”
Belum sempat Rika menjawab, Andre pun mengajak Rika untuk pulang. Dia melihat perubahan sikap Rika yang awalnya ceria menjadi muram.
“Rika, udah malem, kita pulang yuk. Mah, Om, Andre anter Rika pulang dulu ya, takut kemaleman, tadi juga udah di pesenin ama bang Beni, pulangnya jngan terlalu malam.”
Rika pun berpamitan, tidak lupa dia menyalami keduanya, walau sikap mamanya Andre tidak bersahabat, sampai mamanya Andre tidak mengulurkan tangannya untuk di salami, tetapi Rika berusaha mengambil tangan mamanya Andre dan menciumnya sebagai bentuk tanda penghormatan.
######
Setelah Andre dan Rika berpamitan, tinggallah om Faisal dan mama Lina, yang tak lain adalah mamanya Andre.
Om Faisal pun menegur mama Lina sikapnya yang tak baik itu dan berkata,
“Mah, kamu kenapa sih, sikapmu gak bersahabat banget. Dia datang secara baik-baik, dan itu pun Andre yang mengajaknya.”
“Gimana aku gak mau bersahabat, melihatnya saja aku jijik, kampungan banget itu anak, dekil pula. Itu muka kaya jalanan yang belum di aspal. Masa seleranya Andre serendah itu sih, gak level banget aku liatnya,”
jawab mama Lina dengan sinis.
“Ya Alloh Mah, kok kamu melihat orang dari bentuk fisiknya sih, sepertinya Rika itu anak baik, menurut Ku, gak salah kalo Andre memilih Rika, apa lagi untuk dijadikan istri, Saya mendukung itu,”
jawab om Faisal sambil berlalu meninggalkan mama Lili sendirian.
#####
Di jalan Andre mengantar Rika untuk pulang, di lihatnya raut wajah Rika yang mulai menggenang. Andre pun berkata,
“Maafkan sikap mamaku ya Rik, mama emang gitu kok sama orang yang baru dia kenal, tapi dia sebenarnya baik.”
“Iya, gak apa-apa, aku tau kok setiap orang tua pasti pengen anaknya dapet yang terbaik,”
jawab Rika dengan suara lesu.
Sesampainya di rumah, Rika meminta Andre agar segera pulang, dengan alasan ingin beristirahat.
“Pulanglah dre, gue lelah, gue pengen istirahat.”
“Ya, aku pulang ya, kamu istirahat, jangan keluyuran,” kata Andre sambil mencium kening Rika.
Baru pertama kali dia diperlakukan seperti itu dengan laki-laki.
Sebenarnya hati Rika saat itu sedih dan kecewa, tapi karena sikap Andre yang berusaha menenangkan hatinya, hilanglah rasa sedih dan kecewa itu.
######
Di rumah Andre, mama Lina sedang menunggu kepulangan Andre, tak lama kemudian Andre pun sampai, dan memberi salam.
Mama Lina pun menyambutnya dengan wajah asam.
“Duduk Dre, Mama mau bicara,” kata mama Lili pada Andre.
Andre pun duduk dengan rasa malas.
“Dengar ya Dre, maksud kamu apa mengenalkan Mama pada wanita itu? Menyebut namanya saja Mama malas, apa kamu bermaksud untuk memperistri dia? Emang gak ada lagi wanita di dunia ini yang lebih cantik dari dia?”
tanya mama Lina pada Andre dengan nada emosi.
“Mah, dengar dulu, Rika itu wanita baik Mah, enggak glamor, gak neko-neko, dan gak pelit. Andre nyaman dekat dia Mah. Dia juga dari keluarga baik-baik. Alasan Mama apa gak suka sama Rika?”
Kata Andre, yang berusaha menjelaskan siapa Rika.
“Pokoknya Mama gak setuju kalo kamu pacaran sama dia, titik! Pokoknya Mama gak setuju!”
Begitu marahnya mama Lina pada Andre, mama Lili pun beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Andre.
Sementara om Faisal mendengarkan dari ruangan sebelah, di mana tempat itu di jadikan ruangan kerja untuk para penjahit karyawannya.
Om Faisal menghela nafas panjang, dia sangat mengerti sifat istrinya yang selalu memandang segalanya dari materi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments