Suamiku Mafia
"Tidak!!!!"
Teriakan histeris terdengar jelas dari mulut seorang gadis yang baru saja pulang dari tempatnya bekerja.
Dia melihat mayat kakak, adik serta kedua orang tuanya bersimbah darah di lantai ruang tamu.
Di antara mayat-mayat itu, berdiri seorang pria tampan berperawakan tinggi 178 cm, dia bertubuh kekar dan besar.
Sorot matanya begitu tajam saat mendengar teriakan sang gadis, Brenda Marvina.
Langkah tegapnya melangkahi salah satu mayat dan datang menghampiri sang gadis.
Setelah berhadapan dengan sang gadis, dia mengatakan," Ini akibatnya jika tidak patuh padaku!"
Sang pria memeluk tubuh yang kaku dan dingin itu, sang gadis terlihat sangat marah, nyala api di matanya sangat kentara.
"A-pa yang kau lakukan pada keluargaku!"
Sang gadis yang baru saja menginjak usia 20 tahun, mencoba untuk tetap tegar, karena tepat hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Dia tidak menyangka jika hari bahagianya akan disambut dengan kematian seluruh anggota keluarganya, perasaannya sangat tidak menentu.
Dia merasa menjadi orang yang tidak berguna, karena pinangan seorang bos mafia dua hari lalu ia tolak mentah-mentah.
Brenda yang sudah memiliki kekasih, merasa tidak perlu terlalu memikirkan ancaman pria mafia bernama Maraville Myer itu.
Seorang mafia yang sudah lima tahun terakhir tidak pernah henti memberikan lamaran pernikahan.
Brenda dan anggota keluarga sudah menolak dengan halus, tapi tetap saja sang mafia datang tanpa rasa malu.
Mereka sudah berpindah tempat tinggal selama lima tahun terakhir, namun mafia itu tetap bisa menemukannya, dia juga harus berpindah tempat kerja dalam kurun waktu yang sama.
Dalam keadaan frustasi, sang ayah membentak mafia itu, ayahnya sudah muak hingga dua hari setelah penolakan, kematian justru datang pada seluruh anggota keluarga Brenda.
"Aku terlalu bersabar denganmu dan ayahmu, tapi justru bentakan yang aku terima. Aku tidak suka di bentak, dia yang membuatku marah, apalagi anggota keluargamu sangat menganggu."
Sang mafia dengan percaya diri tetap menjadi orang yang tidak bersalah meskipun darah ada di permukaan pistol, wajah serta bajunya.
Dia memeluk tubuh sang gadis dengan senyum yang merekah," Kini tidak ada halangan untuk kita menikah, baby."
"Bunuh saja aku."
"No, aku akan tetap membuatmu hidup!"
"Biarkan aku saja yang melakukannya!"
Sang gadis mencoba merebut pistol yang ada di tangan pria itu, sang pria sepertinya membiarkan hal apapun terjadi.
Hingga pukulan di tengkuk sang gadis merobohkan kesedihannya.
"Bagus, Faldin. Namun kau terlalu cepat membuat semuanya berakhir."
"Aku tidak suka basa-basi kak."
"Ya terserah kau saja."
Sang mafia terlihat mengendong tubuh sang gadis lalu membawanya pergi, sang mafia membawa mayat anggota keluarga Brenda lalu membakar rumah itu.
Sang mafia berniat memberikan mayat keluarga Brenda kepada hewan peliharaannya yang siap untuk memangsa orang-orang yang tak patuh padanya.
Saat tubuh Brenda berada di pundak sang mafia, tiba-tiba saja ada panggilan telepon dari gadis yang suka mengejar-ngejar sang mafia, dia adalah seorang model yang selalu menemani sang mafia kala gundah gulana memikirkan lamaran pernikahan yang selalu ditolak.
Namanya, Geraldine.
Dia berjalan mendekati Maraville dan menatap sang gadis yang berada di pundak sang mafia dengan penuh kebencian.
"Huft, gadis ini lagi, apakah tubuhku kurang seksi baby?" tanya sang model.
Dia heran dengan sang mafia yang tidak henti mengejar si gadis sampai harus membasmi semua anggota keluarga sang gadis yang menolak lamaran dengan kasar.
"Apa yang kau lakukan di sini? bukannya kau ada di L.A?" ungkap sang mafia yang meninggalkannya begitu saja setelah tidur bersama sang model.
"Hah! aku tidak bodoh, aku pulang saat aku tahu kau pergi, baby, aku rindu. Mari kita lakukan lagi, tapi aku benci gadis ini," cetus sang model penuh hasrat yang membara.
Dia bahkan meraba dada bidang berotot itu dengan hati-hati, seketika desir itu hadir dengan sendirinya.
Rasa tak biasa yang menjadi bukti bahwa hanya Maraville yang ada di hati Geraldine.
"Singkirkan tangan kotormu itu, aku masih harus menyiapkan pernikahanku dengan Brenda."
Sang pria menarik tangan gemulai itu dengan paksa lalu menghempaskannya begitu saja.
"Aw!" pekik sang gadis yang merasa sang pria telah membuat tangannya sakit.
"Maraville, mengapa kau begitu jahat padaku, apa salahku? ha?"
"Minggir, aku sedang tidak bernafsu untuk meladenimu!"
Sang mafia bahkan mendorong gadis yang selama ini telah membuatnya bahagia ketika gundah melanda.
Maraville membuang gadis itu saat berhasil mendapatkan si gadis cantik berkulit putih, penuh pesona, Brenda.
Langkahnya yang sangat yakin, terhalang oleh tangan sang gadis yang masih belum terima jika mafia kejamnya lebih memilih bersama Brenda daripada dirinya.
Ini sangat menyakitkan mengingat perasaannya sangat tulus kepada sang mafia.
"Tolong beri aku kesempatan, aku tidak akan membuatmu kecewa, 6 kali sehari aku kuat, aku bisa!" Sang gadis dengan kata-kata gilanya akan menyanggupi permainan tak biasa sang mafia.
Namun, Maraville sendiri malas untuk menanggapi terlalu serius apa yang disampaikan oleh gadis yang masih memegangi kakinya.
"Lepaskan, atau aku akan menembak mu!"
"Maraville! kau tega sekali!"
"Pergi dariku!"
"Tidak, aku akan tetap bersamamu!"
"Kau ingin mati?"
Saat si pria ingin melepaskan satu timah panas ke arah si gadis keras kepala, sang adik menghentikannya.
"Kakak, stop! biar aku yang menanganinya."
"Owh, kau suka dia ya?"
"Tidak, hanya saja aku tidak ingin ada orang yang menganggu hidup kita, dunia kita. Dia berpotensi membuat geng kita hancur karena sifatnya yang suka mengadu domba, aku akan mengeksekusinya!"
"Hm, boleh juga. Oke."
Sang mafia membiarkan sang adik yang mengurus si gadis sialan itu.
Perlahan tapi pasti tangan si gadis telah lenyap dari pandangan mata Maraville.
Kini dia bisa melanjutkan langkah kakinya keluar dari rumah Brenda yang sebentar lagi akan hancur di lalap api.
"Aku tidak suka kekerasan, tapi keluargamu yang membuat aku harus kejam!"
Sang mafia menatap si gadis yang masih ada di pundaknya.
Kini sang mafia telah berada di depan rumah Brenda dan berjalan menuju mobil yang sudah terparkir rapi disana.
Dia segera memasukkan tubuh Brenda ke dalam mobil, lalu duduk di samping jok kemudi.
Setelah sang gadis telah berada dalam genggamannya, kini giliran para anak buahnya melakukan tugas yang sudah sang mafia perintahkan.
Dalam waktu hanya beberapa menit saja, rumah Brenda yang dibangun atas jerih payah kedua orang tuanya, luluh lantak tak tersisa. Si jago merah berhasil menguasai rumah itu.
Sang mafia sengaja merekam peristiwa ini menggunakan ponselnya sebagai kenang-kenangan.
"Mungkin saja calon istriku ini nanti rindu rumahnya, aku akan memperlihatkan betapa mudahnya kehancuran itu datang jika tidak patuh padaku. Haha ...."
Tawa menggelegar terdengar sangat nyata dengan kobaran api melahap semua yang ada di rumah Brenda.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Nurma sari Sari
mampir...
2022-10-05
1
caca
sukaaaaakkk banget sama mafia mafia yg bucin gini
2022-09-17
1
aniya_kim
Hhm next
2022-09-09
1