Tanpa Perpisahan
"Saya sudah sampai di Indonesia," ucap seorang wanita yang baru saja sampai di terminal penjemputan bandara Soetta. Ia baru saja memberi kabar kepada sopir yang akan menjemputnya.
Fayre, seorang gadis berusia dua puluh empat tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikan sarjana dan magister di Rhode Island School of Design, Amerika serikat. Gadis yang biasa dipanggil Fay itu lulusan program studi seni lukis. Fay memiliki cita-cita menjadi seorang pelukis hebat seperti almarhum ibunya. Sejak lulus SMA ia sudah terbang ke Amerika untuk mewujudkan cita-citanya itu.
"Nona Fay!" Terdengar suar seorang pria paruh baya tak jauh dari tempat Fay berada saat ini. Gadis berparas cantik itu segera mengalihkan pandangan ke sumber suara.
"Pak Mukti." Fay bergumam setelah melihat sopir pribadi ayahnya sedang melambaikan tangan.
Fay segera menarik koper menuju tempat pak Mukti berada. Tangan kirinya membawa canvas yang dibungkus dengan kertas berwarna coklat. Mungkin, ini hasil karya untuk orang spesial dalam hidupnya.
"Selamat datang kembali, Nona muda," sambut pak Mukti dengan diiringi senyum tipis. Pria matang itu segera meraih koper dan canvas yang dibawa oleh Fay.
"Hati-hati, Pak." Fay terlihat khawatir dengan canvas yang ada di tangan pak Mukti.
Setelah Fay dan barang-barangnya masuk ke dalam mobil, pak Mukti segera mengarahkan mobilnya keluar dari area bandara. Dalam perjalanan tersebut, Fay tidak banyak bicara. Fay bukanlah gadis yang banyak bicara dan bisa terbuka kepada semua orang, karena Fay memiliki kepribadian Introver. Ia lebih suka menyendiri bersama kuas dan canvas daripada harus berbaur dengan teman-temannya.
"Kenapa kita lewat jalan ini, Pak? Ini bukan jalan menuju rumah!" tanya Fay setelah sadar jika sopirnya itu mengambil jalur lain.
"Maaf, Nona. Ini jalan menuju rumah sakit. Tuan sedang dirawat di rumah sakit," jawab pak Mukti seraya menatap Fay lewat spion dalam mobil.
Fay terkejut bukan main ketika mendengar ayahnya dirawat. Pikiran buruk mulai melanda isi kepalanya. Tanpa bertanya, Fay menerka apa kiranya yang sudah terjadi hingga ayahnya jatuh sakit, karena sejauh ini yang Fay tahu, ayahnya selalu menjaga pola makan dan olahraga.
Setelah berpuluh-puluh menit berada di jalan, pada akhirnya mobil yang dikendarai pak Mukti sampai di rumah sakit. Fay segera keluar dengan membawa lukisan yang akan dipersembahkan untuk ayahnya nanti. Ia mengayun langkah menuju lobby rumah sakit setelah diberitahu pak Mukti di mana ruangan ayahnya.
"VVIP 001 lantai tiga." Fay bergumam saat mengingat ucapan pak Mukti. Ia pun masuk ke dalam lift menuju lantai tiga seperti yang dikatakan pak Mukti.
Tidak sampai satu menit, pintu lift terbuka lebar. Fay bergegas keluar dan segera mencari ruangan ayahnya. Dari jauh ia melihat dua orang pengawal di depan ruangan seperti yang disebutkan pak Mukti.
"Maaf, Nona tidak bisa masuk! Tuan Hardi masih ada tamu penting." Salah satu pengawal menghadang Fay ketika akan membuka pintu tersebut.
"Ada siapa di dalam?" tanya Fay seraya menatap pria bertubuh tegap itu.
"Ada Tuan Bramasta dan istrinya," jawab pengawal yang berhadapan dengan Fay.
Fay terkesiap ketika tangannya ditarik ke belakang. Ia tahu pasti pelakunya adalah bu Lisa—ibu tirinya. Fay mengikuti langkah wanita paruh baya tersebut menjauh dari ruang rawat inap ayahnya. Entahlah, Fay sendiri tidak tahu kemana ibu tirinya itu akan membawanya pergi.
"Sejak kapan kamu pulang, anak tak berguna?" hardik bu Lisa setelah menghentikan langkah di ujung koridor. Beliau menatap Fay dengan tatapan mata penuh kebencian.
"Saya baru saja tiba, Bu," ucap Fay dengan kepala yang tertunduk. Ia begitu takut dengan bu Lisa.
"Bagus! Ayahmu sudah satu minggu dirawat di sini, tapi kamu baru tiba di Indonesia hari ini!" Kilat amarah terlihat jelas dari sorot mata bu Lisa.
"Kamu bersenang-senang di Amerika selama enam tahun, sedangkan kakakmu, Dira, harus membantu pekerjaan ayahmu di kantor! Siapa sebenarnya anak kandung ayahmu itu? Dira saja rela kuliah di Jakarta demi membantu mengelola bisnis ayahmu, sedangkan kamu anak kandungnya, malah senang-senang di negara orang!" Bu Lisa mengolok-olok Fay tanpa belas kasih.
Sementara Fay hanya diam saja saat mendengar caci maki ibu sambungnya itu. Entahlah, rasanya Fay tidak pernah benar di mata ibu sambungnya itu. Sejak kejadian beberapa tahun silam, bu Lisa sangat membenci Fay, padahal dulu, bu Lisa tidak pernah membedakan antara Fay dan kedua anaknya. Hal ini lah yang membuat Fay memutuskan untuk kuliah ke luar negeri. Ia tidak tahan dengan cacian bu Lisa setiap harinya.
"Maaf, Bu. Saya tidak tahu jika ayah sakit," jawab Fay dengan suara yang bergetar. Ia merasa miris saja karena tidak tahu jika ayahnya jatuh sakit.
"Kamu memang anak tidak berguna, Fay! Bisanya cuma menghabiskan uang!" Sekali lagi bu Lisa menghardik putri sambungnya itu.
Bu Lisa mengalihkan pandangan saat mendengar suara derap langkah seseorang. Ternyata Dira hadir di sana untuk menemui Fay. Ia tahu bahwa adik sambungnya baru saja tiba di Jakarta.
"Hay, Fay. Bagaimana kabarmu?" tanya Dira setelah mendekap tubuh tersebut, "kamu semakin kurus, Fay," ucap Dira setelah mengurai tubuhnya dengan Fay.
Belum sempat Fay menjawab pertanyaan tersebut, tiba-tiba saja bu Lisa menarik tangan Dira. Wanita paruh baya itu menjauhkan Dira dari Fay, "Dira! Sudah Ibu katakan! Jangan terlalu akrab dengan dia!" Bu Lisa mengarahkan jari telunjuknya ke arah Fay.
"Bu, sudahlah! Ibu tidak usah ngotot seperti itu! Ini rumah sakit, Bu, malu jika ada yang mendengar," ucap Dira dengan tutur kata yang lembut.
Dira memberikan isyarat kepada Fay agar pergi menemui ayahnya di ruang rawat inap. Tanpa banyak bicara, Fay segera pergi dari lorong tersebut, agar terbebas dari amukan macan betina bernama Lisa itu.
"Aku tidak tahu, kenapa bu Lisa begitu membenciku. Aku sekarang sudah dewasa, akan tetapi sikapnya belum juga berubah," gumam Fay dalam hati. Hanya air mata yang menjadi tanda jika gadis tersebut sedih.
Fay tidak menemukan dua pengawal bertubuh tegap di depan ruang rawat inap ayahnya. Ternyata, kedua orang tersebut bukanlah orang suruhan ayahnya. Ia segera membuka pintu tersebut agar bisa masuk dan menemui ayahnya.
"Ayah," gumam Fay setelah sampai di dekat bed pasien. Ia mengembangkan senyum ketika kelopak mata ayahnya terbuka.
"Fay! Kamu pulang, Nak?" Pak Hardi terkejut setelah melihat kehadiran Fay di ruangannya.
"Kenapa Ayah tidak memberi tahu Fay jika sakit?" tanya Fay setelah duduk di kursi yang ada di samping bed pak Hardi.
"Ayah tidak mau mengganggu kuliahmu, Nak." Pak Hardi menggenggam erat tangan putrinya, "Ayah hanya ingin kamu fokus kuliah agar bisa meraih cita-citamu," ucap pak Hardi dengan suara yang lirih.
Anak dan ayah itu sedang melepas rindu, karena Fay sendiri pulang ke Indonesia hanya saat perayaan natal saja, itu pun tidak lama. Pak Hardi mendukung penuh keputusan Fay untuk menekuni karya seni. Pak Hardi tersenyum bahagia setelah mendengar Fay sudah lulus dari Magister. Tinggal menunggu wisuda saja, pendidikan Fay benar-benar selesai.
"Oh ya, Yah. Fay punya hadiah untuk Ayah nih!" ujar Fay setelah teringat jika membawa sesuatu untuk ditunjukkan kepada ayahnya.
Fay segera membuka kertas pembungkus canvas tersebut. Lukisan wajah pak Hardi saat muda, tergambar jelas di canvas tersebut. Pak Hardi benar-benar kagum saat melihat hasil karya putrinya tersebut. Beliau sampai menitikkan air mata karena perasaan yang membuncah di dada.
"Ayah sangat bangga padamu, Nak! Ayah yakin, pasti kamu bisa mewujudkan cita-citamu di masa depan," ucap pak Hardi sambil mengusap air matanya.
Pintu ruangan tiba-tiba saja terbuka. Bu Lisa dan Dira masuk begitu saja ke dalam ruangan itu. Ekspresi wajah bu Lisa masih tetap sama seperti sebelumnya. Beliau berdiri di sisi lain bed suaminya itu sambil menatap sinis ke arah lukisan yang ada di tangan Fay.
"Jadi ini hasil kuliahmu di Amerika? Menyedihkan sekali! Sia-sia ayahmu bekerja keras jika hanya lukisan seperti itu yang kamu buat!" Tatapan sinis terlihat jelas dari sorot mata itu.
...🌹Selamat Membaca karya baru ini 🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-08-03
0
Ghiie-nae
karya baru ternyata...good job💪💪💪
2022-09-19
1
Nanda Lelo
1:10 ya ibu tiri baik n ibu tiri jahat tuh,,
susah nyari ibu tiri yg baik tuh
2022-09-11
1