Storge
Langkah tergesa seorang gadis kecil berlomba dengan denting bel tanda masuk sekolah. Pagi yang cerah terasa menyesakan bagi gadis itu, percuma dia bangun pagi pagi nyatanya sekarang tetap aja kesiangan sampai di sekolah. Beruntung Pak satpam lagi baik hati, meski sudah mengunci gerbang dia masih bersedia membuka kembali gerbang itu untuk si gadis kecil.
"Makasih Pak satpam"Teriaknya ceria sembari melambaikan tangan pada Pak satpam.
Si satpam pun membalas lambaian tangan gadis itu"Dasar Neng Ghina, udah kecil gemesin pula"Gumamnya dengan senyum tipis.
Ya, gadis itu bernama Ghina Larasati, murid kelas 3 di SMA Widuri ini. meski bertubuh sedikit kecil dari yang lain tapi dia berjiwa besar. Anaknya sangat ceria dan gemar menolong sesama, dia bahkan rela membagi makanannya jika mendapati temannya termenung di jam istirahat karena tak punya uang untuk membeli makanan. Sungguh lucu bukan?? seorang anak SMA nggak punya uang untuk membeli makanan?? tapi memang begitu adanya, Ghina bersekolah di sekolah Swasta yang notabennya berisi murid murid dengan ekonomi menengah kebawah. Bahkan Rena teman sekelas dan sebangku Ghina hanya berjalan kaki jika pulang dan pergi ke sekolah, katanya biar bisa makan pas jam istirahat jadi uang transfortasinya di alih fungsikan.
Kedekatan Ghina dan Pak satpam juga tanpa alasan, di tahun pertama dia masuk ke sekolah ini Ghina mendapati Pak satpam kaya orang linglung. Dia nampak murung dan sedih, cenderung lebih banyak diam dalam beberapa hari terakhir. Jiwa jiwa kepo Ghina pun berkobar, tak tahan melihat Pak satpam seperti menyimpan beban dia pun langsung bertanya pada intinya dengan Pak satpam.
"Udah 3 hari lho Ghina liat Pak satpam murung begini? kenapa sih Pak??"Tanya nya sambil menarik sepeda motor bututnya keluar dari parkiran sekolah.
"Kaga napa napa Neng"Kilah si satpam.
"Masa?? biasanya Pak satpam ceria lho. Ghina yakin pasti lagi ada masalah ya??"
Senyum pahit tergambar di wajah Pak satpam"Hehehhe, Neng Ghina dukun ya?? atau sok tau aja nih"
"Dukun apaan?? Ghina nggak percaya sama hal begituan, yah...meskipun almarhum Kakek Ghina dukun sih Pak"
Mata Pak satpam terbelalak"Beneran Kakeknya dukun Neng??"
Ghina mengangguk"Iya beneran, masa Ghina bohong. Dosa kali Pak, ayok cerita Pak satpam lagi ada masalah apa??" Sekonyong konyong gadis itu menepikan motornya di pos satpam. Menepuk kursi kayu tempat Pak satpam biasa nongkrong.
Pak satpam bernama Joko itu menuruti ajakan Ghina, dia pun mengambil duduk di sebelah gadis itu.
"Ayok cerita, ada masalah apa??" Tanyanya bak seorang pensehat handal.
"Istri saya melahirkan di rumah sakit, dan saya...."Kalimatnya tercekat. Dia ragu apa dengan bercerita pada Ghina maka masalahnya akan terpecahkan?? emang ni anak bisa nolongin dia??
"Nggak ada biaya Pak??"Todong Ghina. Mulutnya yang ceplas ceplos membuat Pak satpam terperangah, bukan gusar tapi takjub dia dapat mengetahui masalah yang sedang mengusik hatinya.
"Neng memang cucunya Pak dukun, bisa langsung tau masalah saya"Tukasnya menunduk sedih.
"Berapa Pak??"Tanya Ghina santai.
Pria itu mengangkat pandangan"Neng mau bantu??"Matanya berbinar penuh harap.
"Berapa dulu? takutnya uang tabungan saya kaga cukup Pak"
"Kemaren dapat pinjaman sama tetangga 1 juta, sedangkan biayanya 3 juta neng"
"Berarti kurang 2 juta nih??"Sambar Ghina.
"Kaga Neng, kurang 1 juta 200 doang"
"Lah..bukannya 3 di kurang 1 sama dengan 2 Pak??"
"Bukan Neng, 1,2 aja"
Kening Ghina menyerngit"Oh..bapak dapat diskon lahiran di rumah sakit?"Terkanya 100% yakin.
"Enggak lah Neng! dalam rangka apa rumah sakit ngadain diskon orang melahirkan"
"Lah terus?? kok 3 kurang 1 jadi 1,2?? otak Ghina emang lemah pelajaran matematika tapi kaga bego bego amat Pak"Cerocosnya tak percaya jawaban Pak satpam.
"Begini Neng, biaya lahirannya 3 juta, pinjem tetangga 1 juta, nah uang saya ada 800 ribu Neng, jadi kurangnya 1,2 juta aja toh" Jelas Pak satpam panjang lebar.
Ghina tepok jidat"Bilang dong kalo uang bapak ada 800 ribu"
Pak satpam garuk garuk kepala"Neng Ghina sih maen sambar kata kata saya, kan saya belom selesai ngomong tadinya"Cengirannya menular kepada Ghina.
Jadi yang rada rada nganu Ghina apa si Pak satpam ya??
"Hihihi, ya maaf Pak Ghina kan semangat banget pengen bantuin bapak" Ujarnya mengumbar tawa. Gigi kelincinya terlihat jelas di bibir mengembangnya. Benar benar gadis cantik dengan hati yang cantik.
"Jadi Neng Ghina bisa bantu saya?"Ketar ketir Pak satpam ingin memastikan niat baik Ghina.
Wajah gadis itu nampak sangat bersemangat"Iya dong pak"
Terharu, mata Pak satpam memerah karena terharu. Ghina bukan siapa siapanya tapi begitu bersemangat ingin menolongnya. Padahal ini perihal uang lho, dan kata orang nih uang nggak bersaudara. Namun nampaknya hal itu tak berlaku bagi Ghina, gadis baik dengan kebesaran jiwanya.
"Pak satpam tunggu di sini dulu ya"
"Neng Ghina mau kemana??"
"Kekantor Pak, ambil uang tabungan Ghina di kepala sekolah"
Sudut bibir Pak satpam menurun, pengen nangis beneran ini satpam"Neng baik bener sih___"
"Ya elah Pak, santai. Inget bayar bunganya ya Pak, 30%"
Pak satpam melongo mendengar kata kata Ghina"Pinjem duitnya pake bunga 30% Neng?? serius??"
"Hahahhahahha"Ghina tergelak tawa. Udah bapak bapak masih polos aja ni Pak satpam.
"Bercanda Pak bercanda, Ghina kaga mau mati di tolak bumi Pak"Ujarnya tertawa sambil berjalan hendak ke kantor.
Satpam itu mengelus dada, syukur deh ternyata Ghina becanda doang.
Di kantor kepala sekolah...
"Buat apa ngambil uang di tabungan kamu?? katanya kamu nabung buat biaya kuliah"Bu Jamela, si kepala sekolah yang masih bujang meski usia sudah tak lagi muda. Emosinya bagai pelana kuda, kadang turun kadang naik tapi lebih sering naik sih. Dengan kaca mata sedikit melorot dia mampu membuat murid murid merinding hanya karena lirikan mautnya. Namun..hal itu tak berlaku bagi Ghina, semua guru baik di mata Ghina. Berprasangka baiklah kepada sesama niscaya dia akan berlaku baik seperti dugaan kita, begitu kata kata mutiara Ghina jika gosip gosip yang mengatakan Bu Jamela itu galak dan sadis.
"Buat apa kamu menarik uang tabungan sebanyak ini??"Tanya Bu Jamelah bertanya untuk kedua kalinya. Dia tau uang ini hasil tabungan Ghina sejak masih SMP, gadis itu sengaja menabungkan kembali uangnya ketika masuk SMA ke pihak sekolah karena nggak percaya pada dirinya sendiri. Bisa saja Ghina menyimpan uang itu di rekening sang Ayah, tapi...uang itu uang rahasia. Ghina ingin memberi kejutan dengan masuk universitas memakai uangnya sendiri, nggak seru kan kalo Ayah tahu Ghina udah punya biaya sendiri. Bukan kejutan lagi dong namanya.
Ghina beradu pandang dengan Bu Jamela, kaya orang pacaran yang lagi curi curi pandang gitu. Hehehhe
"Di tanya kok malah balas tatapan saya?? nggak takut saya makan?"Ketus Bu Jamelah.
"Kayak Ibu bisa makan orang aja"Ujar Ghina tersenyum manis. Senyum andalan seorang Ghina.
"Ih ni bocah, buruan jawab uangnya buat apaan??"Geram Bu Jamelah.
"Buat lahiran Bu"
Mulut Jamela menganga, tak menyangka akan jawaban absurd siswinya ini. Kirain buat poya poya atau apa kek gitu. Ini kok buat lahiran??
"Buat lahiran?? kamu jangan macam macam ya Ghina, mau Ibu gantung di pohon pete??"
"Lah napa jadi pengen gantung Ghina, Ghina mau ambil uang tabungan 1 juta 200 Bu, bukan minta di gantung di pohon pete. Mending petenya di bikin lalapan, sama sambel terasi wew sedap kali Bu"
Bu Jamela menelan saliva, kurang asem ni bocah. Pinter bener memperpanjang obrolan. Lelah meladeni Ghina yang terkenal setengah sinting Bu Jamelah mengambil buku jurnal besar, meneliti catatan tabungan Ghina. Setelah mendapatkan catatan itu dia mengurangi jumblahnya dengan nominal yang akan Ghina ambil kemudian menjumblahkannya kembali.
"Mau pake amplop apa langsung aja nih?"Tanya nya ketus.
"Pake amplop dong Bu"
"Emang buat apa sih uangnya??"Tiga kali sudah, rasa penasaran membuat Bu Jamela tak menyerah ingin mengetahui sebab Ghina menarik uang tabungannya.
Ghina menarik napas panjang kemudian menghelanya panjang pula.
"Buat lahiran Ibu Jamelah yang cantik binti aduhai"
"Ugh!! Ibu nanya baik baik kamu jawabnya buat lahiran terus. Kamu nggak lagi mau melahirkan kan??" Poni rata ala Okiku si boneka hantu dari Jepang Ghina di acak acaknya. Lama lama bikin naik darah ni anak.
"Emang buat lahiran Ibu, lagian emangnya harus Ghina yang lahiran kalo mau pake uang itu buat lahiran?? kaga kan Bu?"
Jamelah nampak frustasi, dia memijit keningnya berkali kali"Nih bawa uang kamu. Buruan minggat sana!yakin bukan kamu yang mau lahiran kan??"
Gadis itu mengelus perutnya"Bu, nih perut Ghina langsing begini gimana mau ngelahirin, lagian nih Bu kalo sampe Ghina ngelahirin yang ada bukan Ibu yang mau gantung Ghina di pohon pete tapi Ayah sama Ibu Ghina di rumah"
"Iya iya, udah kelar urusan kita. Kamu pulang deh"Usir Jamelah jengah.
"Lagian nih Bu, Ghina jomblo gimana mau__hummpphhfrh"
Bu Yayang yang dari tadi menahan diri menyaksikan keceriwisan Ghina akhirnya tak bisa menahan diri lagi. Dengan mulut terbungkam Ghina di tarik paksa dari ruangan"Kamu cepetan pulang, ntar yang mau lahiran malah kaga jadi lahiran nungguin kamu"
"Hihihihi, bener kata Ibu Yayang. Ih Ghina makin sayang sama si Ibu"
Bu Yayang buru buru balik badan. Bisa setres kaya Jamelah meladeni Ghina yang banyak omong ini.
Dengan langkah ceria sambil bersenandung Ghina menuju gerbang sekolah dan singgah di pos Pak satpam lagi.
"Nih uangnya"Dengan wajah polos gadis itu menyerahkan uang dalam amplop pada Pak Joko.
"Neng, bapak makasih banyak banyak sama eneng"
"Santai dong Pak, kita hidup kan buat saling tolong menolong. Kita harus berguna buat bangsa dan negara"
"Hick hick Neng Ghina, makasih banget Neng"Air mata bahagia hendak jatuh dari pelupuk mata Pak Joko.
"Jangan nangis dong Pak, malu sama otot"Sindirnya pada otot Joko yang memang lumayan menonjol itu.
Joko pun menahan diri agar tak benar benar menangis"Jadi Neng, saya bayarnya nyicil boleh kaga??"
"Boleh dong, gampang Pak. Inget 30% nya yak"Canda Ghina lagi.
"Neng Ghina!!"
Gadis itu tetawa lebar sambil menstater motor bebeknya"Canda Bapak!!"
Di sela sela candaan itu ponsel di saku seragam Ghina berbunyi. Itu bunyi notif pesan Wa masuk.
"Hummm, apakah manusia setengah devil itu lagi??"Ujarnya bergumam.
📩:"Cebol, beliin cendol depan taman kota, yang manis tapi nggak boleh banyak gula merahnya" Joen si Tuan muda kedua yang mengirim pesan.
Gigi Ghina bergetar, Cebol!!selalu memanggilnya dengan sebutan cebol. Dasar anak majikan setengah devil.
📨:"Maaf Tuan saya masih di sekolah"Balas Ghina menarikan jemari di atas layar ponsel.
Pesan terkirim dan langsung di balas.
📩:"20 menit sampe ke hadapanku tu cendol aku bayar 3 kali lipat dari harga cendol"
Alis Ghina menukik naik sebelah saja. Dia kembali membalas pesan itu.
📨:"5 kali lipat berangkat"
Joen menggigit bibir di seberang pesan, Ghina tetaplah Ghina. Anak sang koki di rumahnya yang punya mental baja. Joen sangat suka mempersulit hidup gadis itu dan gadis itu sangat suka mempersulit hidup Joen. Keras kepala di balas keras kepala, ujung ujungnya Joen akan memberikan imbalan kemudian memberikan tantangan kepada Ghina.
📩:"15 menit aku bayar 10 kali lipat"Sebuah tawaran yang sangat menggiurkan.
📨:"Berangkat Bos ku!!!"
Ghina segera minggat dari sekolah"Ghina pulang ya Pak Joko"Teriaknya sambil berlalu.
"Hati hati Neng"Balas Pak Joko juga berteriak.
To be continued...
Happy reading.
Salam anak Borneo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Erni Fitriana
mampir
2023-03-26
1
Maya●●●
halo kk aku mmpir nih. 1 bunga mendarat yaa.
2023-03-08
1
Maya●●●
gina bisa bae
2023-03-08
1