Ghina dan Jung mematung karena teriakan Joen di ujung lorong. Sinar matahari nan terik di luar sana mencipta siluet seorang Joen yang sedang terbakar amarah. Bayangnya bagai seorang Goku yang bersiap mengeluarkan jurus kamehameha sang gelombang penghancur kura kura. Lah...napa jadi ngomongin son Goku??intinya Joen marah. Udah gitu aja!
"Cebol, mana cendol pesanan aku??katanya 15 menit bakal sampai di hadapanku?? nih ya rasa manis sedang dari cendol itu udah menari nari di lidah aku, demi cendol itu aku rela nungguin kamu di parkiran kampus??kamu niat kerja apa kaga sih??mau dapat uang tambahan kaga sih??"
"Ada kok cendolnya"Sahut Ghina sembari membenahi rambut yang berantakan.
"Udah basi"Cecar Joen.
"Baru di beli sejam yang lalu masa udah basi"
"Udah basi lah, katanya 15 menit taunya 1 jam. Untung aku nggak lagi ngidam___"
"Laki ngidam?? sama gilanya nih bedua" Tunjuk Jung pada Ghina dan Joen bergantian.
"Memang ada kok laki laki ngidam" Joen membela diri
"Oke laki laki ngidam, tapi Orang ngidam harus ada pasangannya, lah kamu belum nikah udah ngidam ngidam aja. Jangan jangan kamu udah eo eo yak" Tuduh Jung seenak jidat kebo.
"Hyung!! ucapan adalah doa. Awas kedengaran Mamah, bisa di parut tu congor"Sergah Joen. Lagian ngomongin ngidam, akh si cendol bikin omongan kemana mana nih.
Mulut Jung mencibir dengan mimik wajah menyebalkan"Udah ah, kalian lanjur bertengkar deh. Kebanyakan ketawa aku harus maskeran dulu takut muncul kerutan di wajah berharga ini"
"Najis"Umpat Joen.
Jung menulikan telinga, energinya sudah terkuras banyak setelah bercanda dengan Ghina tadi. Untuk sementara dia mundur dulu dari dunia bergelutan.
Bukan hanya Jung yang lelah, Ghina malah sangat lelah. Di bentak Joen seperti tadi jelas membuatnya gusar tapi Ghina masih ingin menjalani masa tua tanpa kerutan di wajah. Kali ini dia memilih bersabar dan nggak balas marah kepada Joen.
"Mana es cend__"
"Nih"Bungkusan cendol Ghina sodorkan tepat di wajah Joen. 1 senti 2 senti deket amat sama hidung Joen.
Dasar si Ghina jahil juga nih, Joen sudah meredam emosinya ketika menagih cendol itu namun cara Ghina menyodorkan minuman itu memicu amarah Joen kembali.
"Panasin" Perintahnya ketus.
"Mana ada es cendol panas"
"Ada, kamu yang bikin"
Pasrah, Ghina menerima saja permintaan Joen.
"Pake es batu kaga??"
"Namanya juga es, jelas pake es batu lah Cebol"
"Panas kaga??"
"Kan tadi aku udah bilang di panasin"Gemas Joen pada Ghina.
Ya Tuhan, punya majikan unik banget. Gimana cara Ghina menciptakan Es cendol panas?? sedangkan panas sama dingin kaga bisa menyatu??
"Tuan Joen pernah liat es batu dalam air mendidih kaga??" Tanya Ghina dengan kepala terasa berat. Lama lama longor juga tu rambut sakit setresnya memenuhi selera aneh Joen.
Tuan muda kedua menggeleng.
"Tuan yang kaya raya dan sering makan di restoran mahal aja kaga pernah menu minuman aneh begitu, kenapa minta saya bikin es cendol panas?? yang ada hati saya nih yang panas?? jangan ngadi ngadi dong Tuan. Saya manusi biasa bukan dewa, saya juga bukan mbak Jinny yang bisa memenuhi semua keinginan aneh Tuan muda"Omelan Ghina panjang banget kaya kereta api. Joen sadar permintaanya di luar nalar tapi sama seperti Jung, Joen suka melihat Ghina kesal dan mengomel.
"Ya sudah tambahin es batu sana"Usirnya memberi aba aba agar Ghina segera pergi dari hadapannya.
"Nah gitu dong, ngasih pekerjaan yang bener. Jangan minta yang aneh aneh kaya permintaan Nobita ke Doraemon"Tersungut sungut gadis itu melangkah memaski area dapur. Meninggalkan Joen yang terkekeh geli mendengar ocehannya.
"Eh Doraemon cebol"Panggilnya lagi.
"Apalagi Tuan Nobita"Setengah hati Ghina berbalik menatap Joen.
"Enggak, manggil doang"
Telinga Ghina merah memanas, kaya cerobong kereta api yang mengeluarkan asap. Otaknya mendidih ingin meledak, seandainya di dunia ini ada beras yang bisa meningkatkan kesabaran, mungkin Ghina akan bercocok tanam beras cap sabar itu saja di pedesaan nan jauh dari jangkauan Joen dan Jung.
"Hihihi, di kerjain Joen apa Jung?"Nyonya Sook menyambut Ghina dengan tawa. Semua penghuni kediaman Charllote hapal betul dengan langkah terseok seok Ghina, tertunduk lesu dan membuang napas panjang berkali kali.
"Enggak kok Nyonya"Memaksakan tersenyum Ghina enggan mengadukan kejahilan dua Tuan muda padanya hari ini. Dia tak ingin di ledek tukang ngadu, lagian tanpa di kasih tahu Nyonya Sook udah tau kok pelaku pembullyan terhadap Ghina di kediamannya ini.
"Maaf ya Ghin, anak anak saya bikin kesel kamu terus"
"Enggak Nyonya, Nyonya nggak salah"
"Saya tau kok perilaku mereka sama kamu, di rumah ini kan ada CCTV"
Ghina hanya bisa tercengir, Nyonya Sook benar segala kejadian di kediamannya ini dapat dia pantau dari kamera CCTV dan kenakalan para Tuan muda itu jelas tertangkap kamera pintar itu.
"Kamu nggak kapok kan ikut bekerja di sini?"Tanya wanita itu lembut. Sangat tak di sangka wanita lembut ini melahirkan anak anak yang jago saling hina. Saling ejek dan banyak lagi tingkah menyebalkan Ghina. Untung cakep cakep, jadi kelakuan mereka dapat sedikit termaafkan karena wajah tampan mereka.
"Enggak Nyonya, saya senang bekerja di sini. Selain bantuin Ibu saya juga bisa nambahin uang tabungan saya buat kuliah nanti"Bisik Ghina pelan. Dia tak ingin tabungannya itu ketahuan sang Ibu yang tengah sibuk mengiris sayuran di pojok dapur sana. Dan Nyonya Sook paham betul akan maksud Ghina. Dia juga tahu tentang tabungan Ghina itu, dulu dia pernah menanyakan akan di apakan gajih yang dia berikan kepada Ghina dan dengan polosnya gadis itu mengatakan akan dia tabung demi masuk universitas jika lulus SMA nanti.
"Anak baik, semoga dapat jodoh yang baik ya"Ujarnya menyelipkan doa seraya mengusap pundak Ghina lembut.
Tersenyum manis bak gula jawa, begitulah senyum manis seorang Ghina.
Usai berbincang sesaat dengan Ghina Nyonya Sook pergi ke taman belakang, sore ini dia akan mengadakan acara merangkai bunga bersama teman teman sosialitanya. Bukan acara besar baginya namun sangat mewah bagi Ghina. Vas vas antik akan bermunculan, koleksi bunga bunga unik dan mahal nya pasti juga akan di pamerkan pada teman temannya. Dan tak lupa cemilan import yang dia datangkan dari berbagai negara, cacing cacing di perut Ghina akan bersorak gembira. Nyonya Sook yang pemurah pasti akan mempersilahkan Ghina dan para pelayan lain juga ikut mencicipi cemilan cemilan itu. Tak lupa teh import kebanggan Nyonya Sook, Ghina pasti akan sangat sibuk malam ini.
But its okay, seperti biasa jika Nyonya Sook mengadakan acara seperti ini Ghina dan Ibunya yang biasa pulang ke rumah jam 7 malam akan lembur sampai acara selesai. Dan...uang lembur pasti ada dong. Selama itu di bayar Ghina mah oke oke saja.
"Tok tok tok, Tuan Joen es cendolnya udah siap"Serunya di muara pintu kamar Joen.
"Masuk"Sahut suara berat dari dalam sana.
Pelan pelan Ghina meletakan cendol itu di atas meja belajar, sesuai kode anggukan Joen yang mengarah para meja belajar.
"Saya permisi Tuan"Ujarnya usai melakukan apa yang Joen pinta.
"Bentar, diam di situ"Perintah Joen membuat Ghina mematung di depan pintu.
"Aku tadi pesennya apa??"
"Es cendol"
"Dengan racikan??"
"Manis tapi nggak banyak pake gula merah"Sejujurnya hati Ghina mengumpat. Bagaimana bisa dia meminta cendol yang manis tapi kaga mau di pakein gula merah?? sedangkan yang bikin manis kan si gula merah itu??
"kok cendolnya nggak pucat?"
"Ya salam!! ini kan cendol racikan normal"Jerit hati Ghina.
"Anu, cendolnya udah seger Tuan. Udah sehat dia makanya kaga pucat"Dan jawaban jenis apa itu, Joen memalingkan wajah menahan tawa.
"Oh..jadi selama ini cendol yang aku minum lagi sakit?"
"Iya, eh...kaga sih Tuan"Serba salah Ghina bingung mau ngasih jawaban seperti apa.
"Dasar cebol"Gumam Joen sangat pelan. Ghina pun tak mendengar ucapan Joen itu.
Mengesap cendol berharap rasanya akan sesuai dengan selera. Tapi...
"Bwehh!!, manis banget!! ini pasti pake gula merah. Kamu ngerjain aku kan??"
Terciduk, Ghina mengantup bibir pasrah.
"Beliin yang baru"Perintah Joen.
"Tuan....besok aja ya"
"Nggak! aku maunya sekarang"
"Nyonya ngadain acara merangkai bunga Tuan, saya harus bantuin Ibu di taman bunga"Jurus andalan Ghina, bawa bawa nama Ibu. Joen sangat lemah terhadap Ibunya, dari kecil di asuh sang Ibu hingga berganti menjadi koki di kediaman itu membuat Joen sangat menyayangi Bibi Mae, Ibunya Ghina.
"Oke, demi Bibi Mae aku akan bersabar menikmati cendol pucat itu"Sindir Joen.
Dia menyuruh Ghina duduk di meja belajarnya. Dan gadis itu menurut dengan patuhnya.
"Abisin cendolnya"Ghina kaga suka santan, Joen tau itu dan dia suka bikin Ghina eneg karena meminum santan.
"Minumnya di dapur aja Tuan"
"Heit"Joen menahan pundak Ghina yang hendak berdiri.
"Mau aku bayar 10 kali lipat nggak?"
"Mau mau 😍"Dasar Ghina mata duitan 😂.
Joen menyiapkan uang 50 ribu di atas meja belajar"Segini kan??"
"Iya Tuan"Cengir Ghina.
"Naik pangkat ni cendol, harga 5000 jadi 50 ribu gegara masuk kediaman Chaellote"
"Iya Tuan iya, jadi cendol sultan deh namanya"Paham minta di puji Ghina pun bermulut manis memuji muji Joen.
"Udah menjilatnya?? buruan minum tu cendol"Sindir Joen pada mulut manis Ghina.
Demi 5 ribu berubah menjadi 50 ribu. Dalam 3 tegukan Ghina berhasil meminum cendol dengan kandungan santan. Huweekkk, Ghina eneg pengen muntah.
"Telan!"Perintah Joen ketika Ghina mengulum cendol tenggakan terakhir.
Gadis itu menggeleng, matanya memerah.
"Ya sudah pergi sana"
Tanpa curiga Ghina berdiri hendak keluar dari kamar Joen.
"HABISIN!!"Sentak Joen mengejutkan Ghina dan tertelanlah cendol tenggakan terakhir itu. Sungguh, yang namanya nggak bisa menerima suatu makanan meskipun enak bagi kebanyakan orang terasa geli dan ingin muntah ketika makanan itu masuk ke tenggorokan.
Tak bisa menahan diri lagi Ghina berlari menuju kamar mandi Joen, memuntahkan semua isi perutnya di dalam sana.
"Hahahhha, rasakan kau cebol"Seru Joen puas membuat Ghina muntah muntah.
Beberapa menit di dalam sana akhirnya Ghina keluar dengan wajah basah. Sampe cuci muka ni cewek, seneng banget dong hati Joen.
"Makasih Tuan"Ucapnya lemas memegangi perut.
"Lho kok mau pergi aja, sikat dulu kamar mandi aku. Kamu udah muntah di sana"
"Udah Ghina siram Tuan, udah wangi kamar mandinya, lagian saya muntah di kloser, kaga kemana mana Tuan"
"Sikat dong"
"Ya elah, kapan bantuin Ibu saya Tuan!!"
"Ck, alasan banget sih. Ya udah nanti kamu sikat ya kamar mandinya??"
"Hem, iya Tuan"Ghina menghela napas lega, akhirnya lepas juga dari cengkeraman Tuan muda setengah devil.
To be continued...
Happy reading.
Salam anak Borneo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Lina Katarina
kayanya berjodoh salah 1 nya , biar di kerjain Mulu juga,, si kembar dah mulai 2
2024-10-22
0
Maya●●●
jodohnya antara jung atau joen
2023-03-14
0
Maya●●●
jadi, es cendol panas nih
2023-03-14
0