Ada apa dengan HUMAIRO

Ada apa dengan HUMAIRO

#01

Humairo masih merenung di beranda rumah. Memandang sesekali ke arah bulan sabit yang kadang tenggelam di balik awan hitam. Suasana rumah begitu sepi. Seperti malam-malam sebelumnya, tak ada yang berubah. Sepi seperti tak berpenghuni.

Sejak kematian ibunya tiga bulan yang lalu dan sejak pernikahannya dengan Ainul, pemuda pilihan ibunya yang sama sekali tak dikehendakinya. Terlalu kolot dan ketinggalan zaman dalam pandangannya yang modern. Tak ada satupun kreteria laki-laki idamannya yang ada pada diri Ainul. Yang ada, laki-laki itu hanya membuatnya muak dan jijik. Jangankan melihatnya, mendengar namanya disebut saja ia hendak muntah. Lagipula, tak ada yang bisa dilakukan pemuda kolot itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, jika seluruh waktunya ia habiskan di masjid dengan zikir dan mengajar anak-anak mengaji. Dia tak tahu pasti berapa honor yang di dapatkan Ainul sebagai marbot sekaligus pengurus di masjid desa. Yang jelas, ia merasa Ainul tak akan mampu memenuhinya walaupun untuk kebutuhan perawatan wajah dan tubuhnya. Beda halnya dengan yang ia dapatkan dari David. David tahu apa yang menjadi kebutuhannya. Bahkan sebelum ia memintanya. Itu sebabnya ia benci akan kehilangan sosok David. Selain tampan dan menjadi sosok yang selalu membuatnya berantem dengan teman-temannya karna cemburunya yang berlebihan setiap David dekat dengan mereka, David juga kaya dan royal.

Dan haruskah ia menyalahkan malam itu? Malam tanggal 5 dalam almanak Hijriah. Malam yang telah memberikan begitu banyak waktu pada ibunya untuk mengungkapkan segala keinginan hatinya. Termasuk menyodorkannya sebuah permintaan yang harus ia terima.

"Nak, ibu tahu permintaan ibu ini akan melukai perasaanmu. Ibu tahu, antara kamu dengan David sudah saling mencintai. Tapi yakinlah, yang tampak baik belum tentu mencerminkan kebaikan. Begitupun sebaliknya. Ibu sudah mencoba berkompromi dengan hati ibu dan mencoba mengijinkanmu menikah dengan David. Tapi hati ibu tetap menolak, hingga akhirnya ibu berkesimpulan, David bukan orang yang pantas untukmu.

Mungkin keputusan ini berat buat kamu. Tapi yakinlah, jika kamu sabar, kamu akan mendapatkan kebahagiaan hingga akhir hayatmu."

Kata-kata terakhir ibunya sebelum ajal menjemputnya amat menyentuh perasaannya. Seharusnya, malam itu dia yang akan meminta ijin ibunya untuk menikah dengan David, tapi ibunya terlebih dahulu mengungkapkan permintaannya. Ingin sekali ia mencabut kesanggupannya menikahi Ainul, tapi ketika memandang pancaran kebahagiaan di wajah ibunya, ia mengurungkan niatnya. Ia merasa tak sanggup merubah keceriaan yang baru saja terlihat di wajah ibunya dengan kesedihan. Ia tak bisa membayangkan jika ibunya mati dalam keadaan bersedih. Semenjak ibunya sakit, dia belum pernah melihat wajah ibunya sebahagia itu.

Kejadian itu sudah berlalu tiga bulan yang lalu. Tapi seperti baru kemarin saja terjadi. Dan walaupun sudah menjadi istri sah Ainul, Dia masih berhubungan baik dengan David. Bahkan semakin erat. Lewat sms, ketemuan di tempat pavorit mereka dulu saat masih pacaran, bahkan ia tak takut lagi didengar Ainul saat menelpon David. Ia berharap Ainul marah, dengan itu ia punya alasan untuk mengusirnya dari rumah. Toh rumah itu adalah rumah peninggalan ibunya. Ainul bisa tinggal disana hanya karna ia berstatus sebagai suaminya. Dan walaupun pada awalnya ia risih dengan tetangga yang sering melihatnya keluar malam, tapi seiring dengan waktu ia mulai terbiasa. Dia tak lagi menghiraukan penilaian tetangga kepadanya.

Tapi anehnya, Ainul seperti tak peduli. Dia sama sekali tak pernah menegurnya saat keluar rumah malam-malam, ataupun saat ia terang-terangan menelpon David. Mungkin Ainul merasa takut atau sadar ia menikahinya bukan didasarkan atas cinta. Dia benar-benar cuek dan terkesan tak mau ambil pusing. Sikap Ainul yang cuek itu memberinya banyak kesempatan untuk menemui David.

* * * * *

Humairo masih terdiam di teras rumah. David tak kunjung juga menelponnya. Sebentar lagi Isya dan jika sudah terlalu malam, bisa dipastikan mereka akan terlambat menghadiri pesta salah satu temannya.

Humairo mendesah. Bangkit dan mengeluarkan kunci motor dari saku bajunya. Motor matic yang terparkir di sudut teras dikeluarkannya, menyalakannya dan tak lama kemudian motor itu sudah melaju menembus kegelapan malam.

* * * * *

Tepat jam 12 malam, Ainul tiba di rumah. Seperti biasa, malam ini ia akan tidur di teras rumah. Suasana di dalam rumah tampak gelap. Itu tandanya Humairo tidak ada di rumah. Dia tidak tahu kapan Humairo akan pulang, tapi mengingat kebiasaannya pada malam-malam sebelumnya, bisa dipastikan ia akan pulang larut malam.

Ainul mendesah. Diambilnya tikar pandan lusuh yang bersandar di tembok teras. Tikar digelarnya dan kemudian ia mulai merebahkan tubuhnya.

Suara HP berdering di dekat kepalanya. Ainur menoleh. Kantuk yang mulai menderanya membuatnya berat meraih HP. Hingga untuk ketiga kalinya HP itu berbunyi, baru ia meraihnya.

Ainul tampak mendengarkan dengan seksama suara penelpon dari seberang sana. Sesekali ia mendongak dengan tatapan seperti mencari sebuah jawaban.

Beberapa kali terdengar suara "Halo" dari si penelpon. Ainul hanya menjawab singkat dengan jawaban yang sama tapi dengan nada yang lemah. Si penelpon dari seberang menutup telponnya.

Ainul kembali mendongak. Seperti pasrah. HP kembali berbunyi, tapi kali ini sebuah pesan. Ainul membukanya dan membacanya.

Beri aku kepastian. Jika memang kamu tidak berani mengambil keputusan, Ihklaskan aku untuk mencari laki-laki lain.

Sekali lagi Ainul mendesah. Dia tidak tahu lagi harus menjawab apa. Ia tidak bisa memberikan keputusan kepada Revi, pacar yang ia tinggalkan menikah dengan Humairo karna permintaan almarhum bu Salma, ibunya Humairo.

Awalnya Revi begitu marah mendengar kabar Ia telah menikah dengan gadis lain, tapi begitu ia tahu Humairo tidak begitu senang dengan pernikahan itu. Ia jadi berharap banyak hubungannya bisa diperbaiki kembali dengan Ainul.

Walaupun begitu Ainul belum bisa memberikannya jawaban pasti. Walaupun hubungannya dengan Humairo tidak didasarkan cinta, tapi Ia dan Humairo sudah sah secara hukum sebagai sepasang suami istri. Dan tidak elok tampaknya jika harus membuat perjanjian dengan wanita lain. Sebisa mungkin Ia menampakkan kepada para tetangga bahwa rumah tangganya baik-baik saja. Walaupun mereka tahu Humairo sangat tidak menginginkan pernikahan itu. Dia adalah lulusan pesantren yang sedikit tidak faham dengan ilmu agama. Ia mengerti dengan baik tentang hukum dan ia tidak mau mencoreng namanya sebagai seorang lulusan pesantren. Ia harus sabar. Kelak jika Humairo tidak juga bisa berubah, tentu sabar ada batasnya. Tapi saat ini ia harus menyikapi dengan bijak. Humairo perlu ia beri waktu untuk mengerti segala hal tentang hidup.

Ainul bangkit. Walaupun ia merasa lelah tapi ia merasa tidak akan bisa tidur malam ini. Terlalu banyak masalah yang akan mengganggu pikirannya, dan itu membuatnya tidak akan bisa memejamkan matanya. Lebih baik ia mengambil air wudhu dan shalat beberapa rakaat. Selesai wirid nanti ia mungkin bisa memejamkan matanya.

Ainul melirik jam di tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul dua malam. Sampai malam selarut ini, tidak ada juga tanda-tanda Humairo akan pulang. Ainul mendesah. Untuk saat ini Humairo tidak juga sedikit menampakkan kesenangannya saat melihat wajahnya. Jangankan menatap wajahnya, kebetulan berpapasan di pintu saja ia selalu mendengar Humairo seperti orang mau muntah. Ainul merasa jadi laki-laki paling buruk di hadapan Humairo.

Ainul kembali membaringkan tubuhnya. Hawa dingin terasa menusuk. Ia membuka sarungnya dan mulai meringkuk di dalamnya.

Suara motor terdengar berhenti di depan rumah. Ainul yang baru saja memejamkan matanya terbangun. Rupanya Humairo sudah pulang. Mungkin dia akan marah ketika melihatnya tertidur di tempat dimana ia sering meletakkan sepeda motornya. Tapi Ainul memilih tetap meringkuk di dalam sarungnya. ia berfikir masih ada banyak tempat untuk sepeda motor itu.

Ainul membuka sedikit sarung yang menutupi wajahnya. Terasa sekali Humairo meletakkan motornya persis di sampingnya tidur. Terdengar juga gerutuan panjang dari mulut Humairo sampai ke dalam rumah.

Ainul kembali mendesah. Di raihnya hp di sampingnya. Sudah jam dua lebih lima belas menit. Dia harus menyetel alarm agar jam tiga nanti ia bisa bangun untuk shalat tahajjud. Dia masih punya waktu untuk istirahat.

Ainul kembali meringkuk di dalam selimutnya, dan tak lama kemudian ia sudah terlelap.

Humairo melangkah ke arah dapur. Tiba-tiba saja ia merasa perutnya terasa panas minta diisi. Sudah bisa dipastikan tidak ada nasi di dapur. Nasi bungkus yang dibelinya tadi siang sudah dihabiskannya sebelum berangkat pesta. Ainul tidak pernah makan di rumah. Ia hanya memasak ketika pagi saat ia pergi ke masjid. Biasanya ia akan membuat nasi goreng dan menyisakannya satu piring di meja dapur. Ainul mungkin makan siang dan malamnya di masjid, atau mungkin saja membeli di warung. Jika menjelang akhir bulan, kira-kira tanggal 28 atau 30, ia akan mendapatkan uang satu juta lima ratus ribu rupiah yang biasa diselipkan Ainul di meja dapur. Tidak hanya itu, satu kotak mie sedap dan segala kebutuhan dapur lengkap tersedia di dapur.

Dia tak memungkiri, nasi goreng buatan Ainul memang enak. Walaupun tidak enak pun, mau tidak mau ia harus tetap memakannya karna ia paling malas jika harus masak pagi. Dan atas segala yang dilakukan Ainul untuknya, ia anggap sebagai sewa rumah. Ia tak perlu merasa risih apalagi berterimakasih pada Ainul. Sewa rumah di luar saja mungkin lebih dari itu. Ia harus siap dianggap sebagai pembantu karna tidak berusaha menolak menikah dengannya.

Humairo tertunduk lesu di atas kursi di dapur. Benar-benar tak ada yang bisa dimakannya malam ini. Mie di dalam karduspun sudah kosong.

Humairo bangkit dan kembali masuk ke dalam kamarnya. Malam ini ia terpaksa harus melewatinya dengan perut kosong.

Terpopuler

Comments

Baiqchue

Baiqchue

absen dulu miq

2023-02-22

1

༄👑💗e¢¢e ρтħš αямч💗👑࿐

༄👑💗e¢¢e ρтħš αямч💗👑࿐

Ak Binggung kk Othor yg mana MC cowok dan MC ceweknya, Dari namanya yg membuat binggung

2022-10-19

1

Adico

Adico

mampir ya ?

2022-09-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!