#05

David masih sendiri duduk di tepi sebuah jembatan, di sisi jalan raya. Abu rokok dari puntung rokok di tangannya di jentikkannya, membuat abunya beterbangan disapu angin.

Beberapa puntung rokok berserakan di bawah kakinya. Sebagian lagi terhempas oleh arus mobil yang melaju di jalan raya.

Sudah dari subuh tadi ia keluar meninggalkan rumah. Ia masih memikirkan pesan singkat yang dikirim Humairo sebelum subuh tadi. Entah, jika ia menyimpulkan hatinya saat ini bahagia, tentunya tidak akan membuatnya gelisah seperti itu. Entah tiba-tiba saja ia merasa bersalah kepada Ainul. Ia menyesali saat-saat dimana ia begitu bebasnya bercengkrama dengan Humairo, menelponnya setiap malam dan saban malam selepas maghrib, menghabiskan malam sampai larut malam.

Entah, sejak kapan hatinya mulai berubah. Tiba-tiba saja ia merasa risih Humairo menemuinya, bahkan ditelpon Humairo pun ia kini merasa tidak tenang.

Dan tadi malam, ia memaksakan dirinya untuk memutuskan hubungannya dengan Humairo. Berat memang, namun itu satu-satunya cara agar ia bisa terlepas dari Humairo. Itu juga demi kebaikan Humairo.

Ia merasa sedikit tenang saat memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Humairo. Rencananya hari ini ia akan menemui Ainul untuk menguatkan hatinya mendapatkan Humairo. Tapi entah apa yang telah terjadi malam itu, sehingga tiba-tiba saja Humairo mengabarkannya bahwa Ainul siap melepasnya. Dia merasa terlambat memberi dukungannya pada Ainul sehingga ia menyerah begitu saja.

David kembali mengambil sebatang rokok dalam bungkusan di balik saku bajunya. Rambut panjangnya bertebaran tertiup angin. Dia mendesah dan membalikkan tubuhnya. Kali ini pandangannya tertuju jauh ke tengah laut. Sebuah menara putih yang terlihat di pulau seberang, mengingatkannya kembali pada pilihan terakhirnya. Dia harus segera memutuskan, apakah akan bersama Humairo dengan resiko sebagai perebut istri orang, ataukah pergi merantau ke tanah seberang. David mengangguk mantap. Setelah membuang rokok yang ada di tangannya, ia melangkah menuju sepeda motornya. Sejurus kemudian ia telah melaju dengan motornya menembus jalan.

Humairo masih berdiri di antara ramainya orang lalu lalang di pinggir pantai. Sesekali dia menengok ke arah kafe di belakangnya, berharap ia menemukan sosok David di sana. Tapi setelah satu jam lebih menuggu, belum juga terdengar suara David menyapanya. Hiruk pikuk suara anak-anak kecil yang sedang berlarian di tepi laut, membuat suasana hati Humairo semakin kacau. Ditambah lagi dengan HP David yang tidak bisa dihubungi. Tadi ia sempat mampir di rumahnya David, tapi ibunya David mengatakan jika David sudah meninggalkan rumah sejak subuh tadi. Dia mengira David sudah membaca pesannya dan menunggunya di tempat itu, namun nyatanya dia tidak menemukan David. Teman-teman David yang dihubunginya pun mengatakan kalau David tidak bersama mereka. Dan dia tidak tahu harus mencarinya kemana lagi. Ia merasa putus asa dan merasa paling kesepian di tempat seramai itu. Dan dia pun tidak tahu lagi harus melangkahkan kaki kemana. Tanpa David, ia merasa seperti anak burung yang kehilangan induknya. Dicobanya lagi memencet tombol HP nya, berharap percobaan terakhirnya berhasil. Tapi nihil, David tetap tak bisa si hubungi. Humairo melangkah lemah ke arah sepeda motornya. Merasa David tak akan datang, ia memilih untuk pulang.

Di depan rumah David, Humairo menghentikan sepeda motornya. Bi Ijah, pembantu David, yang saat itu sedang menyiram kembang dipanggilnya untuk menanyakan keberadaan David, namun David belum pulang ke rumah sejak keluarnya subuh tadi.

Sepanjang perjalanan Humairo menangis. Menghilangnya David hari ini merupakan isyarat baginya bahwa hubungannya dengan David benar-benar sudah berakhir. Menghilangnya David adalah sebuah kesengajaan. Tanpa kabar dan tanpa pesan. Jauh berbeda dari hari-hari sebelumnya. Di manapun David berada, dia akan selalu ada menemaninya.

Humairo meninggalkan begitu saja sepeda motornya di luar rumah. Kepalanya terasa begitu pusing dan berdenyut. Pikirannya tentang David sudah menguras darah di wajahnya. Ia terlihat pucat dengan tatapan sayu.

Setibanya di dalam rumah, ia melihat beberapa lembar uang kertas di atas meja di ruang tamu. Nafas Humairo terdengar menderu menahan amarah yang tiba-tiba memuncak. Didekatinya meja itu dan mengambil uang itu.

Humairo berjalan ke dapur. Pisau yang tergantung di rak diambilnya. Ia kemudian meletakkan lembaran uang kertas itu di atas meja lalu ia mulai memotongnya satu persatu. Belum puas dengan itu, ia menoleh ke arah sudut dapur dimana Ainul biasa meletakkan karung berisi beras. Biasanya, jika ada uang di atas meja, pasti ada berasnya juga.

Dengan amarah yang semakin memuncak, Humairo menusuk-nusuk karung berisi beras itu hingga isinya berserakan di lantai dapur. Tak puas dengan itu, ia menginjak dan menendang butiran-butiran beras yang berserak. Ia belum puas juga. Ditariknya sisa beras yang ada dalam karung, kemudian mencecerkannya di seluruh lantai rumah.

Humairo melangkah gontai sambil menangis ke dalam kamarnya. Benar-benar semuanya tak berarti lagi tanpa David. Tangis Humairo menggema dalam ruangan. Sakit dalam hatinya serasa tak punya penawar lagi selain David. Namun penawar itu entah kemana. Dia sama sekali tak menghiraukannya yang kini sedang dalam kesedihan yang besar.

Humairo terkulai lemah di atas pembaringannya. Air matanya terus mengalir membasahi bantal tempat kepalanya bersandar. Sesekali terdengar dari mulutnya ia memanggil nama David.

...*****...

Suasana di dalam maupun luar rumah nampak gelap gulita saat Ainul tiba di rumah. Tidak biasanya lampu di luar rumah tak menyala. Walaupun ia tahu Humairo sering keluar malam, tapi ia tak pernah lupa menyalakan lampu di luar rumah. Ainul menyangka mungkin ada konsleting saat Humairo meninggalkannya. Tapi aneh, ia menemukan sepeda motor Humairo terparkir di halaman. Apakah Humairo ketiduran? ataukah David menjemputnya hingga lupa memarkir motornya di tempat biasa?

Ainul menyalakan senter di ponselnya. Ia kemudian menaikkan motor ke atas teras dan memarkirnya di tempat biasa.

Tapi tak berselang kemudian, Ainul tiba-tiba meringis kesakitan ketika ada sesuatu menggigit kakinya. Ainul berjingkrak sembari mulai mengibas-ngibas kakinya.

Kembali ia mengarahkan senternya ke bawah, dan betapa terkejutnya Ainul ketika melihat kerumunan semut memenuhi teras rumah. Ainul mengarahkan senternya ke arah lain dan ia melihat butiran-butiran beras bercecer dimana-mana.

Ainul mencoba menarik daun pintu rumah. Kakinya masih berjinjit menghindari kerumunan semut yang mulai terusik olehnya. Pintu rumah ternyata tidak dikunci, dan dengan pelan Ainul melangkah masuk. Tapi baru beberapa langkah,kaki Ainul terpeleset dan terjatuh di lantai. Ainul meringis kesakitan, ditambah lagi dengan semut-semut yang mulai menggigit tubuhnya. Dengan susah payah Ainul bangkit dan meraba stop kontak dalam kegelapan. Hingga ketika ia telah menemukannya dan menyalakannya, ia begitu terkejut melihat keadaan di dalam rumah. Butiran beras hampir memenuhi ruang tamu hingga jalan menuju dapur. Tidak hanya itu, semut-semut merah terlihat berbaris di mana-mana.

Perlahan ia berjalan memeriksa dapur. Ia mendapati keadaan dapur yang lebih parah dari ruang tamu. Pandangan Ainul tertuju ke atas meja makan dimana ia sering meletakkan makanan. Mata Ainul terbelalak melihat beberapa lembar uang ratusan ribu rupiah terpotong-potong di atas meja. Itu uang sejumlah satu juta lima ratus ribu rupiah, upahnya sebagai marbot di masjid. Dia menggeleng tak mengerti apa gerangan yang sudah terjadi di rumah ini.

Emosi Ainul perlahan mulai menjalar ke ubun-ubunnya. Kali ini ia sudah tidak punya waktu untuk bersabar. Ia harus marah dan memperlihatkan kepada Humairo bahwa ia punya harga diri sebagai seorang manusia.

Ainul melangkah ke kamar Humairo. Kali ini ia benar-benar marah, bahkan mungkin akan memukul Humairo.

Terpopuler

Comments

Adico

Adico

😊😊😊 lanjut

2022-09-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!