Akan Kubalaskan Dendamku
Malam itu hujan deras tiada hentinya, seorang gadis remaja sedang meringkuk kedinginan disudut ruangan gelap itu.
Terlihat dari pakaian yang ia kenakan, seragam sekolah SMA yang terlihat lusuh oleh kotoran dan bekas bercak darah.
Dia dikurung oleh ayah dan ibu tirinya didalam kandang kuda peliharaan mereka. Sebagai bentuk hukuman untuknya, yang dianggap telah lancang membantah ibu tirinya itu.
Udara dingin menusuk tulang, belum lagi nyamuk-nyamuk yang mengerumuninya. Suara perutnya yang berbunyi kelaparan, belum lagi rasa sakit di badannya penuh luka.
Dia harus menahan semuanya, badan kecil kurus penuh luka itu rambut panjang terurai terlihat acak-acakan dan hanya memakai sepatu sebelah saja.
Ericka Victoria gadis bungsu dari pasangan Dewantoro Wijaya dan Larasati Pohan, gadis yang malang ketika lahir sudah ditinggalkan mendiang ibunya.
Dan dipertemukan oleh ibu tiri yang kejam dan ayah yang tak peduli padanya, cinta ayahnya pada istri barunya itu melupakan kewajibannya terhadap anak-anaknya.
Ericka Victoria memiliki dua orang kakak, kakak pertamanya bernama Revalina Wijaya dan kakak keduanya bernama Rendy Putra Wijaya.
Kenapa hanya Ericka yang tidak diberi nama belakang keluarga ayahnya itu? Entahlah, hanya yang dia tahu dia tidak dianggap oleh keluarganya itu.
Dianggap aib keluarga, ayahnya termakan fitnah ibu tirinya bahwa mendiang ibunya hamil dari perzinahan.
Sehingga semua orang di keluarganya itu membencinya, kecuali kedua kakaknya itu.
"Ya Tuhan, apa salahku? Aku tidak pernah ingin dilahirkan seperti ini," ujarnya sambil terisak menangis pilu.
Teringat kembali pada kejadian tadi siang.
Ericka melangkah gontai menuju ruang keluarga, dia pulang sekolah lebih awal karena merasa tidak enak badan.
"Heh, kamu kenapa ada disini? Bukannya kamu ada disekolah?" tanya ibu tirinya itu ketus dan sedikit membentaknya.
"Ma-maaf Bu, aku izin pulang duluan karena tidak enak badan." Jawab Ericka.
Dia terlihat ketakutan dan badannya gemetar melihat sosok ibu tirinya itu, wanita yang dinikahi ayahnya enam belas tahun yang lalu.
Disaat umur Ericka masih satu tahun, dan tepat satu tahun juga mendiang ibunya meninggal ayahnya menikah lagi.
Elena Bexxa wanita paruh baya itu masih terlihat muda dan cantik, penampilannya yang selalu terlihat anggun dan elegan itu dia tampilkan sebagai wanita bersosial tinggi.
Dia adalah ibu tirinya Ericka, sebelum menikah dengannya ayahnya dia adalah seorang janda dengan dua anak.
Pramudya dan Pricilia adalah anak kembar ibu tirinya itu, sama jahatnya ,sama culasnya dan sama perangainya. Ibarat pepatah, buah takkan jatuh dari pohonnya.
Ibu tirinya itu menatap tajam Ericka, sorot matanya menelusuri setiap lekuk tubuhnya.
"Aku lihat tak ada yang luka atau cacat di tubuhmu itu? Kenapa kamu bolos, ingin malas-malasan yah kamu?! " bentak nyonya besar itu.
Ericka sedikit tersentak oleh bentakan ibu tirinya itu, meskipun sudah terbiasa diperlakukan seperti itu dari kecil, tapi tetap saja itu menakutkan.
Membayangkan ibu tirinya itu nenek sihir yang jahat seperti yang di dongeng-dongeng cerita jaman dulu.
"Tapi Bu, aku beneran tidak enak badan. Sepertinya maag ku kambuh" terlihat Ericka meringis kesakitan.
"Alasan kamu, bilang aja malas belajar! Kamu kira biaya sekolah kamu tuh murah, belum lagi peralatan sekolahmu yang mahal-mahal itu.
Itu semua pakai duit semua belinya, masih untung kamu ditampung disini. Bersyukurlah jadi orang!" Ibu tirinya itu meneriaki Ericka sambil menunjuk-nunjuk mukanya.
Ericka sudah tak tahan, badannya linglung tak mampu menopang badannya yang sakit-sakitan itu.
Dia terjatuh, terduduk bersimpuh dihadapan ibu tirinya itu.
"Kenapa? Jangan pura-pura sakit lagi kamu yah?! Aku takkan tertipu" katanya sinis.
"Bangun kamu, bangun!" teriaknya sambil menarik-narik tubuh Ericka supaya bangun dari duduknya.
Tubuh gadis itu kurus dengan bobot badan hanya 40 kg dengan tinggi 160 cm terlihat ideal tapi itu kurus sekali untuknya.
Terkadang dia tak boleh makan tanpa bekerja, lebih banyak bekerja daripada makan. Terkadang sekedar istirahat sebentar untuk minum air saja tak boleh.
Pekerjaannya lebih berat dibanding pelayan-pelayan yang ada di rumahnya. Dia menjadi bahan pembicaraan para pelayan.
Ada yang iba dan ada juga yang menyalahkannya karena lahir dari Mendiang ibunya yang dianggap berzinah itu. Tentu saja yang ikutan membencinya itu para suruhan ibu tirinya itu.
"Ampun Bu, ampun." Ericka tak kuat berdiri lagi.
Bu Elena terus memaksanya berdiri, disaat dia ingin berdiri ia meringis kesakitan akibat cengkeraman tangan ibu Elena itu ditangannya.
"Ah, sakit!" Ericka mengerang kesakitan tanpa sengaja menepis tangan ibu tirinya itu.
Ibu tirinya itu agak terkejut dengan tepisan tangan itu, biasanya Ericka hanya menerima perlakuannya sekarang sudah mulai berani, pikirnya.
"Heh, anak tak tau di untung! Sudah mulai berani kamu yah, kamu harus diberi pelajaran biar kapok!" teriaknya.
Plakk! plakk!
Dia menampar kedua pipi Ericka dengan keras, Ericka berteriak kesakitan. Tetapi wanita itu tidak peduli, dia malah semakin menjadi-jadi.
Dia menjambak rambutnya, dan kepalanya dibenturkan disalah-satu meja yang ada di sana.
Karena kegaduhan itu, para pelayan mengintip mereka dari kejauhan. Mereka tidak berani mendekat, karena nyonya rumah itu kalau sedang marah sangat mengerikan.
Salah satu pelayan di sana, bi Mirna menelpon Reva memberitahukan bahwa adiknya itu sedang dianiaya.
Selang beberapa saat kemudian Reva datang.
"Hentikan! Apa yang kau lakukan pada adikku?!" hardiknya pada ibu tirinya itu.
Dia membantu Ericka berdiri, dan melihat tubuh adiknya penuh luka akibat benturan dan cakaran Ibu tirinya itu.
"Diam kamu, seharusnya kamu juga marah padanya! Dia membolos dari sekolah" kata ibu tirinya itu
"Tidak, adikku tidak seperti itu. Pasti ada alasan kenapa dia pulang lebih awal" kata Reva tidak peduli dengan sikap ibu tirinya itu.
"Ayo Eri, ikut kakak kita obati lukamu itu. Lalu langsung istirahat yah," katanya pada adiknya itu.
Ericka hanya diam dan menangis itu mengangguk dengan ajakan kakaknya itu.
"Mau kemana kamu? Kembali, ayo kembali!" teriak Ibu tirinya itu.
Dia berusaha menarik tangan Ericka tapi Ditepis oleh Reva.
Revalina Wijaya gadis cantik anggun dan penuh mempesona, memiliki tubuh proporsional dengan bentuk tubuh ideal seperti model. Kaki jenjang kulit putih dengan rambut panjang bergelombang, dengan hidung mancung dan matanya begitu bulat sempurna, begitu gambaran yang sempurna untuknya, dan kebetulan profesinya seorang model ternama di kotanya.
Maka dari itu tidak sulit baginya menghindari serangan dari ibu tirinya yang berusaha mencelakai adiknya lagi.
Dengan kaki jenjangnya memakai sepatu high heels dia menendang kaki ibu tirinya itu sampai jatuh.
"Aahh!" Dia berteriak kesakitan.
Berselang kemudian pak Dewantoro datang bersama beberapa pengawalnya, dia juga dikabari oleh salah satu pelayan suruhannya untuk mengawasi rumahnya.
"Sayang!" teriaknya melihat istri tercintanya jatuh oleh tendangan Reva.
Dia langsung menghampiri dan membantu istrinya itu untuk bangun. Reva tak peduli dengan mereka dia terus berjalan sambil memapah adiknya itu.
"Tunggu!" hardik pak Dewantoro.
"Apa yang kamu lakukan pada Ibumu, lihatlah kakinya sampai terluka begini!" bentak ayahnya.
"Seharusnya Ayah bertanya juga pada Istrimu itu, apa yang dia lakukan pada anakmu sampai terluka seperti ini!" Tak kalah teriaknya Reva emosi dengan sikap ayahnya itu.
"Ibumu itu pasti ada alasan kenapa dia bersikap seperti itu." Jawab pak Dewantoro.
"Apa, alasan? Alasan apa yang membuatnya berhak menganiaya adikku seperti ini?! Kalian sama saja, sekumpulan orang jahat tak punya hati nurani." Reva pergi meninggalkan mereka.
Pak Dewantoro memberi aba-aba kepada pengawalnya, mereka mengerti dan langsung menarik Reva dan Ericka.
Mereka dipaksa untuk berpisah dengan menarik tangan mereka dengan cara dipisahkan, Reva berteriak minta dilepaskan. Sedangkan Ericka hanya pasrah ketika mereka menyeretnya pergi entah kemana.
Reva dikurung didalam kamarnya dan dikunci dari luar.
"Buka, buka pintunya! Lepaskan aku dasar kalian bi*dab! Apa yang ingin kalian lakukan pada Eri?! " tanyanya sambil berteriak memukul-mukul pintu berharap akan dibuka.
Tapi mustahil tidak ada yang berani menolong dia maupun adiknya itu, dia hanya menangis meratapi nasib adiknya yang malang.
Sementara itu, disalah satu kamar di rumah besar itu. Rendy hanya duduk terdiam sambil memejamkan matanya sambil mendengarkan musik di earphone nya.
Dia sengaja tak ingin mendengar kegaduhan itu, keributan yang hampir terjadi tiap hari di rumah itu.
Tak ada ketenangan maupun kedamaian di rumah itu.
...----------------...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Aya Vivemyangel
Reva dah jd model , knp g keluar aja dr rumah sama bawa adiky , beli rumah/apartemen tinggal ma adiky
Kakak cowoky kty sayang ma adiky lah gmn diem aja 😌
2023-10-24
4
Aya Vivemyangel
Lahh trus , kalau g jatuh dr pohony mau jatuh dr mana thor 😂😂😂😂
Buah bisa tumbuh n melayang sndiri y 😂 canda thor
Mampir nih 👣👣💪💖
2023-10-24
0
Naraa 🌻
itu si Rendy kakak cowonya knp malah cuek aja
2023-06-20
1