Rendy berjalan santai menuju kearah mereka, dia menunjukan senyum dan sikap ramahnya. Tentu saja itu semua palsu.
Dia ingin menunjukkan kesemuanya, bahwa dia merupakan orang yang mereka pikirkan selama ini, anak bodoh dan pengecut.
"Ibu, apa yang dia lakukan disini?" tanya Pramudya.
"Ibu juga tidak tahu apa yang dilakukan si bodoh ini" kata Elena menjawab anaknya itu.
Pak Dewantoro mempersilakan Rendy duduk disampingnya, membuat Elena dan anak-anaknya semakin tak suka pada Rendy.
"Baiklah semuanya, kita sudah berkumpul disini. Saatnya aku menyampaikan keinginanku ini.
Pramudya dan Pricilia sudah lama berkecimpung di bisnis ini bersamaku dan Ibunya.
Saatnya aku akan mengumumkan kepemimpinan dua perusahaan besar yang aku pimpin selama ini.
Kita semua tahu, salah satu anak perusahaan PT jewelry Wijaya Corp di cabang selatan sudah ditangani dengan baik oleh Ibu Elena Bexxa.
Sekarang beliau ini akan menyerahkan anak perusahaan tersebut ke saudara Pramudya Wijaya, untuk meneruskan kepemimpinannya.
Dan, selamat atas kepemimpinannya untuk Pramudya." Ujarnya sambil tersenyum sumringah dan memberi jabatan tangan pada anak tirinya itu.
Rendy tersenyum kecut, sejak kapan berandalan kecil ini memiliki nama belakang Wijaya?
"Dan anak perusahaan cabang barat rencananya akan diberikan kepada Pricilia, tetapi anaknya tidak tertarik.
Padahal kinerjanya sangat bagus, banyak proyek berjalan baik olehnya.
Tapi disayangkan, dia lebih tertarik menjadi Model." Kata pak Dewantoro.
Elena mendelik kearah Pricilia, dia kesal dengan keputusan putrinya itu. Dapat perusahaan gratis kok disia-siakan, pikirnya.
"Jadi untuk sementara, perusahaan itu aku masih memimpinnya.
Dan aku harap Pramudya mau membantu menjaga kepemimpinan perusahaan itu selagi kepemimpinannya kosong." Ujar pak Dewantoro.
"Baik, Yah... mohon petunjuk dan dukungannya" ujar Pramudya berusaha sikap sopan didepan ayah tirinya itu.
Dia dan Ibunya tersenyum sumringah, paling tidak dua perusahaan itu masih jatuh ditangan Mereka.
"Dan kedatangan Rendy disini, aku juga ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian.
Tahun ini Rendy akan lulus kuliah, sebentar lagi wisuda. Dia anak pintar dan berbakat, dia banyak sekali mendapatkan penghargaan dari acara kompetisi yang meliputi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dia juga sering membantu teman atau keluarga temannya dalam menyelesaikan masalah di perusahaan mereka.
Aku mendengar langsung pujian untuknya dari rekan bisnisku dan keluarga temannya, merupakan teman dan rekan bisnisku juga.
Sangat disayangkan, bakat dan talentanya disia-siakan.
Padahal dia juga memiliki Ayah dan keluarga yang hebat, dan perusahaan tak kalah besarnya dengan yang lain.
Tapi kenapa, dia tak diikutsertakan didalam bisnis perusahaan ini?" kata pak Dewantoro sambil meminum kopinya.
Elena dan kedua anak kembarnya tersenyum, terlihat sekali senyum terpaksa itu.
Mereka tak suka pak Dewantoro memuji apalagi sampai menyukai anaknya itu.
"Oleh karena itu, sambil menunggu kelulusan dan Wisudanya, aku meminta Rendy juga belajar di perusahaan yang aku pimpin.
Dia akan ditempatkan di anak perusahaan keduaku, yaitu PT Cristales Abadi Wijaya." kata pak Dewantoro.
Elena Bexxa dan kedua anak kembarnya terkejut dengan keputusannya.
Bagaimana tidak, anak perusahaan itu merupakan salah satu perusahaan terbesar milik pak Dewantoro.
Salah-satu perusahaan utama milik keluarga Wijaya, perusahaan yang katanya digadang-gadangkan akan menjadi milik Pricilia itu.
"Tapi Yah, bukankah perusahaan itu akan diganti kepemilikannya atas nama Pricilia?" tanya Elena tak sabar.
"Ini perusahaan yang aku bangun dan pimpin sendiri, dan selamanya aku sebagai pemiliknya. Siapapun yang memimpinnya, bukan berarti pemiliknya.
Kalian hanya diberi kepercayaan olehku, dan manfaatkan itu sebaik mungkin.
Dan jangan coba-coba memanfaatkan ku." Kata pak Dewantoro tegas.
Terlihat sorot matanya yang tajam, tanda tak sukanya dengan pernyataan Elena tadi.
Elena menelan saliva nya, dia tak menyangka respon pak Dewantoro akan seperti itu. Dia kira lelaki itu akan mudah dia kendalikan, ternyata salah.
Pak Dewantoro masih memiliki pendirian dan prinsip teguh, dan itu yang dilupakan Elena.
Sedangkan Rendy, dia hanya tersenyum melihat drama keluarga ini.
"Karena perusahaan itu masih ku tangani sendiri, aku meminta Rendy menemaniku sambil dia belajar.
Aku harap semuanya menerima dan tak ada penolakan apapun, bantu dia jika dia mengalami kesulitan. mengerti?!" kata pak Dewantoro dengan tegas.
"Baik Pak, kami mengerti." Sahut mereka semuanya yang ada di sana.
Kecuali Elena, dia tidak bisa menerimanya. Kenapa si bodoh itu, harusnya anaknya yang di sana? Elena membatin.
Semuanya kembali ke pekerjaannya masing-masing, kecuali Elena dan anak-anaknya yang masih duduk di ruang tamu itu.
Rendy sengaja melambatkan langkahnya, dia ingin melihat respon keluarga tirinya itu.
"Heh, sejak kapan kamu mengerti tentang perusahaan hah?! Kenapa kamu diam saja selama ini?" tanya Elena sambil menghampirinya.
"Apa maksudmu Ibu, aku tak mengerti?" kata Rendy pura-pura polos.
"Apa yang kau lakukan selama mengurung diri dikamar, menyusun sendiri rencana mu?" kata Elena penuh selidik.
"A-aku hanya belajar Ibu, tentu saja sambil mengerjakan tugasku yang lainnya." Kata Rendy terlihat ketakutan, sandiwara yang bagus.
"Dasar bodoh, jangan coba-coba menipuku yah? Ingat, kau harus menuruti apa yang aku katakan. Mengerti kamu?!" bentak Elena.
Rendy mengangguk cepat, Pramudya dan Pricilia tertawa kecil melihat tingkah Rendy yang ketakutan itu.
"Mari Bu, kita tinggalkan cecunguk ini. Ayah mungkin sudah menunggu kita, bye Rendy." Kata Pricilia sambil melambaikan tangan kearah Rendy dengan tingkah sombong dan genitnya itu.
Rendy mendengus kesal dengan perlakuan Elena tadi, tetapi senyuman sinis nya kembali terukir dibibir tipisnya itu.
"Langkah awal sudah ditangan, tinggal memikirkan langkah selanjutnya" katanya sambil berlalu naik kelantai atas kamarnya.
Saat dia menuju kamarnya, dia sempat melewati kamar Ericka. Dia sempat berhenti, tidak ada pengawalan didepan kamar itu.
Dia sempat berpikir ingin melihat adiknya itu, tetapi diurungkan niatnya setelah mendengar suara langkah kaki dibelakangnya.
Dia kembali masuk kamarnya, menutup dan mengunci kamarnya kembali. Dia membuka laptopnya, memulai diskusinya dengan beberapa temannya.
Entah apa yang mereka diskusikan, hanya Rendy dan teman-temannya yang tahu.
***
Beberapa hari kemudian.
Bi Mirna dan Mila menuju kamar Ericka, mereka membawa makanan dan obat untuknya.
"Permisi Nona, kami datang" kata bi Mirna.
Saat ini keadaan Ericka jauh lebih baik, dia sudah bisa berdiri dan berjalan-jalan. Tetapi kebebasannya masih terbatas.
Dia tidak diperbolehkan keluar kamarnya, dia hanya bisa memandang keluar lewat pintu kaca jendelanya itu.
"Eh, Bi Mirna sama Mila." Kata Ericka sambil tersenyum manis.
Bi Mirna dan Mila merawatnya dengan baik, mereka kasihan dan tidak tega melihat Ericka diperlakukan kasar dan tidak baik oleh ibu dan saudara tirinya itu.
Bi Mirna bekerja dengan keluarga Wijaya hampir seumuran dengan Ericka, dia juga yang mengurus dan menjaganya sampai saat ini.
Kasih sayang yang tulus darinya, membuat Ericka bertahan sampai saat ini. Dia menganggap bi Mirna sudah menjadi ibu keduanya setelah Elena.
Dia tidak pernah tahu, bahwa Elena hanya ibu tiri yang kejam, dan tak ada rasa kasih sayang dari dirinya sedikitpun
"Kami membawa makan siang dan obatnya Non, dan ini obat terakhirnya." Kata Mila.
"Jangan panggil aku Non, panggil saja Ericka. Kita kan seumuran" kata Ericka dengan senyuman manisnya.
Dia senang bertemu dengan orang seumuran dengannya. Apalagi orangnya ramah dan menerimanya dengan baik.
Selama dia sekolahpun dia memilih menyendiri, dia menjadi anak pendiam. Karena sering di-bully teman-teman sekelasnya, dikatakan anak ha*am oleh mereka.
"Minggu depan hari kelulusan mu Non, sudah memutuskan mau kuliah dimana?" tanya bi mirna ramah.
"Senang sekali bisa memutuskan keinginan sendiri Bi, tapi kalian tahu hidupku tak sepenuhnya milikku ..." ujarnya lirih.
Bi Mirna dan Mila merasa tak enak hati dengannya, mereka berusaha menenangkannya.
"Tidak apa Non, selama itu baik dan tidak merugikan. Ikuti saja yah," kata bi Mirna sambil membelai rambutnya yang panjang itu.
"O ya Bi, aku sudah lama tak mendengar tentang kak Reva. Apa kabarnya, aku dengar dia kesusahan selama aku dikurung disini?" tanya Ericka dengan nada sedih.
"Dia baik-baik saja Non, kita semua tahu non Reva itu wanita kuat dan mandiri. Dia bisa menjaga dirinya sendiri." Ucap bi Mirna.
"Iya Bi, kamu benar" kata Ericka sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.
***
Terkadang, apa yang kita lihat belum sepenuhnya benar. Seperti saat ini, Reva mempercepat langkahnya dia merasa sedang diikuti sedari tadi.
Dia menoleh kebelakang, tak ada siapapun di sana. Ah, mungkin ini hanya firasat ku saja? pikir Reva.
Dia melangkah maju menuju pintu apartemennya itu, seseorang sedang mengawasinya dari jauh.
"Dasar wanita j*lang, kali ini kau harus menjadi milikku" ujar seorang pria memakai stelan serba jeans itu dengan memakai topi dan masker hitam.
Dia berlalu dengan motor RX-King nya.
...----------------...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Daniela Whu
kukira erika yg akan balas dendam ke kuarga tirix
2023-10-30
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
aku rate aja ya kak
2022-10-30
3
Azka Ibrahim
cerita baru tapi keren beut..
2022-09-06
2