Rendy Putra Wijaya, putra kedua bapak Dewantoro dengan mendiang istrinya Larasati. Dia bukannya tak peduli dengan keluarga terutama dengan adiknya itu.
Dia lebih memilih diam, karena akan percuma saja melawan ayah dan ibu tirinya itu. Mereka memiliki kuasa dan segalanya, sedangkan dia dan kedua saudaranya itu masih menumpang dengan mereka.
"Lihat saja nanti, akan ku balas kesombongan dan keangkuhannya dengan kekuatanku sendiri.
Tapi tidak sekarang, setelah aku berhasil merebut semua yang menjadi hak ku." Katanya berujar sendiri.
Berdiam diri melihat kepergian ayah dan ibu tirinya itu, dia memandangi mereka dari jendela kaca kamarnya itu.
Pandangan tajam dan penuh kebencian, mengingat kelakuan mereka terhadap kakak dan adiknya itu.
"Ayah dan Ibu kok lama banget sih? Buruan, nanti terlambat kita" kata Pricilia salah satu anak kembar Elena.
"Maaf sayang ,tadi ada kerjaan sebentar." Jawab Elena sambil tersenyum manis kepada anaknya itu.
Ternyata kedua anak kembar Elena sudah menunggu mereka sedari tadi. Mereka duduk didalam mobil mewah milik pak Dewantoro.
Mobil berjenis Limosin itu mampu menampung beberapa orang, tapi tak sekalipun Rendy dan saudara-saudaranya pernah merasakan naik mobil itu.
Kesenjangan kasih sayang dan perhatian mereka nampak sekali.
"Kerjaan apa, pasti ulah Ericka lagi kan? Huh, anak itu selalu membuat masalah" katanya bersungut dengan senyuman sinis nya.
"Biarkan saja itu urusan Ayah dan Ibu" jawab pak Dewantoro.
"Itu karena Ayah terlalu memanjakannya" kata Pricilia lagi.
"Tahun ini dia kan lulus sekolah, Yah... Bagaimana kalau Ericka kita kirim aja ke London? Dia bisa kuliah dan menetap di sana," ujar Pramudya yang sedari tadi diam sambil memainkan Gadgetnya.
"Hem, ide bagus juga. Jadi dia tidak akan merepotkan kita lagi, ya 'kan Kak, Bu?" Kata Pricilia terlihat senang dengan ide kakak kembarnya itu.
"Diam kalian, ini urusan orang tua" ucap Elena.
Sebenarnya dia setuju dengan ide kedua anak kembarnya itu, tapi wanita licik itu masih belum melihat respon suaminya.
Dia akan memilih waktu yang tepat untuk membicarakan hal itu.
Disaat mereka berlalu dengan mobil mereka, diiringi dengan mobil pengawalnya pak Dewantoro, ada seseorang yang mengawasi mereka.
"Mau kemana mereka pergi? Aku harus melapor kepadanya sekarang juga" kata pria itu.
Dia memakai setelan jas serba hitam lengkap dengan kaca mata hitamnya sambil memegang kamera.
Dia memantau setiap gerak-gerik keluarga Dewantoro Wijaya.
"Halo Pak, mereka sudah pergi bersama pengawalnya. Saya belum tahu kemana tujuan mereka, baik Pak saya akan membuntuti mereka." Pria itu menutup telponnya lalu berlalu pergi.
Rendy yang sedari tadi memperhatikan ayah bersama istri dan anak tirinya itu, menyadari sesuatu yang aneh dibalik pohon pekarangan rumahnya.
"Siapa itu? Apa yang pria itu lakukan?" tanyanya curiga.
Setelah itu dia berlalu pergi, dia tidak mau ambil pusing yang ada diluar sana. Dia ingin fokus belajar, dan sibuk dengan urusannya sendiri.
Bukannya apa-apa, Keluarganya itu merupakan salah satu konglomerat besar yang disegani di kotanya, memiliki banyak usaha dan tentu juga banyak persaingan bisnis juga.
Tidak heran jika keluarganya selalu mendapat teror dari salah satu pesaing bisnis ayahnya itu. Seolah memiliki kekuatan besar, mereka selalu mampu menghadapi pesaing-pesaingnya.
"Aku harus fokus belajar, berpura-pura tidak tahu saja. Kalau aku sudah lulus dan bekerja di perusahaan ayah, maka dengan kekuatanku sendiri aku bisa mengubah segalanya yang ayah ciptakan itu." Katanya penuh kebencian.
Sementara itu, Reva sudah berhasil keluar dari kamarnya. Salah satu pelayan di rumah itu membukanya atas perintah pak Dewantoro.
"Maaf Nona, kami tak berani melawan tuan besar" ujar pelayan itu.
"Tidak apa, aku mengerti. Kalian hanya mematuhi perintah saja, karena mereka yang membayar mu.
Tapi ingat, jangan karena uang sampai menghilangkan hati nurani mu itu" katanya sambil berlalu pergi.
Kata-kata Reva membuat pelayan itu tertusuk hatinya, bagaimana tidak dia sendiri bekerja untuk membantu orang tuanya untuk melunasi hutang-hutang kakaknya.
Mila gadis masih berumur 17 tahun sudah bekerja di rumah besar itu, dia putus sekolah karena orangtuanya tak mampu membiayainya.
Dia bekerja di sana dibantu oleh bi Mirna, tetangganya yang sudah lama bekerja di rumah pak Dewantoro.
***
"Eri, Eri! Dimana kamu? Eri, jawab Kakak sayang." Terdengar suara Reva memanggil adiknya.
Dia tahu betul, jika Ericka pasti dikurung di salah satu kandang kuda ini.
Sudah menjadi kebiasaan mereka, jika Ericka dihukum akan mengurungnya di sana. Karena itu salah satu hukuman yang berat untuknya.
Ericka trauma berat dengan Kuda, dia pernah jatuh saat menunggangi kuda waktu kecil. Salah satu saudara tirinya itu mengerjainya dengan menyuruh naik kuda.
Tanpa tahu sedang dipermainkan, dia menurut saja karena dia senang akhirnya mereka mau main dengannya. Selama ini dia dikucilkan, tak ada orang yang mau menemaninya.
Kuda jantan yang lagi susah di jinakkan itu, berlari kencang saat Ericka mencoba menaikinya, dia terpental jatuh. Dan kuda itu berlari kearahnya, melihat buas kearah Ericka.
Membuat gadis kecil itu ketakutan, menjerit ketakutan. Untungnya ada salah satu penjaga kuda itu berhasil menyelamatkannya.
Mulai saat itulah dia trauma dengan kuda, meskipun itu hanya kandang atau baunya saja sudah membuatnya gemetaran.
Akhirnya Reva menemukan kandang yang mengurung Ericka, dia lihat adiknya itu sudah tak sadarkan diri.
Dia bergegas menolongnya, meminta salah satu penjaga kandang di sana membantunya.
"Bagaimana kalian tidak tahu dia dikurung disini semalaman?" tanyanya heran pada para penjaga itu.
"Maaf Nona, kandang ini sudah lama tak terpakai sedangkan kuncinya juga kami tak memilikinya, makanya kami tidak tahu." Kata salah satu penjaga itu.
"Tapi setidaknya kalian tahu, apa kalian tidak menjaga atau memeriksa setiap kandang yang ada disini?" tanyanya lagi.
"Tidak Nona" jawabnya lagi.
Reva menghela napasnya dengan berat, dia membawa adiknya itu ke rumah sakit untuk merawat luka-lukanya itu.
"Maafkan Kakak yang gak bisa jagain kamu terus Eri." Katanya sendu sambil memandangi adiknya yang semakin kurus.
Reva berprofesi sebagai model disalah satu agensi milik Ibu tirinya itu.
Elena memintanya bekerja untuknya, kalau tidak mau adik bungsunya itu disiksa terus. Dia menuruti Ibu tirinya itu demi adiknya, bukan karena takut.
Padahal dia salah satu model terkenal di kotanya, bisa di sejajarkan dengan model internasional. Dia beberapa kali memenangkan kontes kecantikan, bahkan mendapat tawaran kontrak eksklusif dari salah satu brand terkenal di negaranya.
Dia melewati semuanya demi menjaga adiknya itu, tetapi Elena sangat licik dia memberikan sebuah apartemen untuknya tinggal dan dikontrak dengan berbagai syarat yang memberatkannya dan tidak boleh dibantah.
Agar Reva tak selalu bisa mengawasi adiknya itu dia meminta orangnya untuk mengawasi Reva agar tidak sering pulang ke rumah dan melihat adiknya itu.
Sedangkan Rendy, dia tidak peduli dengan anak itu. Rendy sibuk sendiri dengan urusannya tanpa peduli dengan orang-orang sekitarnya.
Dia berpikir akan mudah mengendalikannya tanpa tahu isi pikiran dan hati orang itu.
Berselang lama kemudian, ada beberapa orang datang menuju kearahnya. Mereka menggendong paksa Ericka yang masih tertidur lemas itu.
"Lepaskan, siapa kalian?! Hentikan, tolong!" teriaknya.
Tetapi mereka tidak peduli, mereka terus membawa Ericka pergi. Reva melihat ada dokter dan beberapa perawat di sana, mereka hanya tertunduk diam membisu.
Melihat itu Reva mengerti semuanya, mereka pasti suruhan Elena. Mengingat Rumah sakit ini juga milik Yayasan Mutiara Hati yang diketuai olehnya.
Dengan mudah dia mengendalikan semua orang-orang disini.
"Setidaknya biarkan dia dirawat dulu, aku mohon hentikan." Kali ini Reva memohon padanya.
"Maaf Nona, dia akan dirawat di rumah saja. Ini perintah nyonya" kata salah satu pengawal itu.
Mendengar itu firasatnya benar soal itu, bahwa Elena lah dibalik kerusuhan ini.
Reva langsung menelpon Elena, tetapi tak dapat jawaban apapun dari telponnya. Tentu saja, Elena sudah mengantisipasi soal itu.
Reva menangis sendiri di koridor rumah sakit itu, meratapi nasib adiknya yang tidak tahu bagaimana nasibnya itu.
...----------------...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Arya Al-Qomari@AJK
ku berharap balas dendamnya lebih menyakitkan terutama untuk anak kembar elena, biar si lampir elena tau dan merasakan sakit yang berlipat-lipat
2025-02-27
0
Aya Vivemyangel
Ohh seperti ituuu , tar kalau si eri bls dendamy krg seru awas y thor , othory yg dhajar nih 😂😂
Kalau q jd eri tentu bls dendamq lbh lbh lbh dr ini
2023-10-24
0
DawnLover❣️
woah keknya maknya tirinya si Reva sama Rika ini ngalah²hin si Mak lampir deh. Iblis pun kalah jauh licik dan sadisnya di banding ibu tiri Reva😶😶🤡
2023-05-27
0