Istri Kesayangan Pilihan Oma
"Halo...halo Dian,kamu dengar sura kakak kan?"
Elen berusaha meninggikan suara,agar orang yang dia hubungi melalui telefon seluler yang berada diseberang dapat mendengar suaranya.
"ahh,iya kak,Dian dengar kok!"
jawab Dian yang tersadar dari lamunanya.Dian yang sedari tadi termenung untuk mencari alasan apa yang akan di berikan olehnya untuk kakak iparnya itu.
"Kamu bisa nggak antarin motornya sekarang,soalnya kakak mau pulang ambil baju ganti untuk Tasya sekarang?"
Elen meminta dengan sagat lembut pada Diana.
"itu kak,mama bilang...bagaimana ya cara jelasin ke kak Elen?"
Diana sangat kebingungan bagaimana cara menyampaikanya pada kakak iparnya,dia sangat tidak tega untuk melukai perasaan kakak iparnya itu yang sementara saat ini dalam keadaan susah.
"Mari sini mama yang omong!"
Ucap mama Rosa dengan ketus sambil merampas handpone dari tangan Diana.
"Elen kamu taukan kalau motor ini dulu saya yang beli? karna Marcel sudah tidak ada,jadi motor ini saya ambil alih!"
Kata mertuanya itu yang membuat hati Elen sangat hancur mendengar ucapan mama mertuanya tersebut,tidak terasa airmata Elenpun kembali menetes,sangat menyakitkan sekali kenyataan hidup yang ia alami,belum genap satu tahun sang suami Marcel berpulang pada sang empunya,sekarang dia dia dihadapkan dengan keadaan yang sangat menyakitkan,dimana sang buah hati Tasya buah cinta hasil pernikahanya dengan Marcel sakit dan sering jatuh pingsan dan muntah-muntah.
"Tapi ma setidaknya tunggu Tasya sembuh,saya janji kalau Tasya sudah sembuh saya akan kembalikan motornya ke mama!"
Elen sangat berharap agar sang mertua memahami keadaanya saat ini.
"Tidak bisa Elen...kamu kan tau kalau Dian butuh motor kalau mau ke kampus?"
Ucap mama Rosa dengan sangat ketus,entah kenapa semenjak kematian Marcel dia sangat membenci Elen anak mantunya tersebut.
mama Rosa menganggap bahwa Elen adalah pembawa sial.
"tapi ma,saya sangat memerlukan motor itu ma,soalnya kalau pulang pergi dari rumah kerumah sakit makan biaya,sementara keuangan saya sudah menipis"
Elen memohon dengan sangat,agar mama mertuanya dapat mengerti,dan mau mengembalikan motor tersebut.
"itu urusan mu Elen! apa peduliku?."jawab mertuanya itu tanpa iba.
"Ma...Tasya ini cucu mama!"
Elen tidak habis pikir jalan pikir mama mertuanya itu,bagaimana mungkin dia tidak peduli samasekali keadaan Tasya yang sangat memprihatinkan.Boleh saja ia membenci Elen,tapi Tasya?,apa pantas seorang nenek mengabaikan keadaan cucunya yang sedang sakit?.
Tanpa memikirkan perasaan anak mantunya itu,mama Rosa memutuskan pangggilan sepihak.
"ma...kasihan kak Elen ma,kak Elen pasti sudah tidak ada uang lagi untuk biaya berobat Tasya!"
Diana sangat sedih melihat keadaan kakak iparnya dan ponakanya."kamu diam saja Diana!! biarkan dia menderita,karna dialah Marcel kakak mu meninggal,dia perempuan pembawa sial!,"
Ucap mama Rosa dengan penuh kebencian. Elen yang masih merenungi nasibnyapun dikagetkan dengan suara perawat yang memanggilnya
"keluarga pasien Natasya??"
Mendengar suara perawat menyebut nama putrinya Elenpun segera bergegas menghampiri perawat tersebut.
"iya suster saya ibunya!"
perawat itupun langsung menyuruh Elen untuk masuk menemui dokter yang menangani Tasya.
"Begini bu,maaf sebelumnya sebenarya sangat berat untuk menyampaikan ini,tapi biar bagaimanapun saya tetap harus sampaikan,dari seluruh pemeriksaan yang sudah dilakukan anak ibu menderita kanker otak stadium tiga"
Bagai disambar petir Elenpun bangkit berdiri sambil menutup mulutnya merasa tidak percaya akan penyampaian dokter barusan,hampir saja Elen terjatuh karna tidak kuat untuk berdiri, ia merasakan sekujur tubuhnya mendadak lemas tak bertenaga setelah mendengar kabar yang baru saja didengar olehnya.
"Tidak mungkin dok! ini pasti ada kesalahan!"
sesaat wajah cantik Elen berlinang airmata,sang dokter yang tidak tega melihat Elenpun berusaha untuk menghibur.
"anda harus kuat nyonya tidak boleh putus asa!"
Elen menatap dengan nanar meja kerja dokter muda tersebut.Dengan tangan dan kaki yang masih gemetar kala mendengar fonis dari dokter berusaha tetap tenang meski hatinya hancur berkeping-keping.
"Apa tidak ada kemungkinan untuk anak saya sembuh dokter?"
Tanya Ellen dengan sedih,ia berharap ada suatu harapan atau lebih tepatnya suatu muzizat untuk Tasya bisa sembuh.
"Kemungkinan untuk sembuh itu akan selalu ada,namun jalan satu-satunya yang bisa kita tempuh sekarang adalah melakukan operasi,tapi biayanya bukanlah sedikit mengingat kita akan melakukan operasinya di singapura."kata Dokter menjelaskan.
Tanpa mempedulikan dokter yang masih berbicara padanya Elen bangkit dan berlari keluar, dia memasuki kamar yang sudah dua minggu ini dia selalu berada disana. Elen melangkah dengan tenang,ia menghapus air matanya yang tidak pernah berhenti, sambil mendekati tempat tidur Tasya.Elen memandangi wajah mungil Tasya yang pucat.
" Tasya anak mama bangun sayang..."
Elen membangunkan Tasya anaknya karna dia takut Tasya tidak akan membuka mata sampai selamanya,namun tampaknya Tasya masih tidur dengan lelap,tidak lama Elen mendengar suara pintu terbuka.
Elen kamu makan dulu...kamu juga perlu jaga kesehatan,kalau kamu sakit siapa yang akan menjaga Tasya?"
Ujar ibu santi,ya selama dua minggu Tasya dirawat dirumah sakit ini,hanya ibu Santilah yang setiap hari dengan setia menjenguk Tasya,beliau adalah kepala sekolah TK Donbosco tempat Elen mengajar setiap hari,tapi sudah dua minggu dia tidak masuk,bukan karna ia melalaikan tugasnya,namun kalau bukan dia siapalagi yang akan mengurus Tasya dirumah sakit?.
Namun bukan senyum yang menyambutnya sama seperti biasa Elen menyambut kedatanganya, tapi deraian airmata yang ia lihat dari janda muda itu.
"Ada apa Elen? kenapa kamu menangis?"
Ibu santi jadi panik melihan Elen menangis dengan pilu.
"Bu, Tasya mengalami penyakit kanker otak stadium tiga!"
"a-apa?"
Ellen mengatakanya dengan hati yang sangat sakit.ia meremas dadanya yang terasa sesak rasa yang sangat menyakitkan,belum genap satu tahun Marcel suaminya meninggal dalam kecelakaan tunggal,sekarang ia di hadapkan dengan kenyataan yang lebih pahit lagi.Anak semata wayangnya,buah cinta dari pernikahanya dengan mendiang suaminya Marcel.
Ibu Santi merasa syok dengan berita ini,dalam hati ia berkata.
"kasihan sekali kamu Elen,kenapa nasibmu sesedih ini? ya Tuhan cobaan apa lagi yang akan Kau berikan padanya?"
"Bu...tadi ibu kesini pake motor?"
Elen bertanya pada ibu Santi.
"iya Elen,emang kenapa?
Tanya ibu Santi
"bu bisa tidak saya titip jaga Tasya sebentar?sekalian saya pinjam motor ibu untuk ambil pakaian kerumah!"
" memangnya motor kamu ada dimana? tanya bu Santi dengan raut wajah bingung.
"kemarin Dian pinjam bu,katanya mau pake untuk pergi kuliah!"
Elen menjelaskan pada ibu Santi.
"kan dia ada motor sendiri? kok gak ada rasa peduli sedit ya sama ponakan sendiri? padahal ponakan kandung lho?"
Ibu Santipun sangat jengkel pada keluarga suaminya Elen.Ia sangat heran melihat keluarga Marcel yang tidak punya rasa iba sedikit pun pada Tasya dan Elen,boleh lah mereka benci pada Elen,tapi setidaknya mereka harus peduli dengan Tasya.KarnaTasyalah satu-satunya darah daging dari anak mereka tersebut.
"ini kuncinya Elen,kamu hati-hati dijalanya!"
Elenpun menerima kunci motor dari ibu Santi dan berlalu,jarak yang harus Elen tempuh dari rumah sakit kurang lebih empat belas kilo meter,biasanya kalau memakai jasa ojek biaya untuk pulang pergi lima puluh ribu rupiah,itulah sebabnya Elen harus memakai motor sendiri agar mengurangi pengeluaran,mengingat keuanganya sekarang sudah sngat tipis sekali.
Saat sudah berada di rumah kakak kandungnya itu,Elen langsung mengutarakan niatnya untuk meminjam uang pada kakak semata wayangnya itu.
"kak Milka kalau kakak ada uang,bisa tidak pinjamin saya? tidak banyak kok kak!"
Ucap Elen pada kakak semata wayangnya itu.
"dek bukanya kakak tidak mau tapi kak Rio sekarang sudah tau kalau selama ini kakak sering bantu kamu,jadi kak Rio sekarang sudah mengambil alih semua dalam pengelolaan uang!"
Milkapun mengatakan semuanya,karna memang selama ini Milka sembunyi-sembunyi untuk membantu Elen sang adik,karna setiapkali Milka meminta agar membantu Elen adiknya selalu suaminya menolak,entahlah dia tidak habis pikir,tidak ada rasa ibakah dihati suaminya itu untuk adik kandung dari istrinya?.
Padahal orangtua mereka sudah tidak ada.Ayah sudah berpulang empat tahun yang lalu,sementara ibu sudah lama tiada,sejak Elen umur satu tahun,ibunya meninggal karena gagal ginjal.
"Maafkan kakak dek,kakak tidak bisa bantu".
Milka dengan terpaksa mengatakanya pada adik kandungnya itu.
"kak...Tasya mengidap kanker otak stadium tiga!"
Elen kembali mengucapkan kata-kata itu dalam keadaan dada yang terasa sesak.
"Apa?,kamu jangan bercanda dek!"
Elenpun ingin semua penjelasan yang ia dengar dari dokter semuanya bohong,tapi ini adalah fakta,fakta yang sangat menyakitkan sekali baginya.
"kak aku sangat butuh uang untuk biaya operasi Tasya,tapi harus kemana kak?"
.Elen menangis sejadi-jadinya,rasanya dia sudah tidak sanggup lagi,tapi bagaimana mungkin dia menyerah begitu saja? dalam hati dia berdoa
"Tuhan...aku perca bahwa Engkau akan memberikan jalan yang terbaik dan akupun percaya bahwa badai ini akan berlalu dari hidup ku,jadilah apapun yang Engkau kehendaki dari hidup ku Tuhan,karna aku adalah hamba Mu!"
Elen berusaha untuk kuat demi buah hati yang sangat dia cintai.
"dek begini saja,bagaimana kalau kita jual rumah peninggalan bapak?"
Milka memberikan usul pada Elen.
"kakak tidak marah kalau rumah peninggalan bapak dijual?" tanya Elen pada Milka.
"Elen...dengan cara inilah kakak bisa bantu kamu dek..karna kakak tidak punya cara lain untuk bantu kamu."
Akhirnya secercah harapan itupun ada,Elen sangat bersyukur memiliki kakak yang sangat peduli padanya,namun di tengah kebahagiaan kecil mereka,Rio suami Milka yang sedari tadi mendengar ucapan Milka istrinya dan Elen adik iparnya merasa tidak terima.
"Milka kenapa kamu sebodoh itu hah? rumah itu bukan hanya haknya Elen,tapi kamu lebih berhak karna kamu yang lebih tertua,jadi kamu pikirkan dulu sebelum bicara!!"
Rio membentak istrinya Milka.
"Rio kami berdua punya hak yang sama untuk rumah itu,saya sebagai kakak berkewajiban untuk membantunya" jawab Milka tak kalah sengit."cihh kamu sekarang sudah berani melawan sama suami,baik kalau kamu masih keras kepala juga ingin menjual rumah itu,hari inipun aku akan menggugat perceraian kita,kau mengerti?
Rio yang emosinya sudah sampai di ubun-ubun sudah tidak berpikir panjang lagi akan kalimat yang keluar dari mulutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments