"Halo...halo Dian,kamu dengar sura kakak kan?"
Elen berusaha meninggikan suara,agar orang yang dia hubungi melalui telefon seluler yang berada diseberang dapat mendengar suaranya.
"ahh,iya kak,Dian dengar kok!"
jawab Dian yang tersadar dari lamunanya.Dian yang sedari tadi termenung untuk mencari alasan apa yang akan di berikan olehnya untuk kakak iparnya itu.
"Kamu bisa nggak antarin motornya sekarang,soalnya kakak mau pulang ambil baju ganti untuk Tasya sekarang?"
Elen meminta dengan sagat lembut pada Diana.
"itu kak,mama bilang...bagaimana ya cara jelasin ke kak Elen?"
Diana sangat kebingungan bagaimana cara menyampaikanya pada kakak iparnya,dia sangat tidak tega untuk melukai perasaan kakak iparnya itu yang sementara saat ini dalam keadaan susah.
"Mari sini mama yang omong!"
Ucap mama Rosa dengan ketus sambil merampas handpone dari tangan Diana.
"Elen kamu taukan kalau motor ini dulu saya yang beli? karna Marcel sudah tidak ada,jadi motor ini saya ambil alih!"
Kata mertuanya itu yang membuat hati Elen sangat hancur mendengar ucapan mama mertuanya tersebut,tidak terasa airmata Elenpun kembali menetes,sangat menyakitkan sekali kenyataan hidup yang ia alami,belum genap satu tahun sang suami Marcel berpulang pada sang empunya,sekarang dia dia dihadapkan dengan keadaan yang sangat menyakitkan,dimana sang buah hati Tasya buah cinta hasil pernikahanya dengan Marcel sakit dan sering jatuh pingsan dan muntah-muntah.
"Tapi ma setidaknya tunggu Tasya sembuh,saya janji kalau Tasya sudah sembuh saya akan kembalikan motornya ke mama!"
Elen sangat berharap agar sang mertua memahami keadaanya saat ini.
"Tidak bisa Elen...kamu kan tau kalau Dian butuh motor kalau mau ke kampus?"
Ucap mama Rosa dengan sangat ketus,entah kenapa semenjak kematian Marcel dia sangat membenci Elen anak mantunya tersebut.
mama Rosa menganggap bahwa Elen adalah pembawa sial.
"tapi ma,saya sangat memerlukan motor itu ma,soalnya kalau pulang pergi dari rumah kerumah sakit makan biaya,sementara keuangan saya sudah menipis"
Elen memohon dengan sangat,agar mama mertuanya dapat mengerti,dan mau mengembalikan motor tersebut.
"itu urusan mu Elen! apa peduliku?."jawab mertuanya itu tanpa iba.
"Ma...Tasya ini cucu mama!"
Elen tidak habis pikir jalan pikir mama mertuanya itu,bagaimana mungkin dia tidak peduli samasekali keadaan Tasya yang sangat memprihatinkan.Boleh saja ia membenci Elen,tapi Tasya?,apa pantas seorang nenek mengabaikan keadaan cucunya yang sedang sakit?.
Tanpa memikirkan perasaan anak mantunya itu,mama Rosa memutuskan pangggilan sepihak.
"ma...kasihan kak Elen ma,kak Elen pasti sudah tidak ada uang lagi untuk biaya berobat Tasya!"
Diana sangat sedih melihat keadaan kakak iparnya dan ponakanya."kamu diam saja Diana!! biarkan dia menderita,karna dialah Marcel kakak mu meninggal,dia perempuan pembawa sial!,"
Ucap mama Rosa dengan penuh kebencian. Elen yang masih merenungi nasibnyapun dikagetkan dengan suara perawat yang memanggilnya
"keluarga pasien Natasya??"
Mendengar suara perawat menyebut nama putrinya Elenpun segera bergegas menghampiri perawat tersebut.
"iya suster saya ibunya!"
perawat itupun langsung menyuruh Elen untuk masuk menemui dokter yang menangani Tasya.
"Begini bu,maaf sebelumnya sebenarya sangat berat untuk menyampaikan ini,tapi biar bagaimanapun saya tetap harus sampaikan,dari seluruh pemeriksaan yang sudah dilakukan anak ibu menderita kanker otak stadium tiga"
Bagai disambar petir Elenpun bangkit berdiri sambil menutup mulutnya merasa tidak percaya akan penyampaian dokter barusan,hampir saja Elen terjatuh karna tidak kuat untuk berdiri, ia merasakan sekujur tubuhnya mendadak lemas tak bertenaga setelah mendengar kabar yang baru saja didengar olehnya.
"Tidak mungkin dok! ini pasti ada kesalahan!"
sesaat wajah cantik Elen berlinang airmata,sang dokter yang tidak tega melihat Elenpun berusaha untuk menghibur.
"anda harus kuat nyonya tidak boleh putus asa!"
Elen menatap dengan nanar meja kerja dokter muda tersebut.Dengan tangan dan kaki yang masih gemetar kala mendengar fonis dari dokter berusaha tetap tenang meski hatinya hancur berkeping-keping.
"Apa tidak ada kemungkinan untuk anak saya sembuh dokter?"
Tanya Ellen dengan sedih,ia berharap ada suatu harapan atau lebih tepatnya suatu muzizat untuk Tasya bisa sembuh.
"Kemungkinan untuk sembuh itu akan selalu ada,namun jalan satu-satunya yang bisa kita tempuh sekarang adalah melakukan operasi,tapi biayanya bukanlah sedikit mengingat kita akan melakukan operasinya di singapura."kata Dokter menjelaskan.
Tanpa mempedulikan dokter yang masih berbicara padanya Elen bangkit dan berlari keluar, dia memasuki kamar yang sudah dua minggu ini dia selalu berada disana. Elen melangkah dengan tenang,ia menghapus air matanya yang tidak pernah berhenti, sambil mendekati tempat tidur Tasya.Elen memandangi wajah mungil Tasya yang pucat.
" Tasya anak mama bangun sayang..."
Elen membangunkan Tasya anaknya karna dia takut Tasya tidak akan membuka mata sampai selamanya,namun tampaknya Tasya masih tidur dengan lelap,tidak lama Elen mendengar suara pintu terbuka.
Elen kamu makan dulu...kamu juga perlu jaga kesehatan,kalau kamu sakit siapa yang akan menjaga Tasya?"
Ujar ibu santi,ya selama dua minggu Tasya dirawat dirumah sakit ini,hanya ibu Santilah yang setiap hari dengan setia menjenguk Tasya,beliau adalah kepala sekolah TK Donbosco tempat Elen mengajar setiap hari,tapi sudah dua minggu dia tidak masuk,bukan karna ia melalaikan tugasnya,namun kalau bukan dia siapalagi yang akan mengurus Tasya dirumah sakit?.
Namun bukan senyum yang menyambutnya sama seperti biasa Elen menyambut kedatanganya, tapi deraian airmata yang ia lihat dari janda muda itu.
"Ada apa Elen? kenapa kamu menangis?"
Ibu santi jadi panik melihan Elen menangis dengan pilu.
"Bu, Tasya mengalami penyakit kanker otak stadium tiga!"
"a-apa?"
Ellen mengatakanya dengan hati yang sangat sakit.ia meremas dadanya yang terasa sesak rasa yang sangat menyakitkan,belum genap satu tahun Marcel suaminya meninggal dalam kecelakaan tunggal,sekarang ia di hadapkan dengan kenyataan yang lebih pahit lagi.Anak semata wayangnya,buah cinta dari pernikahanya dengan mendiang suaminya Marcel.
Ibu Santi merasa syok dengan berita ini,dalam hati ia berkata.
"kasihan sekali kamu Elen,kenapa nasibmu sesedih ini? ya Tuhan cobaan apa lagi yang akan Kau berikan padanya?"
"Bu...tadi ibu kesini pake motor?"
Elen bertanya pada ibu Santi.
"iya Elen,emang kenapa?
Tanya ibu Santi
"bu bisa tidak saya titip jaga Tasya sebentar?sekalian saya pinjam motor ibu untuk ambil pakaian kerumah!"
" memangnya motor kamu ada dimana? tanya bu Santi dengan raut wajah bingung.
"kemarin Dian pinjam bu,katanya mau pake untuk pergi kuliah!"
Elen menjelaskan pada ibu Santi.
"kan dia ada motor sendiri? kok gak ada rasa peduli sedit ya sama ponakan sendiri? padahal ponakan kandung lho?"
Ibu Santipun sangat jengkel pada keluarga suaminya Elen.Ia sangat heran melihat keluarga Marcel yang tidak punya rasa iba sedikit pun pada Tasya dan Elen,boleh lah mereka benci pada Elen,tapi setidaknya mereka harus peduli dengan Tasya.KarnaTasyalah satu-satunya darah daging dari anak mereka tersebut.
"ini kuncinya Elen,kamu hati-hati dijalanya!"
Elenpun menerima kunci motor dari ibu Santi dan berlalu,jarak yang harus Elen tempuh dari rumah sakit kurang lebih empat belas kilo meter,biasanya kalau memakai jasa ojek biaya untuk pulang pergi lima puluh ribu rupiah,itulah sebabnya Elen harus memakai motor sendiri agar mengurangi pengeluaran,mengingat keuanganya sekarang sudah sngat tipis sekali.
Saat sudah berada di rumah kakak kandungnya itu,Elen langsung mengutarakan niatnya untuk meminjam uang pada kakak semata wayangnya itu.
"kak Milka kalau kakak ada uang,bisa tidak pinjamin saya? tidak banyak kok kak!"
Ucap Elen pada kakak semata wayangnya itu.
"dek bukanya kakak tidak mau tapi kak Rio sekarang sudah tau kalau selama ini kakak sering bantu kamu,jadi kak Rio sekarang sudah mengambil alih semua dalam pengelolaan uang!"
Milkapun mengatakan semuanya,karna memang selama ini Milka sembunyi-sembunyi untuk membantu Elen sang adik,karna setiapkali Milka meminta agar membantu Elen adiknya selalu suaminya menolak,entahlah dia tidak habis pikir,tidak ada rasa ibakah dihati suaminya itu untuk adik kandung dari istrinya?.
Padahal orangtua mereka sudah tidak ada.Ayah sudah berpulang empat tahun yang lalu,sementara ibu sudah lama tiada,sejak Elen umur satu tahun,ibunya meninggal karena gagal ginjal.
"Maafkan kakak dek,kakak tidak bisa bantu".
Milka dengan terpaksa mengatakanya pada adik kandungnya itu.
"kak...Tasya mengidap kanker otak stadium tiga!"
Elen kembali mengucapkan kata-kata itu dalam keadaan dada yang terasa sesak.
"Apa?,kamu jangan bercanda dek!"
Elenpun ingin semua penjelasan yang ia dengar dari dokter semuanya bohong,tapi ini adalah fakta,fakta yang sangat menyakitkan sekali baginya.
"kak aku sangat butuh uang untuk biaya operasi Tasya,tapi harus kemana kak?"
.Elen menangis sejadi-jadinya,rasanya dia sudah tidak sanggup lagi,tapi bagaimana mungkin dia menyerah begitu saja? dalam hati dia berdoa
"Tuhan...aku perca bahwa Engkau akan memberikan jalan yang terbaik dan akupun percaya bahwa badai ini akan berlalu dari hidup ku,jadilah apapun yang Engkau kehendaki dari hidup ku Tuhan,karna aku adalah hamba Mu!"
Elen berusaha untuk kuat demi buah hati yang sangat dia cintai.
"dek begini saja,bagaimana kalau kita jual rumah peninggalan bapak?"
Milka memberikan usul pada Elen.
"kakak tidak marah kalau rumah peninggalan bapak dijual?" tanya Elen pada Milka.
"Elen...dengan cara inilah kakak bisa bantu kamu dek..karna kakak tidak punya cara lain untuk bantu kamu."
Akhirnya secercah harapan itupun ada,Elen sangat bersyukur memiliki kakak yang sangat peduli padanya,namun di tengah kebahagiaan kecil mereka,Rio suami Milka yang sedari tadi mendengar ucapan Milka istrinya dan Elen adik iparnya merasa tidak terima.
"Milka kenapa kamu sebodoh itu hah? rumah itu bukan hanya haknya Elen,tapi kamu lebih berhak karna kamu yang lebih tertua,jadi kamu pikirkan dulu sebelum bicara!!"
Rio membentak istrinya Milka.
"Rio kami berdua punya hak yang sama untuk rumah itu,saya sebagai kakak berkewajiban untuk membantunya" jawab Milka tak kalah sengit."cihh kamu sekarang sudah berani melawan sama suami,baik kalau kamu masih keras kepala juga ingin menjual rumah itu,hari inipun aku akan menggugat perceraian kita,kau mengerti?
Rio yang emosinya sudah sampai di ubun-ubun sudah tidak berpikir panjang lagi akan kalimat yang keluar dari mulutnya.
"Rio saya mohon mengertilah sedikit,kalau bukan kita siapa lagi yang akan menolong Elen?"
Milka berusaha membujuk Rio suaminya itu agar tidak gegabah mengambil keputusan.
"siapa suruh adikmu terlalu jual mahal!,banyak orang yang bersedia untuk meminangnya meskipun dia janda!,sekarang kamu sudah rasakan bagaimana sulitnya hidup tanpa suami?"
Ujar Rio yang masih dalam kemarahan.
"sudah kak Milka,lagipula rumah itu adalah satu-satunya peninggalan orangtua kita,saya pamit dulu kak,soalnya Tasya sendiri dirumah sakit"
Elen berusaha untuk tidak menangis,ia berusaha untuk kelihatan tegar,meski hatinya sangatlah rapuh.
"Tapi dek, kamu mau cari dimana uang sebanyak itu?" Milka bertanya pada Elen,ia sangat takut jika adik yang sangat dikasihinya berbuat nekat.
"kak Milka tidak usah kuatir kak,saya akan cari jalan lain"
Jawab Elen kepada sang kakak." Elen motor siapa yang kamu pakai?ini motor siapa dek?"
Tanya Milka sambil menunjuk ke arah motor yang terparkir.
"Hiks...hiks,ini motor ibu Santi kak!"
jawab Elen sambil terisak,dia sudah tidak sanggup lagi untuk menahan airmatanya.
"Motornya Marcel suda diambil kembali oleh mertu ku kak!" ujar Elen yang tubuhnya masih berguncang akibat menangis.
"Dalam keadaan Tasya yang seperti ini?"
Elen hanya mengangguk."ya Tuhan...kenapa Elen harus mengalami ini?"
Milkapun tak kuasa menahan tangisnya.Milka memeluk tubuh mungil adik satu-satunya itu,bukan hanya Elen yang merasa sesak,namun kakaknya Milka tak kalah sesak melihat keadaan adiknya itu.
Elen berlalu meninggalkan kedua kakaknya,entah harus kemana dia akan mencari bantuan?meski hatinya sangat sakit dengan keadaanya yang menderita,ia tetap melangkah menuju makam Suaminya.
"Kau lihat Marcel,betapa menderitanya aku dan anakmu!,Tasya ada dirumah sakit...kata dokter dia terkena kanker,aku tidak tau harus bagaimana lagi? kedua orangtuamu tidak peduli sama sekali...aku harus bagaimana Marcel? katakan!"
Elen berbicara pada makam suaminya,seolah-olah makam itu adalah Marcel suaminya.
"derrrt...derrrt.."
getaran dari ponsel menyadarkanya Elen dari kesedihanya,dia melihat panggilan dari ibu Santi .
"Iya buk.." jawab Elen."Elen kamu sudah dimana? dari tadi Tasya tanyain kamu terus!"
jawab bu Santi."iya bu...saya sudah dijalan,sedikit lagi saya sudah sampai bu" jawab Elen."baiklah"
setelah berpamitan pada makam suaminya Elenpun berlalu kembali menuju rumah sakit.
Jakarta
Jauh dikota Jakarta,seorang wanita yang sudah lanjut umur,namun masih terlihat energik berlenggak-lenggok di dekat kolam renang.Namanya adalah oma Rosina yang biasa akrab dipanggil oma Osi,ia bergoyang-goyang menirukan goyangan artis Inul darasista,masih ingatkan goyangan ngebor ala Inul darasista?
Para maid yang sedari tadi setia menugguinya sesekali mengusap dada,bagaimana tidak kuatir? oma Osi ngebor sangat lincah,seolah-olah masih ABG saja.
"aduhh...auww,sakit!"
tiba-tiba saja oma berteriak kesakitan sambil memegangi pinggangnya yang sakit,akibat dari ngebornya."ehh mmm...mana yang sakit nyonya besar?"
para maid bertanya dengan panik,mereka takut kalau terjadi apa-apa pada oma,karna tuan muda mereka akan sangat marah.
"Disini...disini yang sakit" tunjuk oma pada salah satu maid sambil meringis kesakitan.
"Saya akan telfon tuan muda nyonya"
Jawab salah satu maid yang terlihat sangat panik sekali.
"eiit tidak usah,ini sudah baikan,siapkan saja air hangat untuk ku,agar aku mandi!"
titah oma pada para maid."oh iya bagaimana dengan Arthur apa dia sudah makan?" tanya oma pada maid.
"sudah nyonya," jawab para maid.
Artur adalah cucu oma Osi,yang selalu berdiam diri dikamar.Arthur anak yang sangat dingin,melebihi ayahnya Samuel Lovez.Samuel seorang pengusaha yang sukses,yang banyak dikagumi dan ditakuti oleh para pengusaha bahkan para petinggi negara.
Samuel menginvestasikan sahamnya di banyak perusaha-perusahaan ternama di Negaranya,namun dibalik hatinya yang dingin dia tidak bisa berkutik hanya pada satu orang yaitu oma Osi.
Oma osi adalah ibu dari almarhum ayahnya Thimotyus Lovez yang asli berkebangsaan portugal,fisik Thimotyus turun pada Samuel dan Arthur, paras yang tampan,hidung mancung,badan yang atletis,bulu tipis disekitar rahangnya yang tegas , lelaki pemilik mata biru safir itu tidak pernah berkutik dihadapan oma Osi.
Malam ini Samuel pulang lebih awal,sesibuk apapun dirinya dia tetap peduli pada perkembangan anaknya Arthur.
Sejak kematian istrinya Tania hanya Samuel dan omalah yang bisa berinteraksi dengan Arthur,mereka sudah memakai banyak cara agar Arthur bisa bersosialisasi dengan oranglain,namun hasilnya nihil.
Malam ini setelah selesai mengurus Arthur anaknya,Samuelpun beranjak menuju meja,seperti biasa Samuel dan oma serta Jack yang malam ini akan makan malam bersama karna Samuel yang meminta untuk menyelesaikan berkas-berkas untuk kepentingan rapat pemegang saham besok.
"Wahh ada acara apa ini oma?"tanya Samuel,karna tidak biasanya para maid masak sebanyak ini pikir Samuel.
"Ya,Oma sengaja,karna hari ini adalah hari spesial buat kamu Sam!" jawab oma,dan Samuel pun heran.Samuel merasa hari ulang tahunya masih empat bulan lagi.
"Ulang tahunku masih empat bulan lagi oma!"
Jawab Samuel.
"bukan ulang tahun Sam,tapi hari ini adalah hari oma menobatkan kamu sebagai DUKAR!" jawab oma yang melihat wajah kebingungan Samuel.
"Dukar itu apa oma?"
Samuel bertanya dengan serius,karna dia baru mendengar istilah Dukar.
"Duda karatan tau!?"
Jawab oma ketus,sontak Jack dan para maid kaget dan geli mendengar predikat yang oma sematkan pada Samuel,mereka ingin tertawa terbahak-bahak tapi takut pada Samuel sang tuan.
Samuel Jhonsen Dukar Lovez itu adalah gelar mu mulai sekarang"kata oma dengan penuh penegasan pada setiap kalimat yang ia ucapkan.
"Mana bisa begitu oma!,oma ada-ada saja deh!" jawab Samuel pada oma.
"Memang kenyataanya begitu kan? pedang pusakamu itu sudah berkarat,karna sudah lama tidak di asah!"
jawab oma dengan geram.Samuel yang tidak terima dikatakan pedang pusaka miliknya sudah berkarat mengejek oma dalam hati.
"heh oma...oma...oma tidak tau aja kalau pedang pusakaku ini sudah kuasah setiap hari,bahkan sekarang sangat tajam setajam silet"
Samuel yang mengejek oma dalam hati,senyum-senyum sambil menikmati makananya.
"benarr setajam silet?"
Oma seakan bisa membaca pikiran Samuel bertanya dengan ketus.
"uhukk...uhukk"
Samuel yang mendengar pertanyaan yang menohok dari omapun sontak terbatuk.para maid yang melihat tuanya terbatuk dengan cepat memberikan air pada Samuel.
"kenapa?? kamu heran kenapa oma bisa baca pikiran mu? karna oma dulu seorang mantan!"
kata Oma cengar-cengir,padahal oma hanya asal menebak,dan ternyata tebakan oma benar.
"emang oma dulu mantan apa oma?" tanya Samuel pada oma?."
"Mantan dukun beranak!!"
Jawab oma yang sontak dibalas dengan tawa ngakak oleh Jack yang sedari tadi pegang perut menahan geli yang luarbiasa,Jack tertawa dengan keras sampai mulut Jack pun terbuka lebar karna tertawa, Samuel yang sangat kesalpun mengambil kesempatan untuk mengerjai Jack karna sudah berani menertawainya.
Samuel mengambil satu potong paha ayam goreng dan memasukanya kedalam mulut Jack.
"Rasakan ni ayam goreng,kamu berani mentertawakan ku?"
ucap Samuel dengan kesal karna asistenya itu sudah berani menertawakanya.
Jack yang mendapat perlakuan seperti itu dari bosnyapun mendadak takut pada tuanya.
"maafkan saya tuan,saya sudah lancang!"
Bukan hanya Jack yang dapat tatapan mematikan dari tuanya,tapi para maid juga,sedari tadi mereka juga tertawa meski takut,namun rasa lucu akan tingkah Oma dan cucunya itu,membuat mereka tidak bisa menahan tawa.
Hanya Jack,asistenya itu yang berani tertawa sampai terbahak-bahak.
"masih berani tertawa,akan aku potong gaji kalian paham?"
ancam Samuel pada mereka.
"Sam...oma kasi kamu waktu satu bulan,kalau kamu belum ada pilihan oma yang akan mencarikan calon istri buat kamu!"oma mengatakanya dengan penuh penekanan.
"Tapi oma?"
Belum sempat Sam melanjutkan kalimatnya oma sudah beranjak menuju kamarnya,dihadapan oma Samuel tidak bisa berkutik sedikitpun.Selalu saja Samuel harus mengalah,karna setiap permintaan Oma sangat tabu untuk di tolak.
Setibanya Elen dirumah sakit,anaknya Tasya sudah bangun dari tidur, hati seorang ibu mana yang mampu melihat anaknya terbaring lemah dengan wajah yang sangat pucat sekali.
"Maafkan saya bu,sudah membuat ibu menunggu lama!"
Ucap Elen lesu,matanya yang masih sembab terlihat jelas bahwa ia menangis cukup lama.
"Tidak apa-apa Elen,karna hanya ini yang bisa ibu lakukan,ibu tidak bisa bantu kamu lebih dari ini."
Ibu Santi berkata dengan sangat hati-hati takut melukai perasaan Elen yang masih terpukul dengan kenyataan pahit yang sedang ia alami.
"Ibu...dengan datangnya ibu setiap hari untuk menjenguk Tasya,bagi saya itu sudah lebih dari cukup,dan terimakasih atas perhatian ibu,maafkan saya karna sudah banyak merepotkan ibu."
Elen memang bukan hanya sekedar butuh dukungan uang,tapi ia lebih membutuhkan orang yang mampu menyemangatinya untuk bertahan,mampu untuk berjuang melewati semua kerikil-kerikil tajam yang sesekali bahkan bisa melukai dan menusuk bahkan bisa membunuh karakternya sendiri.
lnilah hidup,jika kita kuat kita akan tetap bertahan.
"Elen kalau begitu ibu pulang dulu ya!, ingat Elen, kamu harus kuat...ibu akan selalu berdoa untuk kamu dan Tasya"
ucap ibu Santi dengan tulus.
"iya bu...ibu hati-hati dijalan!"
Elen sangat bersyukur disaat ia mengalami keterpurukan tapi masih ada orang yang dengan tulus membantunya.
"Tasya...dimana yang sakit nak?"
Tanya Elen pada Tasya dengan lembut.
"kepala Tasya sangat sakit ma!"
keluh Tasya pada sang mama.
"mama pijit ya sayang?"
Elen memijit kepala Tasya dengan halus,berharap buah hati yang sangat dia cintai itu merasa lebih nyaman.
"Sekarang Tasya tidur ya nak!"
Kata Elen pada buah hatinya itu,dan beberapa menit kemudian Tasyapun kembali tertidur.
Malam sudah menunjukan pukul 19:30,Elen sadar bahwa belum makan sejak pagi tadi,diapun menuju lemari kecil, Elen ingat bahwa siang tadi ibu Santi membawa makanan untuknya,diapun bergegas untuk mengambil makanan tersebut dan segera memakanya,Elen merasa sangat lelah sekali dan diapun memutuskan untuk tidur.
Pagi sekali Elen sudah terbangun dari tidurnya,dia merasa bersyukur karna malam ini Tasya tidak menjerit kesakitan,karna malam-malam sebelumnya Tasya selalu menangis dan menjerit kesakitan hingga membuatnya tak bisa tidur.Tapi malam ini Tasya bisa tidur dengan nyenyak.
Belum puas Elen bersyukur,tiba-tiba saja Tasya menjerit kesakitan.
"sakitt...mama sakitt!!"
Tasya berteriak sangat kuat, Elenpun sangat panik,tanpa pikir panjang Elen berinisiatif untuk memanggil dokter.
"Dokterr...dokterr!!
Teriak Elen yang masih panik.Melihat tak ada yang kunjung datang,Elenpun berlari menuju ruangan dokter.
"Dokter aaanak saya dok,Tasya kembali berteriak dok!".
Kata Ellen pada dokter Alex,dokter Alex adalah dokter yang menangani Tasya selama ini.
"nyonya Elen deluan keruangan Tasya..saya akan segera menyusul!"
ucap dokter Alex pada Elen. Dokter Alex yang sedang kedatangan tamu segera bergegas menuju ruangan tempat Tasya dirawat.
Saa dokter Alex masuk,ia kaget kala melihat suasana didalam ruangan sudah tenang.
"Tasya pingsan kembali dokter" ujar perawat yang sudah ada sejak mendengar Tasya berteriak,dokter Alexpun memeriksa kaadaan Tasya.
Tanpa mereka sadari sepasang mata yang sedari tadi menyaksikan semua apa yang sudah terjadi,siapa lagi kalau bukan tante Olivia,tante Olivia adalah keponakan dari oma Osi.Setelah selesai memeriksa Tasya dokter Alex segera menemui tamunya yang tidak lain adalah tante Oliv.
"Maaf,karna sudah membuat tante menunggu lama!"
Mereka berdua bercerita,dokter Alex menceritakan keadaan Tasya pada tante Oliv,dan tante Oliv mendengar semua cerita dokter Alex dengan serius.
" Alex...menurut mu bagaimana kalau tante membiayai semua biaya operasi anak itu?"
Sontak Alex terbelalak mendengar pertanyaan tante Oliv,diapun heran bagaimana mungkin tante Oliv mau membiayai semua pengobatan untuk orang yang belum dia kenal.
"Maksud tante?" tanya Alex pada tante Olivia demi memastikan bahwa dia tidak salah dengar.
"kenapa? kamu heran ya?"
Tanya tante Oliv pada Alex.
"Ya iyalah tan,secara tantekan belum kenal orangnya?"
kata Alex pada sang tante.
Dari mendengar ceritamu,tante yakin bahwa dia orang yang baik,dia layak untuk diperhatikan.ucap tante Oliv pada dokter Alex ponakanya itu.
"saya sih no comen tan,semua terserah sama tante!"
ucap Alex pada tante Oliv. Alex tau sifat serta kepribadian tante Oliv,orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi,tante Oliv membantu orang tanpa memilih-milih,sudah tak terhitung seberapa banyak orang yang sudah menerima uluran tanganya.
"nyonya Elen,,,dokter Alex ingin ibu segera keruanganya!"kata suster pada Elen,karna ia diperintahkan Alex untuk menyuruh Elen menemuinya.
"tokk...tokk"
terdengar suara pintu diketuk
"ya...masuk"jawab dokter Alex dari dalam ruanganya.
"Dokter memanggil saya?"
Tanya Elen kepada dokter Alex."iya nyonya Elen,,,ada yang ingin saya sampaikan pada anda mengenai anak anda Tasya.Kita harus segera melakukan operasi secepatnya,karna keadaanya semakin memburuk!"
"degg"
Jantung Elen seakan terlepas dari tempatnya.Hati wanita mungil itu kembali sakit kala setiapkali mendengar penjelasan dari dokter mengenai kondisi Tasya.
"Dokter,,,kira-kira biayanya berapa?"tanya Elen untuk memastikan biaya yang akan dia cari.
"untuk keseluruhan diperkirakan 150 juta"
Elen menatap nanar wajah dokter Alex kala dokter muda itu menyebutkan nominal yang harus ia bayar.Di tengah perbincangan mereka tak lama terdengar bunyi pintu terbuka.
"Anda tidak usah kuatir untuk semua biayanya,karna ada orang dermawan yang sudah berbaik hati untuk membantu biaya operasi Tasya!"
Elen masih tidak percaya,apa ada orang didunia ini sebaik itu? jika ada maka orang itu akan Elen anggap sebagai Malaikatnya.
"Kenalkan ini tante Oliv,,,beliaulah orang dermawan yang saya katakan!"
Elen menangis terharu kala mendengar ucapan dokter Alex.
"Tuhan...terimakasih karna Engkau sudah mengutus malaikat Mu hari ini, hamba percaya bahwa tante Oliv adalah orang yang telah Engkau utus untuk membantu hamba Mu ini."
Sambil berderai airmata Elen mengucapkan terimakasih untuk tante Oliv.
"Terimakasih nyonya,,,sekali lagi saya ucapkan terimakasih,semoga Tuhan selalu melindungi nyonya serta semua keluarga anda!"
ucap Elen dengan tulus,yang di aminkan oleh dokter Alex dan tante Oliv.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!