Chapter 4. Persinggahan 2

Riris tampak sangat kesal. Akhirnya ia menyerah dan meletakkan potato chips itu di atas ranselnya setelah berulang kali gagal membukanya. Mungkin tangannya licin karena basah. Johny berinisiatif membantu Riris.

Setelah menerima potato chips yang terbuka dan mengucapkan terima kasih pada Johny, Riris mencibir ke arah Yudha. Yudha tak peduli. Ia membuka cemilan yang dibawanya dan bermaksud memberikannya pada Izzah yang berdiri membelakanginya.

Namun, niat itu diurungkannya begitu melihat Ihsan telah berdiri di hadapan Izzah dan menyerahkan sebotol air mineral dengan tutup yang sudah terbuka. Diam-diam Yudha mundur dan menghempaskan pantatnya di atas sebuah batu tidak jauh dari Izzah.

Setelah melepas dahaga, Izzah mengeluarkan tisu dari kantong jaketnya. Mengambil beberapa lembar lalu mencelupkannya ke dalam sungai dan sedikit memerasnya. Pelan-pelan ia mulai membersihkan sepatu tanpa melepasnya.

“Benar-benar kotor. Tapi paling tidak, ini bisa membuatnya sedikit lebih bersih,” pikir Izzah.

“Yaelah Zah, percuma saja kali dibersihkan. Entar juga kotor lagi,” goda Yudha sambil terus mengunyah cemilannya.

Nada suaranya terdengar agak sumbang. Saking sibuknya membersihkan sepatu, Izzah tidak menyadari keberadaan Yudha.

“Percuma saja kamu makan, Yud, entar juga lapar lagi,” jawab Izzah melihat sekilas ke arah Yudha, lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

Serangan balik. Skakmat. Yudha terbatuk mendengar ucapan Izzah. Untung tidak tersedak. Kaki kirinya langsung nyemplung ke sungai.

“Ya … basah juga deh!” keluh Yudha dengan nada kecewa.

Dari tadi ia menghindari menginjak air dan memilih duduk di atas sebuah batu besar dekat Izzah sambil menaikkan kedua kakinya.

“Syukurin!” ejek Riris kesal melihat Yudha sibuk memeras kaki celananya yang basah.

Selesai membersihkan sepatu, Izzah mengamati sekeliling sungai, mencari posisi duduk yang nyaman.

Ia tersenyum tipis begitu matanya menemukan dua buah batu yang saling berdekatan dengan ukuran yang berbeda, menghadap ke sungai. Tanpa buang waktu, Izzah duduk di atas batu yang lebih besar dan menjadikan batu dengan ukuran yang lebih kecil sebagai tempat tumpuan kaki.

Sesaat Izzah hanya duduk diam. Matanya berkelana menyusuri aliran dan tepian sungai. Di bagian hulu tampak undakan batu membentang di sepanjang sungai. Aliran sungai yang mengalir melewatinya membentuk sebuah tirai air terjun yang sangat Indah.

Tepat di sebelah utara undakan itu, beberapa kuntum bunga kamboja sedang mekar. Warna pink-nya terlihat mencolok di tengah hijaunya tumbuhan lain.

"What? Kamboja?" batin Izzah.

"Itu benaran kamboja? Bagaimana bisa dia tumbuh di situ? Bukannya tuh bunga biasa tumbuh di pemakaman ya?" tanya Izzah pada diri sendiri, seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Ah, mungkin cuma mirip." Izzah mendebat pikirannya sendiri.

Tepat di bawah aliran air terjun buatan itu, sekelompok anak lelaki usia sekolah dasar terlihat asyik mandi-mandi. Kedalaman kolam kecil di sepanjang undakan itu hampir mencapai dada mereka. Izzah tidak tahu sejak kapan gerombolan anak lelaki itu menemani mereka.

Tidak jauh dari anak-anak itu, Riris nampak sibuk ber-selfie ria. Cekrak-cekrek ke sana kemari berganti posisi dan pose. Terlihat konyol, menurut Izzah. Tanpa sadar Izzah pun tersenyum. Puas klik sana klik sini dan tebar pesona, Riris memberikan sisa potato chips-nya kepada anak-anak itu, lalu duduk berselonjor kaki di samping Johny.

Johny sama sekali tak menggubris Riris, seakan terhipnotis oleh lagu-lagu yang mengaliri gendang telinganya melalui headset. Kepalanya ikut bergoyang seirama lagu, sementara tangannya tetap aktif memasukkan cemilan ke dalam mulut.

Izzah menyingkap lengan bajunya untuk melihat jam. Lima belas menit sudah mereka rehat di sana. Itu sudah cukup untuk mengisi kembali energi yang tadi terkuras.

Izzah segera berdiri, lalu menggerakkan pinggangnya ke kiri dan ke kanan layaknya orang melakukan pemanasan. Ihsan yang memperhatikan gerak-gerik Izzah menghentikan obrolannya dengan Fadhil dan Yudha. Ikut berdiri dan segera menyandang kembali ranselnya.

“Saatnya melanjutkan perjalanan, Guys!” teriaknya mengambil alih komando dari Yudha.

“Yaah … sebentar lagi dong. Masih betah nih,” rengek Riris.

Yudha menghela napas dan geleng-geleng kepala. "Ini anak benar-benar sumber masalah," gumamnya.

“Memangnya tadi kamu rencananya mau kemana sih, Ris?” tanya Izzah datar.

Ihsan dan Yudha senyum dikulum mendengar pertanyaan Izzah. Mereka sudah bisa menebak kelanjutannya.

“Air terjun,” jawab Riris polos. Sepertinya ia tidak mengerti maksud sesungguhnya dari pertanyaan Izzah.

“Tetap fokus pada tujuan, oke?” Izzah memberi peringatan.

Ia segera beranjak meninggalkan tepian sungai diikuti yang lain. Riris mencekal tangan Izzah begitu Izzah akan melewatinya.

“Sebentaaar saja ....  ya, ya, ya …,” bujuk Riris, sengaja memasang tampang memelas.

Izzah menghela napas panjang dan menghempaskannya kuat-kuat sebelum berujar.

“Riris … persinggahan memang membuat nyaman. Ketika merasa lelah dalam mencapai tujuan, maka rehatlah. Tapi cukup sejenak, sekedar melepas kelelahan itu dan kembali mengumpulkan tenaga. Kalau kamu terlena dengan kenyamanan itu dan menghabiskan waktu di tempat persinggahanmu, maka kamu tidak akan pernah mencapai tujuanmu. Paham?” petuah Izzah dengan nada tegas dan bergegas pergi.

“Lagian dari awal kan memang enggak ada yang ngajak kamu, Ris," lanjut Izzah, tetapi cuma dalam hati.

“Hahahahaha .…”

Keempat cowok itu kompak tertawa melihat Riris berusaha menyandang kembali ranselnya dengan wajah cemberut. Bibir monyongnya terlihat lucu.

Daripada ditinggal sendiri, mending manut saja sama ucapan Izzah. Izzah mah memang begitu orangnya. Kalau sudah bilang A, tak akan berubah B dan tak ada yang bisa memengaruhinya. Bravo, Izzah! The Strict Commander!

***

Seiring mentari yang makin meninggi. Rombongan Izzah pun kian dekat ke tujuan. Di depan mereka terbentang sebuah aliran sungai dangkal memotong  jalan setapak yang dilalui. Tak ada jembatan penghubung antara kedua tepi sungai. Hanya barisan batu-batu tak beraturan.

Jejak sepatu terpatri jelas di atas bebatuan itu. Pertanda bahwa Yudha, Johny dan Riris telah melewatinya. Fadhil melepas sepatu dan menggulung celananya hingga lutut, lalu berjalan mendahului Izzah. Siap menuntunnya melewati bebatuan itu.

“Kak, gimana kalau kita mengikuti aliran sungai ini saja. Lebih cepat loh sampainya,” saran Izzah begitu Fadhil berdiri di sampingnya.

“Ah, yang benar? Tahu dari mana?” tanya Fadhil penuh selidik.

“Ya tahulah, Kak. Kan Izzah sudah pernah ke sini waktu SMP. Nah, pas pulang dari air terjun, Izzah ngikutin aliran sungai saja. Ternyata lebih hemat waktu. Terus jalannya juga nggak terlalu menanjak,” jelas Izzah.

Fadhil cuma manggut-manggut, serius mendengar penjelasan Izzah. Ini nih yang paling Izzah suka dari kakaknya, ia selalu mendengarkan setiap omongan Izzah dengan penuh perhatian. Berasa dihargai banget.

“Yakin?” lanjut Fadhil mengonfirmasi.

“Haqqul yakin,” balas Izzah mantap sambil menganggukkan kepala.

“Dan satu hal lagi, pemandangannya juga bagus loh,” bisik Izzah di telinga Fadhil seraya tangan kanannya menggandeng lengan kiri Fadhil.

Fadhil hanya membelalakkan matanya menatap Izzah, tanda penasaran dan ingin membuktikan kebenaran ucapan Izzah. Sementara di belakang mereka, Ihsan hanya berdiri mematung menyaksikan semua itu. Nada bicara Izzah sungguh berbeda.

***

Terpopuler

Comments

Ema Lubis

Ema Lubis

wauwww

2020-04-22

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1. Kilas Balik
2 Chapter 2. Macan?
3 Chapter 3. Persinggahan
4 Chapter 4. Persinggahan 2
5 Chapter 5. Insiden
6 Chapter 6. Makhluk Misterius
7 Chapter 7. Cuma Teman
8 Chapter 8. Menghilang
9 Chapter 9. Terdampar
10 Chapter 10. Menyelamatkan Diri
11 Chapter 11. Perkenalan
12 Chapter 12. Perkenalan 2
13 Chapter 13. Curiga
14 Chapter 14. Curiga 2
15 Chapter 15. Kaget
16 Chapter 16. Diagnosa Sementara
17 Chapter 17. Terungkap
18 Chapter 18. Lega
19 Chapter 19. Panik
20 Chapter 20. Keliru
21 Chapter 21. Terharu
22 Chapter 22. Kembali
23 Chapter 23. Semalam Bersama
24 Chapter 24. Bandara Incheon
25 Chapter 25. Hari Pertama
26 Chapter 26. Hari Pertama 2
27 Chapter 27. Tugas Khusus
28 Chapter 28. Di Balik Topeng
29 Chapter 29. Mencari Bukti
30 Chapter 30. Mencari Bukti 2
31 Chapter 31. Gadis Bodoh
32 Chapter 32. Kejutan Manis
33 Chapter 33. Jalan-Jalan
34 Chapter 34. Merasa Terancam
35 Chapter 35. Mencuri Peluang
36 Chapter 36. Debar-Debar Halus
37 Chapter 37. Tak Bisa Menolak
38 Chapter 38. Kemelut Rasa Hati
39 Chapter 39. Penguntit
40 Chapter 40. Ada Apa Denganmu?
41 Chapter 41. Keresahan Hati
42 Chapter 42. Keresahan Hati 2
43 Chapter 43. Kutitip Rahasiaku
44 Chapter 44. Aku Percaya Padamu
45 Chapter 45. Tamu Tak Diundang
46 Chapter 46. Pesona Seoraksan
47 Chapter 47. Naga Terbang
48 Chapter 48. Pertemuan Tak Terduga
49 Chapter 49. Kebencian Nadira
50 Chapter 50. Kebencian Nadira 2
51 Chapter 51. Pilihan
52 Chapter 52. Penasaran
53 Chapter 53. Dokter dan Pasien
54 Chapter 54. Canggung
55 Chapter 55. Ultimatum
56 Chapter 56. Bagaimana Mungkin?
57 Chapter 57. Terpaksa Mengalah
58 Chapter 58. Bagai Petir Menggelegar
59 Chapter 59. Seperti Keluarga
60 Chapter 60. Tangkapan Besar
61 Chapter 61. Pembalasan
62 Chapter 62. Perhatian
63 Chapter 63. Tak Disangka
64 Chapter 64. Seberkas Cahaya
65 Chapter 65. Gosip Sampul
66 Chapter 66. Bimbang
67 Chapter 67. Akhirnya Terbuka Juga
68 Chapter 68. Curahan Hati
69 Chapter 69. Cinta dan Keegoisan
70 Chapter 70. Bakti Sosial
71 Chapter 71. Jaga Dia Dengan Baik!
72 Chapter 72. Kumohon, bertahanlah!
73 Chapter 73. Siuman
74 Chapter 74. Jaga Jarak
75 Chapter 75. Perawatan Pranikah
76 Chapter 76. Pernikahan
77 Chapter 77. Nasihat Bunda
78 Chapter 78. Nasihat Bunda 2
79 Chapter 79. Yaaah ....
80 Chapter 80. Jangan Berpikir Aneh!
81 Chapter 81. Rahasia
82 Chapter 82. Ada Apa Sebenarnya?
83 Chapter 83. Kukejar Dirimu
84 Chapter 84. Kukejar Dirimu 2
85 Chapter 85. Bersatu
86 Chapter 86. Panggilan yang Membingungkan
87 Chapter 87. Bebas
88 Chapter 88. Melepaskan
89 Chapter 89. Bulan Madu
90 Chapter 90. Bulan Madu 2
91 Chapter 91. Romansa di Pulau Derawan
92 Chapter 92. Romansa di Pulau Derawan 2
93 Chapter 93. Tamu Spesial
94 Chapter 94. Kebenaran
95 Chapter 95. Liburan Musim Dingin
96 Chapter 96. Keisengan Berbuah Penyesalan
97 Chapter 97. Harap-Harap Cemas
98 Chapter 98. Fase yang Bikin Mumet
99 Chapter 99. Bongkar Mesin
100 Chapter 100. Badai Telah Berlalu
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Chapter 1. Kilas Balik
2
Chapter 2. Macan?
3
Chapter 3. Persinggahan
4
Chapter 4. Persinggahan 2
5
Chapter 5. Insiden
6
Chapter 6. Makhluk Misterius
7
Chapter 7. Cuma Teman
8
Chapter 8. Menghilang
9
Chapter 9. Terdampar
10
Chapter 10. Menyelamatkan Diri
11
Chapter 11. Perkenalan
12
Chapter 12. Perkenalan 2
13
Chapter 13. Curiga
14
Chapter 14. Curiga 2
15
Chapter 15. Kaget
16
Chapter 16. Diagnosa Sementara
17
Chapter 17. Terungkap
18
Chapter 18. Lega
19
Chapter 19. Panik
20
Chapter 20. Keliru
21
Chapter 21. Terharu
22
Chapter 22. Kembali
23
Chapter 23. Semalam Bersama
24
Chapter 24. Bandara Incheon
25
Chapter 25. Hari Pertama
26
Chapter 26. Hari Pertama 2
27
Chapter 27. Tugas Khusus
28
Chapter 28. Di Balik Topeng
29
Chapter 29. Mencari Bukti
30
Chapter 30. Mencari Bukti 2
31
Chapter 31. Gadis Bodoh
32
Chapter 32. Kejutan Manis
33
Chapter 33. Jalan-Jalan
34
Chapter 34. Merasa Terancam
35
Chapter 35. Mencuri Peluang
36
Chapter 36. Debar-Debar Halus
37
Chapter 37. Tak Bisa Menolak
38
Chapter 38. Kemelut Rasa Hati
39
Chapter 39. Penguntit
40
Chapter 40. Ada Apa Denganmu?
41
Chapter 41. Keresahan Hati
42
Chapter 42. Keresahan Hati 2
43
Chapter 43. Kutitip Rahasiaku
44
Chapter 44. Aku Percaya Padamu
45
Chapter 45. Tamu Tak Diundang
46
Chapter 46. Pesona Seoraksan
47
Chapter 47. Naga Terbang
48
Chapter 48. Pertemuan Tak Terduga
49
Chapter 49. Kebencian Nadira
50
Chapter 50. Kebencian Nadira 2
51
Chapter 51. Pilihan
52
Chapter 52. Penasaran
53
Chapter 53. Dokter dan Pasien
54
Chapter 54. Canggung
55
Chapter 55. Ultimatum
56
Chapter 56. Bagaimana Mungkin?
57
Chapter 57. Terpaksa Mengalah
58
Chapter 58. Bagai Petir Menggelegar
59
Chapter 59. Seperti Keluarga
60
Chapter 60. Tangkapan Besar
61
Chapter 61. Pembalasan
62
Chapter 62. Perhatian
63
Chapter 63. Tak Disangka
64
Chapter 64. Seberkas Cahaya
65
Chapter 65. Gosip Sampul
66
Chapter 66. Bimbang
67
Chapter 67. Akhirnya Terbuka Juga
68
Chapter 68. Curahan Hati
69
Chapter 69. Cinta dan Keegoisan
70
Chapter 70. Bakti Sosial
71
Chapter 71. Jaga Dia Dengan Baik!
72
Chapter 72. Kumohon, bertahanlah!
73
Chapter 73. Siuman
74
Chapter 74. Jaga Jarak
75
Chapter 75. Perawatan Pranikah
76
Chapter 76. Pernikahan
77
Chapter 77. Nasihat Bunda
78
Chapter 78. Nasihat Bunda 2
79
Chapter 79. Yaaah ....
80
Chapter 80. Jangan Berpikir Aneh!
81
Chapter 81. Rahasia
82
Chapter 82. Ada Apa Sebenarnya?
83
Chapter 83. Kukejar Dirimu
84
Chapter 84. Kukejar Dirimu 2
85
Chapter 85. Bersatu
86
Chapter 86. Panggilan yang Membingungkan
87
Chapter 87. Bebas
88
Chapter 88. Melepaskan
89
Chapter 89. Bulan Madu
90
Chapter 90. Bulan Madu 2
91
Chapter 91. Romansa di Pulau Derawan
92
Chapter 92. Romansa di Pulau Derawan 2
93
Chapter 93. Tamu Spesial
94
Chapter 94. Kebenaran
95
Chapter 95. Liburan Musim Dingin
96
Chapter 96. Keisengan Berbuah Penyesalan
97
Chapter 97. Harap-Harap Cemas
98
Chapter 98. Fase yang Bikin Mumet
99
Chapter 99. Bongkar Mesin
100
Chapter 100. Badai Telah Berlalu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!