Chapter 2. Macan?

Ihsan berjalan santai dengan kedua tangan bersembunyi di saku celana. Sesekali tersenyum ramah membalas sapaan beberapa cewek yang berpapasan dengannya. Tiba-tiba matanya menangkap sosok Izzah yang berjalan dari arah berlawanan sambil membaca buku. Ihsan tersenyum penuh arti. Izzah terlihat sangat fokus dengan apa yang dibacanya. Perlahan Ihsan mengayunkan kaki, mengambil posisi lurus berlawanan dengan Izzah.

“Hello, Can!" sapanya, tersenyum manis.

Izzah refleks menghentikan langkah dan mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang telah memecah konsentrasinya.

Di depannya kini berdiri seorang cowok dengan wajah baby face. Rambutnya sedikit ikal dan terlihat sangat cocok dengan wajah ovalnya. Ditambah senyumnya yang menawan. Benar-benar cakep. Tidak mengherankan jika cowok yang tengah berdiri di hadapannya ini menjadi salah satu cowok yang digandrungi oleh cewek-cewek di sekolahnya.

“Bisa berteman denganmu?” tanya Ihsan tanpa basa-basi seraya mengibaskan tangan di depan wajah Izzah, menebar pesona.

“Hei!” teriaknya lagi ketika menyadari Izzah masih saja terlihat bengong dan tak merespons salam dan pertanyaannya.

Izzah sedikit kaget. Sesaat ia celingukan melihat sekeliling, mencari murid lain di sekitarnya. Ketika tak menemukan siapa pun selain dirinya, diarahkannya telunjuk kanannya ke dirinya sendiri dengan ekspresi penuh tanya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Melihat itu, Ihsan menganggukkan kepala.

“Iyalah … memangnya ada cewek lain lagi di sini selain kamu, Macan?” lanjutnya dengan nada sedikit bercanda.

“Namaku Izzah, bukan Macan!” jawab Izzah dingin dan ketus. Mengalahkan dinginnya es di kutub utara dan ledakan meriam di zaman Belanda.

“Oh … nama yang bagus. Tapi buat aku, kamu tetap Macan,” balas Ihsan serius.

Izzah mengernyitkan kening menatap Ihsan. Merasa aneh seakan-akan ada yang tidak beres dengan cowok di depannya itu.

“Aku lihat kok apa yang kamu lakukan di depan kelas tadi,” lanjut Ihsan santai seolah bisa membaca pikiran Izzah.

Ia berusaha menyejajarkan langkah dengan Izzah. Izzah cuma tersenyum tipis.

"Ah, ternyata itu penyebabnya dia memanggilku Macan," pikir Izzah.

“Suka-suka kamu sajalah,” ujar Izzah setengah berbisik. Entah didengar Ihsan atau tidak, Izzah tak peduli. Tangannya kembali membuka buku, mengabaikan Ihsan yang berjalan di sampingnya.

“Benar-benar cuek nih cewek,” batin Ihsan sambil melirik Izzah.

“Tapi … maniiis .…” lanjutnya di hati, senyum-senyum sendiri.

“Hei, Can, namaku Ihsan!” teriak Ihsan ketika mereka berpisah.

Izzah tetap cuek dan langsung belok kiri. Sementara Ihsan terus menyeberangi lapangan basket untuk kembali ke kelasnya. Sejenak Ihsan menghentikan langkah dan menoleh ke arah Izzah. Namun, gadis itu tetap fokus pada buku yang dibacanya.

Suara salam dan langkah kaki yang kian mendekat memaksa Izzah membuka mata. Membalasnya dengan bisikan lembut, sekadar cukup didengar telinganya sendiri. Dua orang teman lelakinya, Yudha dan Johny, tahu-tahu sudah duduk terenyak di teras rumahnya.

“Sorry, tadi kami beli minuman dan cemilan dulu buat bekal,” ucap Yudha minta maaf atas keterlambatan mereka.

Tanpa merespons ucapan Yudha, Izzah langsung berdiri, membenahi jilbab yang terlihat sedikit kusut, lalu bergerak mengambil ransel yang tergeletak di lantai dekat tiang teras rumah itu.

“Ini biar aku yang bawa,” kata Ihsan sambil menyambar tas kecil berisi cemilan yang akan diambil Izzah.

Izzah dan ketiga temannya siap untuk berangkat. Hari ini, rencananya mereka akan mengeksplorasi sebuah air terjun tujuh tingkat yang terletak di tengah hutan tak jauh dari sebuah desa kecil di kaki bukit. Dua buah motor sudah menunggu di tepi jalan.

“Bunda, Izzah berangkat dulu ya …,” pamit Izzah kepada ibunya begitu seorang wanita paruh baya keluar untuk melepas kepergian anak gadisnya itu. Izzah mencium tangan ibunya takzim.

“Iya. Hati-hati ya, Nak! Jaga dirimu baik-baik!” pesan ibunya.

“Ya, Bunda,” jawab Izzah sambil mencium pipi ibunya. Kebiasaan yang tak pernah terlewatkan setiap kali ia akan melangkah sebelum meninggalkan ibunya.

“Tenang saja, Bunda, kami semua akan menjaga Izzah dengan baik,” ucap Yudha meyakinkan Bunda Izzah dan diamini oleh Ihsan dan Johny. Mereka pun satu per satu menyalami Bunda Izzah.

“Terima kasih. Bunda percaya sama kalian,” jawab Bunda Izzah tersenyum ramah. Ia sudah menganggap senior Izzah sejak SMP itu seperti anaknya sendiri.

Yudha sudah duduk manis di atas motornya, “John, kamu bonceng sama aku atau Ihsan nih?”

Belum sempat Johny menjawab pertanyaan Yudha, sebuah teriakan mengagetkan mereka.

“Awaaas … aku yang sama Yudha. Johny sama Ihsan saja,” ucap seorang gadis muncul tiba-tiba dan langsung bergerak menuju  motor Yudha setelah menarik Johny menjauh dari situ.

Johny dan Ihsan saling lempar senyum. Sementara Izzah cuma menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Yudha menunduk lesu. Tak tahu bagaimana gadis yang bernama Riris itu mendadak muncul bagai hantu di permainan jelangkung. Datang tak diundang.

“Ya Tuhan … mimpi apa aku semalam sampai-sampai pagi ini harus ketemu sama si putri salah kaprah ini,” rutuk Yudha dalam hati.

Ketika melirik teman-temannya, semua kompak mengedikkan bahu dan merentangkan kedua tangan sebagai tanda tak tahu-menahu.

“Kalau Riris sama Yudha dan aku sama Ihsan, terus Izzah sama siapa dong?” tanya Johny khawatir.

“Sama akulah …,” jawab seorang cowok lantang begitu menghentikan motornya berhadapan dengan motor Yudha.

Saat helmnya terbuka, Izzah tampak semringah. Tanpa buang-buang waktu, ia pun segera mendarat manis di jok belakang.

“Wah … Kak Fadhil ikut juga nih? Dari mana tadi kak, kok muncul dari arah situ?” tanya Yudha sok akrab.

“Ya dong. Pengawal pribadi Putri Izzah harus selalu siap ke mana pun tuan putri pergi, tapi sebelumnya harus nge-full tank dulu tadi,” jawabnya panjang lebar seraya menoleh ke belakang dengan senyum menggoda tanpa memedulikan tatapan Ihsan yang sulit dipahami.

“Oke. Kita cabut!” Yudha memberi komando. Tiga motor itu pun melaju beriringan.

Lima belas menit perjalanan, medan yang ditempuh mulai sulit. Jalanan yang mendaki dan tebing yang curam serta sisa-sisa hujan kemarin malam membuat jalanan yang belum diaspal itu terasa licin. Harus berkendara dengan ekstra hati-hati agar tidak terpeleset dan jatuh. Sungguh sebuah keputusan yang tepat memilih pakai motor alih-alih menggunakan mobil.

“Pegangan yang kuat ya, Zah! Aku enggak mau kena semprot Bunda gara-gara kamu jatuh,” instruksi Fadhil dan langsung dilaksanakan Izzah tanpa ragu.

Di belakang mereka, Ihsan mendadak menghentikan motornya dan menepi.

“Kok berhenti, San? Macet?” tanya Johny, lalu turun dan memeriksa ban belakang motor Ihsan. Khawatir jika bannya kempis.

“Enggak tahu nih, sepertinya tanganku sedikit kram,” jawab Ihsan berbohong sambil menggerakkan jemarinya seolah berusaha membuat jari-jarinya kembali rileks.

Entah kenapa ia merasa tak nyaman ketika tadi sempat menyaksikan tangan Izzah melingkar di pinggang Fadhil. Hatinya kecut dan terasa perih. Tak habis pikir bagaimana mungkin Izzah yang selama ini dikenalnya tak pernah bersentuhan dengan cowok walau hanya sekadar bersalaman sekali pun, hari ini melingkarkan tangannya memeluk pinggang cowok yang ada di depannya. Andai Ihsan mendengarnya dari cerita orang lain, ia tak akan pernah percaya. Akan tetapi, melihat semua itu dengan mata kepala sendiri sungguh membuat Ihsan terganggu.

“Ah, sebenarnya siapa sih cowok itu?” tanyanya di hati.

Setelah motor yang ditumpangi Izzah menghilang dari pandangan, Ihsan pun kembali menghidupkan motornya menyusul mereka.

***

Terpopuler

Comments

Mus Limah

Mus Limah

sudah ku baca berkali2 tp nda ada bosennya,ku tunggu karya selanjutnya thor

2022-02-02

0

Ema Lubis

Ema Lubis

nnti aku mampir thor

2020-04-22

0

Ayunina Sharlyn

Ayunina Sharlyn

semangat ya thor...



ikut promo.. mampir thor ke novel

- hati putih melati
- the hendrick's family
- Yuana stay with me


seru juga 🌼🙏☺❤

2020-04-11

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1. Kilas Balik
2 Chapter 2. Macan?
3 Chapter 3. Persinggahan
4 Chapter 4. Persinggahan 2
5 Chapter 5. Insiden
6 Chapter 6. Makhluk Misterius
7 Chapter 7. Cuma Teman
8 Chapter 8. Menghilang
9 Chapter 9. Terdampar
10 Chapter 10. Menyelamatkan Diri
11 Chapter 11. Perkenalan
12 Chapter 12. Perkenalan 2
13 Chapter 13. Curiga
14 Chapter 14. Curiga 2
15 Chapter 15. Kaget
16 Chapter 16. Diagnosa Sementara
17 Chapter 17. Terungkap
18 Chapter 18. Lega
19 Chapter 19. Panik
20 Chapter 20. Keliru
21 Chapter 21. Terharu
22 Chapter 22. Kembali
23 Chapter 23. Semalam Bersama
24 Chapter 24. Bandara Incheon
25 Chapter 25. Hari Pertama
26 Chapter 26. Hari Pertama 2
27 Chapter 27. Tugas Khusus
28 Chapter 28. Di Balik Topeng
29 Chapter 29. Mencari Bukti
30 Chapter 30. Mencari Bukti 2
31 Chapter 31. Gadis Bodoh
32 Chapter 32. Kejutan Manis
33 Chapter 33. Jalan-Jalan
34 Chapter 34. Merasa Terancam
35 Chapter 35. Mencuri Peluang
36 Chapter 36. Debar-Debar Halus
37 Chapter 37. Tak Bisa Menolak
38 Chapter 38. Kemelut Rasa Hati
39 Chapter 39. Penguntit
40 Chapter 40. Ada Apa Denganmu?
41 Chapter 41. Keresahan Hati
42 Chapter 42. Keresahan Hati 2
43 Chapter 43. Kutitip Rahasiaku
44 Chapter 44. Aku Percaya Padamu
45 Chapter 45. Tamu Tak Diundang
46 Chapter 46. Pesona Seoraksan
47 Chapter 47. Naga Terbang
48 Chapter 48. Pertemuan Tak Terduga
49 Chapter 49. Kebencian Nadira
50 Chapter 50. Kebencian Nadira 2
51 Chapter 51. Pilihan
52 Chapter 52. Penasaran
53 Chapter 53. Dokter dan Pasien
54 Chapter 54. Canggung
55 Chapter 55. Ultimatum
56 Chapter 56. Bagaimana Mungkin?
57 Chapter 57. Terpaksa Mengalah
58 Chapter 58. Bagai Petir Menggelegar
59 Chapter 59. Seperti Keluarga
60 Chapter 60. Tangkapan Besar
61 Chapter 61. Pembalasan
62 Chapter 62. Perhatian
63 Chapter 63. Tak Disangka
64 Chapter 64. Seberkas Cahaya
65 Chapter 65. Gosip Sampul
66 Chapter 66. Bimbang
67 Chapter 67. Akhirnya Terbuka Juga
68 Chapter 68. Curahan Hati
69 Chapter 69. Cinta dan Keegoisan
70 Chapter 70. Bakti Sosial
71 Chapter 71. Jaga Dia Dengan Baik!
72 Chapter 72. Kumohon, bertahanlah!
73 Chapter 73. Siuman
74 Chapter 74. Jaga Jarak
75 Chapter 75. Perawatan Pranikah
76 Chapter 76. Pernikahan
77 Chapter 77. Nasihat Bunda
78 Chapter 78. Nasihat Bunda 2
79 Chapter 79. Yaaah ....
80 Chapter 80. Jangan Berpikir Aneh!
81 Chapter 81. Rahasia
82 Chapter 82. Ada Apa Sebenarnya?
83 Chapter 83. Kukejar Dirimu
84 Chapter 84. Kukejar Dirimu 2
85 Chapter 85. Bersatu
86 Chapter 86. Panggilan yang Membingungkan
87 Chapter 87. Bebas
88 Chapter 88. Melepaskan
89 Chapter 89. Bulan Madu
90 Chapter 90. Bulan Madu 2
91 Chapter 91. Romansa di Pulau Derawan
92 Chapter 92. Romansa di Pulau Derawan 2
93 Chapter 93. Tamu Spesial
94 Chapter 94. Kebenaran
95 Chapter 95. Liburan Musim Dingin
96 Chapter 96. Keisengan Berbuah Penyesalan
97 Chapter 97. Harap-Harap Cemas
98 Chapter 98. Fase yang Bikin Mumet
99 Chapter 99. Bongkar Mesin
100 Chapter 100. Badai Telah Berlalu
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Chapter 1. Kilas Balik
2
Chapter 2. Macan?
3
Chapter 3. Persinggahan
4
Chapter 4. Persinggahan 2
5
Chapter 5. Insiden
6
Chapter 6. Makhluk Misterius
7
Chapter 7. Cuma Teman
8
Chapter 8. Menghilang
9
Chapter 9. Terdampar
10
Chapter 10. Menyelamatkan Diri
11
Chapter 11. Perkenalan
12
Chapter 12. Perkenalan 2
13
Chapter 13. Curiga
14
Chapter 14. Curiga 2
15
Chapter 15. Kaget
16
Chapter 16. Diagnosa Sementara
17
Chapter 17. Terungkap
18
Chapter 18. Lega
19
Chapter 19. Panik
20
Chapter 20. Keliru
21
Chapter 21. Terharu
22
Chapter 22. Kembali
23
Chapter 23. Semalam Bersama
24
Chapter 24. Bandara Incheon
25
Chapter 25. Hari Pertama
26
Chapter 26. Hari Pertama 2
27
Chapter 27. Tugas Khusus
28
Chapter 28. Di Balik Topeng
29
Chapter 29. Mencari Bukti
30
Chapter 30. Mencari Bukti 2
31
Chapter 31. Gadis Bodoh
32
Chapter 32. Kejutan Manis
33
Chapter 33. Jalan-Jalan
34
Chapter 34. Merasa Terancam
35
Chapter 35. Mencuri Peluang
36
Chapter 36. Debar-Debar Halus
37
Chapter 37. Tak Bisa Menolak
38
Chapter 38. Kemelut Rasa Hati
39
Chapter 39. Penguntit
40
Chapter 40. Ada Apa Denganmu?
41
Chapter 41. Keresahan Hati
42
Chapter 42. Keresahan Hati 2
43
Chapter 43. Kutitip Rahasiaku
44
Chapter 44. Aku Percaya Padamu
45
Chapter 45. Tamu Tak Diundang
46
Chapter 46. Pesona Seoraksan
47
Chapter 47. Naga Terbang
48
Chapter 48. Pertemuan Tak Terduga
49
Chapter 49. Kebencian Nadira
50
Chapter 50. Kebencian Nadira 2
51
Chapter 51. Pilihan
52
Chapter 52. Penasaran
53
Chapter 53. Dokter dan Pasien
54
Chapter 54. Canggung
55
Chapter 55. Ultimatum
56
Chapter 56. Bagaimana Mungkin?
57
Chapter 57. Terpaksa Mengalah
58
Chapter 58. Bagai Petir Menggelegar
59
Chapter 59. Seperti Keluarga
60
Chapter 60. Tangkapan Besar
61
Chapter 61. Pembalasan
62
Chapter 62. Perhatian
63
Chapter 63. Tak Disangka
64
Chapter 64. Seberkas Cahaya
65
Chapter 65. Gosip Sampul
66
Chapter 66. Bimbang
67
Chapter 67. Akhirnya Terbuka Juga
68
Chapter 68. Curahan Hati
69
Chapter 69. Cinta dan Keegoisan
70
Chapter 70. Bakti Sosial
71
Chapter 71. Jaga Dia Dengan Baik!
72
Chapter 72. Kumohon, bertahanlah!
73
Chapter 73. Siuman
74
Chapter 74. Jaga Jarak
75
Chapter 75. Perawatan Pranikah
76
Chapter 76. Pernikahan
77
Chapter 77. Nasihat Bunda
78
Chapter 78. Nasihat Bunda 2
79
Chapter 79. Yaaah ....
80
Chapter 80. Jangan Berpikir Aneh!
81
Chapter 81. Rahasia
82
Chapter 82. Ada Apa Sebenarnya?
83
Chapter 83. Kukejar Dirimu
84
Chapter 84. Kukejar Dirimu 2
85
Chapter 85. Bersatu
86
Chapter 86. Panggilan yang Membingungkan
87
Chapter 87. Bebas
88
Chapter 88. Melepaskan
89
Chapter 89. Bulan Madu
90
Chapter 90. Bulan Madu 2
91
Chapter 91. Romansa di Pulau Derawan
92
Chapter 92. Romansa di Pulau Derawan 2
93
Chapter 93. Tamu Spesial
94
Chapter 94. Kebenaran
95
Chapter 95. Liburan Musim Dingin
96
Chapter 96. Keisengan Berbuah Penyesalan
97
Chapter 97. Harap-Harap Cemas
98
Chapter 98. Fase yang Bikin Mumet
99
Chapter 99. Bongkar Mesin
100
Chapter 100. Badai Telah Berlalu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!