Chapter 3. Persinggahan

Dari kejauhan tampak motor Yudha dan Fadhil sudah terparkir di sisi kanan halaman sebuah rumah kecil di ujung desa yang menjadi tujuan mereka. Rumah itu terlihat asri meski tanpa pagar. Hanya dikelilingi tanaman bluntas dibentuk rapi. Tanaman itulah yang difungsikan sebagai pagar. Di sisi kiri halaman rumah itu terdapat sebuah kolam kecil yang indah. Bentuknya seperti sebuah pulau dikelilingi undakan bebatuan yang disusun dengan sangat rapi. Di beberapa sudut kolam dihiasi dengan beberapa jenis bunga hutan yang cantik. Entah apa nama bunga-bunga itu. Yang jelas, pengaturan dekorasi kolam itu menunjukkan bahwa si pemilik rumah memiliki kemampuan artistik yang luar biasa. Kalau si pemilik rumah itu tinggal di kota, bisa jadi desainer eksterior terkenal nih.

Yudha langsung menghentikan obrolannya begitu melihat Ihsan memarkir motornya. Jhony segera bergabung dan duduk di sebelah pemilik rumah yang menyambut ramah.

“Kenapa lama sekali, San?” tanya Yudha dengan nada sedikit khawatir. “Ada kendala ya?”

“Enggak kok. Sengaja santai biar bisa menikmati pemandangan selama di perjalanan.”

Lagi-lagi Ihsan berbohong. Padahal yang sebenarnya, ia tak tahan memandang kemesraan Izzah dan Fadhil. Mengingat itu, hati Ihsan kembali berdenyut sakit. Johny pura-pura tak mendengar jawaban Ihsan dan memilih terlibat aktif mengobrol dengan pemilik rumah, Pak Burhan.

“Syukurlah kalau begitu. Seandainya dalam sepuluh menit tadi kamu dan Johny tidak muncul juga, aku sudah berencana mau berbalik arah menjemput kamu,” jelas Yudha.

“Benar banget. Sama Izzah juga,” timpal Riris mendukung Yudha sambil mencomot pisang goreng di atas meja.

“What?” Izzah kaget.

Ia tak pernah mengatakan hal seperti itu. Nyaris saja buku yang dipegangnya jatuh. Benar-benar si kutu buku. Kapan saja dan di mana saja, hanya buku yang ada di pikirannya. Seperti sekarang ini, di saat yang lain asyik mengobrol, eeeh ... ia malah tetap saja bergelut dengan buku. Sungguh motto hidup tuh anak, tiada hari tanpa buku. Pantas saja masih bertahan menyandang predikat jomlo akut meski sudah kuliah di akhir tahun ketiga. Pacaran sama buku terus sih … hahaha .…

“Ya jelaslah Zah … di antara kita kan cuma kamu yang calon dokter,” lanjut Riris santai dan tak memperhatikan wajah Izzah yang sedikit bersemu merah ketika tanpa sengaja matanya beradu pandang dengan mata Ihsan.

Cepat-cepat Izzah mengalihkan tatapannya kembali ke buku, sementara Ihsan cuma tersenyum tipis dan ikut duduk di sebelah Johny setelah mengucapkan terima kasih atas perhatian teman-temannya. Jantungnya berdesir kencang.

Setelah obrolan santai dan sedikit wejangan dari Pak Burhan, mereka siap-siap untuk melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.

“Amen udi bi sapei nak bendungan be, dak mi deu uleak au … men crito tun tuei bloo, nakdi o penan ne bidadari mendei*)” Pak Burhan kembali mengingatkan.

“Au, Wan**)” jawab Yudha dan Johny hampir bersamaan.

Di antara mereka berenam, hanya mereka berdua yang seratus persen asli penduduk lokal. Jadi, wajar saja kalau dari tadi merekalah yang mendominasi obrolan dengan Pak Burhan. Meskipun demikian, Izzah dan yang lainnya mengerti maksud perkataan Pak Burhan. Tak lupa mereka menyalami Pak Burhan sebelum meninggalkan  pekarangan rumah itu.

***

Mentari mulai naik sepenggalan. Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima belas menit. Jika tak ada halangan selama perjalanan, mereka akan sampai di air terjun sebelum pukul sepuluh. Jalan setapak yang dilalui masih sedikit basah dan harus tetap berjalan dengan hati-hati. Yudha berada di posisi paling depan, berperan sebagai komandan pasukan.

Semakin jauh melangkah, semakin terjal pula jalan setapak yang dilalui. Udara makin lembap dan kian dingin. Pepohonan yang tinggi menjulang kian rapat, membatasi masuknya cahaya matahari. Namun demikian, pendar cahaya yang menyelinap di celah ranting dan rimbunnya dedaunan, menjadi lukisan alam yang sangat indah.

Izzah mengancingkan jaketnya agar dapat memberi kehangatan lebih untuk melawan hawa dingin yang menyerang. Sesekali tangannya sibuk memainkan ponsel untuk mengabadikan keindahan alam yang membuatnya terpesona.

Sementara di kejauhan sering kali terdengar rengekan manja Riris, ditimpali omelan ketus Yudha. Namun, tetap  saja akan  berakhir dengan Yudha yang mengalah. Ya … begitulah. Yudha adalah tipe cowok yang tidak pernah tega melihat cewek menderita. Ia sangat menyayangi dan berbakti kepada ibunya. Karena itulah ia juga selalu bersikap lembut dan hangat kepada cewek, kecuali Riris.

Keributan-keributan kecil itu membuat Izzah tertawa geli di hati. Mengingat Riris adalah cewek manja yang selalu berusaha mati-matian dan rela melakukan apa saja demi menaklukkan Yudha. Meskipun Yudha terus menghindar dan tak pernah memberinya harapan, Riris tak pernah menyerah. Kasihan banget Si Riris. Semangat!

Johny yang berjalan di belakang Yudha dan Riris tidak peduli dengan semua tingkah mereka. Entah benar-benar tidak peduli karena tidak ingin menjadi  orang ketiga di antara Yudha dan Riris atau karena headset yang menutupi

telinganya hingga tidak bisa mendengar segala keributan di sekitarnya. Tampaknya ia hanya fokus pada jalan yang dilaluinya dengan kedua tangan disembunyikan di saku jaket.

Fadhil menikmati setiap langkah dengan memanjakan matanya melihat aneka pepohonan dan flora unik yang ditemuinya. Sesekali ia berhenti untuk melihat lebih dekat tanaman-tanaman tersebut, lalu mengabadikan keindahan dan keunikan mereka dengan kameranya. Kadangkala ia juga berhenti dan melihat ke belakang untuk

memastikan bahwa Izzah tetap mengikuti jejaknya. Adakalanya pula ia rehat sejenak menunggu kemunculan Izzah.

Ihsan yang selalu memilih berjalan di belakang Izzah setiap kali berwisata, masih tetap setia mengawasi Izzah dari belakang. Diam-diam ia selalu berada di jarak aman dan  memastikan diri untuk selalu siaga terhadap segala sesuatu yang terjadi pada Izzah.

***

Kerapatan pepohonan mulai berkurang. Cahaya mentari pun dengan leluasa menerangi hutan yang mereka jelajahi. Lamat-lamat terdengar suara gemercik air. Menghadirkan ketenangan. Meresap ke seluruh jiwa. Mengusir segala kepenatan dan beban pikiran karena rutinitas harian yang melelahkan dan membuat jenuh. Seiring dengan semakin jelasnya suara gemercik air itu, di hadapan mereka kini terpampang bentangan sungai yang sangat jernih di sisi kiri jalan setapak. Ah, tanpa terasa mereka sudah sampai di bendungan. Ya, air sungai jernih inilah yang dipakai untuk mengairi daerah persawahan masyarakat desa kecil yang mereka singgahi tadi.

“Waah … Keren!” teriak Riris penuh semangat.

Buru-buru ia melepaskan sepatu, lalu sekejap kemudian sudah duduk manis di atas sebuah batu sambil memainkan kakinya dalam air sungai bening itu.

“Ransel kamu nih! Dasar cewek tukang bikin repot!” omel Yudha sambil melempar ransel Riris.

“Hei! Yang benar dong. Kalo sampai ranselku kecebur, aku enggak bakal maafin kamu,” semprot Riris.

Nyaris saja ransel itu meluncur dari batu tempatnya mendarat dan nyemplung ke sungai kalau saja tangannya tak segera menyambarnya. Riris kesal.

“Bodoh amat!” balas Yudha cuek. Ia baru saja hendak mendekati Izzah ketika Riris kembali memanggilnya.

“Yudha … bukain dooong …,” rengek Riris manja sambil mengulurkan sebungkus potato chips pedas ke arah Yudha.

“Buka saja sendiri!” jawab Yudha ketus tanpa menoleh sedikit pun.

Kakinya terus melangkah mendekati Izzah. Sepertinya ia mulai hilang kesabaran menghadapi sikap manja Riris selama di perjalanan tadi.

***

PS.

*)   Amen udi bi sapei nak bendungan be, dak mi deu uleak au… Men crito tun tuei bloo, nakdi o penan ne bidadari mendei = Kalau kalian sudah sampai di bendungan nanti, jangan banyak ulah ya… Menurut cerita orang tua dulu, di sana tempatnya bidadari mandi

**)  Au, Wan = Ya, Paman

Episodes
1 Chapter 1. Kilas Balik
2 Chapter 2. Macan?
3 Chapter 3. Persinggahan
4 Chapter 4. Persinggahan 2
5 Chapter 5. Insiden
6 Chapter 6. Makhluk Misterius
7 Chapter 7. Cuma Teman
8 Chapter 8. Menghilang
9 Chapter 9. Terdampar
10 Chapter 10. Menyelamatkan Diri
11 Chapter 11. Perkenalan
12 Chapter 12. Perkenalan 2
13 Chapter 13. Curiga
14 Chapter 14. Curiga 2
15 Chapter 15. Kaget
16 Chapter 16. Diagnosa Sementara
17 Chapter 17. Terungkap
18 Chapter 18. Lega
19 Chapter 19. Panik
20 Chapter 20. Keliru
21 Chapter 21. Terharu
22 Chapter 22. Kembali
23 Chapter 23. Semalam Bersama
24 Chapter 24. Bandara Incheon
25 Chapter 25. Hari Pertama
26 Chapter 26. Hari Pertama 2
27 Chapter 27. Tugas Khusus
28 Chapter 28. Di Balik Topeng
29 Chapter 29. Mencari Bukti
30 Chapter 30. Mencari Bukti 2
31 Chapter 31. Gadis Bodoh
32 Chapter 32. Kejutan Manis
33 Chapter 33. Jalan-Jalan
34 Chapter 34. Merasa Terancam
35 Chapter 35. Mencuri Peluang
36 Chapter 36. Debar-Debar Halus
37 Chapter 37. Tak Bisa Menolak
38 Chapter 38. Kemelut Rasa Hati
39 Chapter 39. Penguntit
40 Chapter 40. Ada Apa Denganmu?
41 Chapter 41. Keresahan Hati
42 Chapter 42. Keresahan Hati 2
43 Chapter 43. Kutitip Rahasiaku
44 Chapter 44. Aku Percaya Padamu
45 Chapter 45. Tamu Tak Diundang
46 Chapter 46. Pesona Seoraksan
47 Chapter 47. Naga Terbang
48 Chapter 48. Pertemuan Tak Terduga
49 Chapter 49. Kebencian Nadira
50 Chapter 50. Kebencian Nadira 2
51 Chapter 51. Pilihan
52 Chapter 52. Penasaran
53 Chapter 53. Dokter dan Pasien
54 Chapter 54. Canggung
55 Chapter 55. Ultimatum
56 Chapter 56. Bagaimana Mungkin?
57 Chapter 57. Terpaksa Mengalah
58 Chapter 58. Bagai Petir Menggelegar
59 Chapter 59. Seperti Keluarga
60 Chapter 60. Tangkapan Besar
61 Chapter 61. Pembalasan
62 Chapter 62. Perhatian
63 Chapter 63. Tak Disangka
64 Chapter 64. Seberkas Cahaya
65 Chapter 65. Gosip Sampul
66 Chapter 66. Bimbang
67 Chapter 67. Akhirnya Terbuka Juga
68 Chapter 68. Curahan Hati
69 Chapter 69. Cinta dan Keegoisan
70 Chapter 70. Bakti Sosial
71 Chapter 71. Jaga Dia Dengan Baik!
72 Chapter 72. Kumohon, bertahanlah!
73 Chapter 73. Siuman
74 Chapter 74. Jaga Jarak
75 Chapter 75. Perawatan Pranikah
76 Chapter 76. Pernikahan
77 Chapter 77. Nasihat Bunda
78 Chapter 78. Nasihat Bunda 2
79 Chapter 79. Yaaah ....
80 Chapter 80. Jangan Berpikir Aneh!
81 Chapter 81. Rahasia
82 Chapter 82. Ada Apa Sebenarnya?
83 Chapter 83. Kukejar Dirimu
84 Chapter 84. Kukejar Dirimu 2
85 Chapter 85. Bersatu
86 Chapter 86. Panggilan yang Membingungkan
87 Chapter 87. Bebas
88 Chapter 88. Melepaskan
89 Chapter 89. Bulan Madu
90 Chapter 90. Bulan Madu 2
91 Chapter 91. Romansa di Pulau Derawan
92 Chapter 92. Romansa di Pulau Derawan 2
93 Chapter 93. Tamu Spesial
94 Chapter 94. Kebenaran
95 Chapter 95. Liburan Musim Dingin
96 Chapter 96. Keisengan Berbuah Penyesalan
97 Chapter 97. Harap-Harap Cemas
98 Chapter 98. Fase yang Bikin Mumet
99 Chapter 99. Bongkar Mesin
100 Chapter 100. Badai Telah Berlalu
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Chapter 1. Kilas Balik
2
Chapter 2. Macan?
3
Chapter 3. Persinggahan
4
Chapter 4. Persinggahan 2
5
Chapter 5. Insiden
6
Chapter 6. Makhluk Misterius
7
Chapter 7. Cuma Teman
8
Chapter 8. Menghilang
9
Chapter 9. Terdampar
10
Chapter 10. Menyelamatkan Diri
11
Chapter 11. Perkenalan
12
Chapter 12. Perkenalan 2
13
Chapter 13. Curiga
14
Chapter 14. Curiga 2
15
Chapter 15. Kaget
16
Chapter 16. Diagnosa Sementara
17
Chapter 17. Terungkap
18
Chapter 18. Lega
19
Chapter 19. Panik
20
Chapter 20. Keliru
21
Chapter 21. Terharu
22
Chapter 22. Kembali
23
Chapter 23. Semalam Bersama
24
Chapter 24. Bandara Incheon
25
Chapter 25. Hari Pertama
26
Chapter 26. Hari Pertama 2
27
Chapter 27. Tugas Khusus
28
Chapter 28. Di Balik Topeng
29
Chapter 29. Mencari Bukti
30
Chapter 30. Mencari Bukti 2
31
Chapter 31. Gadis Bodoh
32
Chapter 32. Kejutan Manis
33
Chapter 33. Jalan-Jalan
34
Chapter 34. Merasa Terancam
35
Chapter 35. Mencuri Peluang
36
Chapter 36. Debar-Debar Halus
37
Chapter 37. Tak Bisa Menolak
38
Chapter 38. Kemelut Rasa Hati
39
Chapter 39. Penguntit
40
Chapter 40. Ada Apa Denganmu?
41
Chapter 41. Keresahan Hati
42
Chapter 42. Keresahan Hati 2
43
Chapter 43. Kutitip Rahasiaku
44
Chapter 44. Aku Percaya Padamu
45
Chapter 45. Tamu Tak Diundang
46
Chapter 46. Pesona Seoraksan
47
Chapter 47. Naga Terbang
48
Chapter 48. Pertemuan Tak Terduga
49
Chapter 49. Kebencian Nadira
50
Chapter 50. Kebencian Nadira 2
51
Chapter 51. Pilihan
52
Chapter 52. Penasaran
53
Chapter 53. Dokter dan Pasien
54
Chapter 54. Canggung
55
Chapter 55. Ultimatum
56
Chapter 56. Bagaimana Mungkin?
57
Chapter 57. Terpaksa Mengalah
58
Chapter 58. Bagai Petir Menggelegar
59
Chapter 59. Seperti Keluarga
60
Chapter 60. Tangkapan Besar
61
Chapter 61. Pembalasan
62
Chapter 62. Perhatian
63
Chapter 63. Tak Disangka
64
Chapter 64. Seberkas Cahaya
65
Chapter 65. Gosip Sampul
66
Chapter 66. Bimbang
67
Chapter 67. Akhirnya Terbuka Juga
68
Chapter 68. Curahan Hati
69
Chapter 69. Cinta dan Keegoisan
70
Chapter 70. Bakti Sosial
71
Chapter 71. Jaga Dia Dengan Baik!
72
Chapter 72. Kumohon, bertahanlah!
73
Chapter 73. Siuman
74
Chapter 74. Jaga Jarak
75
Chapter 75. Perawatan Pranikah
76
Chapter 76. Pernikahan
77
Chapter 77. Nasihat Bunda
78
Chapter 78. Nasihat Bunda 2
79
Chapter 79. Yaaah ....
80
Chapter 80. Jangan Berpikir Aneh!
81
Chapter 81. Rahasia
82
Chapter 82. Ada Apa Sebenarnya?
83
Chapter 83. Kukejar Dirimu
84
Chapter 84. Kukejar Dirimu 2
85
Chapter 85. Bersatu
86
Chapter 86. Panggilan yang Membingungkan
87
Chapter 87. Bebas
88
Chapter 88. Melepaskan
89
Chapter 89. Bulan Madu
90
Chapter 90. Bulan Madu 2
91
Chapter 91. Romansa di Pulau Derawan
92
Chapter 92. Romansa di Pulau Derawan 2
93
Chapter 93. Tamu Spesial
94
Chapter 94. Kebenaran
95
Chapter 95. Liburan Musim Dingin
96
Chapter 96. Keisengan Berbuah Penyesalan
97
Chapter 97. Harap-Harap Cemas
98
Chapter 98. Fase yang Bikin Mumet
99
Chapter 99. Bongkar Mesin
100
Chapter 100. Badai Telah Berlalu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!