Aku Bukan Pelakor
"Almeera, apa yang sedang kau lakukan? Apa kau tidak mencemaskan suamimu? Kau tau, suamimu sekarang lagi mabuk sama teman temannya. Kau bukannya memanggil dan menyuruhnya untuk istirahat, kau malah tidur".
Ucapan ayah mertuaku sungguh membuatku sakit hati, apa dia tidak tahu kalau aku sedang tak enak badan..? Di tambah putriku juga sedang sakit, bahkan seharian ini aku belum istirahat.
"....."
Aku hanya diam, tak menyahut ucapan ayah mertua, bukannya tak menghargai tapi aku sungguh lelah ditambah kondisiku yang memang kurang enak badan. Lagi pula aku tak menyuruhnya mabuk, dan kalau aku memanggilnya sekarang aku takut dia akan marah padaku. Apalagi dia sekarang lagi bersama teman teman nya.
Aku beranjak dari tempat tidurku dan keluar kamar untuk pergi memanggil suamiku. Setibanya di sana aku mulai memanggilnya dari jarak jauh, karena merasa tidak enak disana ada teman temannya.
" Bang, kesini dulu" Sahutku padanya.
Suamiku menoleh, dan mulai berdiri mengikutiku.
"Ada apa? Kenapa kau kesini?" Tanya Bang Angga setelah dia menghampiriku.
"Apa belum puas Bang, dari semalam loh kamu mabuk. Aku tuh capek, seharian Kanaya tuh sakit ditambah badanku juga sudah mulai lemas karena Kanaya ku gendong terus. Dan kamu malah asyik mabuk sama teman teman kamu, kamu nggak mikir apa? Kalau tau kamu akan seperti ini, lebih baik siang tadi aku ke rumah mama untuk istirahat. Setidaknya disana ada mama dan juga papa aku yang akan bantuin jagain kanaya" Kataku padanya, walaupun aku sangat kesal dan marah, tapi sengaja kupelankan suaraku agar tidak menimbulkan keributan. Lagi pula kami sedang d luar, dan jalanan pun samgat ramai. Aku tidak ingin kami menjadi bahan tontonan orang orang.
Terlihat wajah Bang Angga sangat marah tapi aku tak perduli, aku berbalik dan pergi dari hadapannya karena dia tidak menjawab omonganku. Tak kusangka, Bang Angga menyusulku pulang. Selama perjalanan pulang tak satupun yang bersuara, baik aku maupun Bang Angga.
Setelah beberapa menit kami tiba di rumah, karena jarak dari rumah teman Bang Angga dengan rumah kami tidak terlalu jauh. Aku langsung masuk ke kamar kami dan disana aku langsung menangis. Aku tidak menyangka di hari yang suci ini aku akan mengalami hal seperti ini, iya tepat dihari ini hari Lebaran idul fitri. Dan usia pernikahan kami baru mau beranjak 2 tahun, sedangkan usia putriku sendiri adalah 1 tahun.
Coba banyangkan saja, dari semalam aku menyiapkan makanan untuk lebaran ini. Banyak yang aku siapkan, mulai dari ketupat, opor ayam, sayur acar, ikan rica pedas, sambal terasi. Dan semua itu aku menyiapkan seorang diri, karena di rumah ini hanya ada aku, Bang Angga, anakku, ayah mertua sama satu orang kakak ipar laki-laki. Karena ibu mertua sudah meninggal semenjak Bang Angga masih kecil. Disaat sedang memasak, aku menyuruh Bang Angga untuk menjaga Kanaya dulu karena Kanaya lagi sakit jadi tidak bisa dibiarkan tidur sendiri.
Setelah beberapa jam berkutat didapur, tepat pukul sebelas malam masakanku semuanya sudah selesai. Setelah itu Aku segera membersihkan diri, hanya melap badanku saja karena sudah sangat larut. Aku segera masuk ke dalam kamar untuk menyusul Bang Angga dan Kanaya. Setelah aku masuk Bang Angga meminta izin untuk keluar sebentar menemui teman temannya di tempat tongkrongan mereka, aku memberi izin karena aku kasihan juga dari tadi Bang Angga menjaga Kanaya. Tapi aku tak menyangka di tempat tongkrongannya Bang Angga, dia dan teman temannya minum minuman beralkohol sampai jam 5 subuh. Aku tak menyadari kalau Bang Angga pergi selama ini, karena aku langsung tertidur saking capeknya.
Dan dihari lebaranpun, setelah pulang sholat Id Bang Angga seolah lupa akan keberadaan aku dan Kanaya. Dia kembali asyik lagi sama teman temannya dan mulai mabuk lagi sampai malam. Gimana aku nggak kesal coba....
Disaat aku sedang menangis di dalam kamar, aku fikir Bang Angga akan mendekatiku dan meminta maaf. Ternyata Bang Angga sangat marah karena aku menyusul dan memanggilnya disaat dia lagi bersama teman temannya.
" Apa kamu tidak waras Almeera? Kau memarahiku di saat aku sedang bersama dengan teman teman ku, apa kau ingin mempermalukanku?". Aku sangat terkejut mendengar bentakan dari Bang Angga.
"Apa maksudmu Bang? Apa tadi aku memarahimu di depan mereka? bukannya tadi aku memanggilmu dari jauh dengan baik baik? lagian aku juga bicara dengan suara yang pelan kok, dan aku yakin kalau mereka tidak mendengar suaraku". Aku menghela nafas sebentar, " Lagi pula ada apa denganmu, kenapa kau jadi marah dan bukannya minta maaf? Aku lagi nggak enak badan loh, kanaya juga sakit. Kamu bukannya peduli pada kami, kamu malah asyik sama teman temanmu".
" Lalu mau kamu apa? Aku nggak suka yah kalau aku lagi sama teman temanku kamu datang memanggil seperti itu. Aku tuh malu tau, lagi pula tidak setiap hari kan aku kumpul sama mereka seperti ini".
"Bang, aku panggil kamu karena tadi papa tuh marah marah sama aku, aku tuh capek dan pengen istirahat dan papa malah ngomongin yang nggak nggak katanya aku nggal peduli sama kamu. Kamu fikir aku nggak sakit hati apa, kalau tau seperti ini lebih baik aku pulang aja ke rumahku". Aku sangat kecewa sama Bang Angga, dan tanpa sadar aku membentaknya seperti itu. Aku bukannya mau bermaksud mengadu soal papa mertua ke Bang Angga, aku hanya tidak tau lagi mau bicara seperti apa.
Wajah Bang Angga sangat marah, dia mengepalkan tangannya dan mengeraskan rahangnya.
" Kau ingin pulang? Baiklah silahkan pulang, dan mulai besok kita urus perceraian kita"..
Deghhh
Aku sangat terkejut dengan perkataan Bang Angga, apa ini? Apa aku sudah di talak hanya karena masalah sepeleh.
"Apa maksudmu Bang?"
"Kenapa? Apa kau terkejut? Ini kan yang kau inginkan? Aku tau selama ini kau tak pernah mencintaiku dengan tulus Almeera, dan aku juga tau kelakuanmu selama ini tidak baik pada keluagaku. Kau bahkan baru saja mengadu tentang papa, apa kau fikir aku akan percaya padamu dan menyalahkan papa atas apa yang terjadi pada kita hari ini? Jangan bermimpi Almeera".
Aku sangat syok dengan perkataan Bang Angga barusan, aku tidak menyangka kalau Bang angga akan berbicara seperti ini. Terkait cinta, iya aku jujur kalau aku belum mencintainya bukan tidak. Dan aku sedang dalam tahap belajar menerima dan mencintainya dengan tulus, tapi kalau soal ketulusan terhadap keluarganya aku sangat tulus. Aku bahkan mengorbankan masa depanku hanya untuk berbakti dan mengabdi padanya dan keluarganya, tapi apa yang barusan aku dengar. Ini sangat menyakitkan dan melukaiku, aku tak bisa tinggal diam aku langsung menjawabnya.
"Apa katamu? Aku tidak baik pada keluargamu? Hei, bahkan aku sudah banyak berkorban hanya untuk mengabdi padamu dan juga keluargamu. Aku tak mengubris permintaan papa ku untuk bekerja karena kau tak setuju, aku bahkan tak pernah merawat diriku sendiri hanya karena aku mengurus keluargamu. Dan sekarang kau mengataiku seperti ini hanya karena masalah sepele?. Kau sungguh keterlaluan bang, dan tadi apa kau bilang mau menceraikan ku? Baiklah mari kita lakukan.".
Dan di malam ini, aku mendapat talak satu dari Bang Angga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Hairum
bagus bagaimana
2022-12-13
0