" Maaf kak, aku nggak ojek". Kata pria itu
" Oh maaf, tapi bisakah kau mengantarku ke daerah kerindah? Aku mohon". Ucapku menghiba padanya, karena aku dan bang angga tinggal di desa S hanya saja berbeda daerah. daerah bang angga bernama maniska, dan daerahku biasa di bilang kerindah.. (Sebut saja seperti itu)
"Mmm baiklah, mari kak". Ucapnya setelah berfikir sebentar.
"Makasih yah". Ucapku sambil naik ke atas motornya..
kemudian dia mulai mengantarku ke kerindah, setelah beberapa saat kami pun sampai di depan rumahku. Jaraknya tidak terlalu jauh karena desa kami ini tidak terlalu besar, jarak rumahku sama rumah bang angga juga dekat. Tampaknya di daerahku masih sangat ramai, maklum lagi suasana lebaran.
Beberapa orang melirik ke arahku yang terlihat sedikit berantakan, dengan kanaya di gendonganku sama koper yang cukup besar serta tentengan plastik juga yang berisi pakaianku dan kanaya. Sebenarnya aku merasa tidak enak di tatap seperti itu, tapi mau gimana lagi ini sudah menjadi keputusanku.
Sebelumnya aku sudah mengucapkan terima kasih pada pria yang mengantarku tadi, aku juga mau membayar uang ojek tapi dia menolaknya dan mengatakan "tidak apa apa kak, lagipula aku nggak ojek". Setelah itu dia langsung kembali, dan aku pun menuju rumahku tanpa peduli beberapa tatap mata yang memandangku dengan berjuta pertanyaan yang terlihat di wajah mereka.
Toktoktok..
"Assalaamu allaikum..."
"Waalaikumsalaam" terdengar papa menyahut salamku dari dalam, kemudian papa membuka pintu dan terkejut melihat keadaanku dan juga kanaya.
"Ada apa meera? Mana angga?" papa langsung bertanya setelah aku masuk.
Aku menarik nafas sebentar lalu duduk di salah satu kursi plastik di rumah kami, mama mulai mendekat dan mengambil kanaya di gendonganku. Sepertinya mama sudah mulai menyadari apa yang menimpaku, karena melihat aku hanya datang berdua dengan kanaya dengan membawa koper baju dan tentengan plastik besar.
Aku mulai buka suara dan menjawab pertanyaan papa.
"Meera berantem pa sama bang angga, makanya meera pergi dari rumah dan membawa kanaya". Jawabku sambil melihat wajah papa, terlihat papa menahan amarah.
"Baiklah, sebaiknya kau masuk ke kamarmu dan istirahatlah". Ucap papa yang sepertinya tidak ingin banyak tanya lagi, aku bisa melihat raut kekecawaan dari wajah papa. Papa berbalik dan langsung ke kamarnya, aku kembali menoleh ke mama. Sejujurnya aku juga tidak ingin seperti ini, apalagi dengan melihat kekecewaan yang tampak jelas di wajah papa. Aku bisa merasa kalau papa tampak sangat kecewa dengan keadaan yang sedang aku alami, sementara mama mendekatiku dan mengusap punggungku memberi kekuatan.
"Jangan terlalu difikirkan sayang, lebih baik kamu istirahat dulu. Besok baru kita bahas lagi, mama juga lihat kamu sangat lelah jadi istirahatlah.."
"iya ma". Hanya itu yang dapat aku ucapkan ke mama, kemudian aku mulai masuk ke kamar yang dulu menjadi kamarku sebelum menikah dengan bang angga. Kuperhatikan sekeliling kamar ini, ternyata tidak berubah hanya saja lebih bersih dan juga rapi.
Aku mulai berbaring di samping kanaya, ku tengok wajah damai putriku yang lagi tertidur kemudian aku membelai wajahnya dan mengecup keningnya sambil meminta maaf.
"Maafin mama naya, kamu harus mengalami ini disaat usiamu masih bayi"
hikshiks, aku kembali menangis dan merenungi nasibku. Sesungguhnya aku juga tidak ingin seperti ini, aku mencoba untuk memejamkan mataku namun tetap tidak bisa sampai pada pukul satu dini hari aku belum juga bisa untuk tidur. disaat mataku sudah sangat berat kanaya terbangun dan menangis, aku membalikan badanku ke arahnya kemudian menenangkannya sambil menyusui. Setelah menyusuinya kanaya kembali tertidur dan akupun sudah terlelap saking lelah.
Hari terus berlalu tak terasa sudah 3 hari aku di rumahku, namun bang angga tak pernah datang sekalipun untuk menengkok kami atau setidaknya datang untuk meminta maaf dan mengajaku kembali. Menanyakan kabar kanaya lewat handphone saja tidak pernah, kadang aku sangat kasihan pada putriku karena tidak mendapatkan perhatian dari papanya, tapi untuk mau kembali ke rumah bang angga aku sangat gengsi. Disaat aku sedang merenungi nasibku dan juga kanaya putriku, tiba tiba aku mendengarkan salam..
"Assalaamu allaiqum..."
"wa'alaiqumsalaam..." Jawab mama
Ku miringkan kepalaku untuk melihat siapa yang datang karena posisiku berada di ruang makan, dan ternyata ka yani kakak iparku.
"apa kabar tante?" tanya kak yani pada mama.
"alhamdulillah baik, kamu apa kabar?"
"Alhamdulillah baik juga tante"
"Syukurlah, ayu silahkan duduk".. Kak yani sudah duduk di sofa ruang tamu, dan terdengar mama mulai memanggilku.
"Meera, kesini dulu ada yani kakaknya angga".
mama menyuruhku untuk ke depan, sebenarnya aku sedikit malas karena aku berfikir kenapa kak yani yang datang bukannya bang angga. Aku mulai berdiri dan keluar menuju ruang tamu mulai menyalami
ka yani dan ka amat suaminya.
"apa kabar meera".. Tanya ka yani
"aku baik ka"
"lalu kanaya? Trus dimana dia?"tanya ka yani sambil matanya mencari keberadaan kanaya.
"kanaya lagi keluar sama papa, tadi dia sedikit rewel jadi papa mengajak nya untuk keluar jalan jalan sebentar". Ka yani kemudia mau berbicara tapi keburu mama yang duluan..
"ya sudah kalian berbicara dulu, meera mama ke belakang sebentar, yani tante tinggal dulu yah.." mama kemudian berpamit untuk ke belakang.
" Meera, ada apa antara kamu dan juga angga? Seharusnya kamu tidak kesini, kalau malam itu angga marah marah sama kamu seharusnya kamu lari saja ke rumah kaka kenapa harus kesini? Ini tidaak baik".. Aku hanya diam mendengar omongan ka yani.
"Maaf kak, aku nggak kefikiran sampai kesitu. Yang aku fikirkan hanya segera menghindar dari amukan bang angga dan juga agar kanaya bisa tidur dengan tenang akupun juga bisa istirahat dengan cepat dan aku rasa rumah inilah yang paling nyaman." balasku sambil menatap ka yani dengan tegas.
"Ya sudah kalau begitu, tapi kaka mohon pulanglah dan selesaikan masalah ini dengan angga. Kalau ada masalah baiknya dibicarakan bukannya lari seperti ini."
wow, ka yani bicara seperti ini seolah olah aku sendiri yang bersalah. Lalu dimana bang angga? mengapa bukan dia yang datang menemuiku dan meminta maaf? Mengapa harus ka yani yang datang? Apa harus aku yang sendiri berjuang? Berbagai macam pertanyaan yang muncul di hatiku, dan aku tidak bisa berdiam diri seperti ini aku harus bertindak. Sudah cukup aku diam dan mengalah selama ini, kali ini tidak lagi.. Aku mengangkat wajahku dan mulai menjawab perkataan ka yani.
"Maaf kak, tapi aku tidak bisa kembali lagi ke rumah".
"Tapi kena-..
belum sempat ka yani berbicara, mamaku sudah menghampiri kami dengan membawa teh buat ka yani dan ka amat.
"Ayo diminum dulu tehnya yani, amat"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments