"Maaf, maksud ka amat apa yah? Orang tua siapa yang ikut campur? Apa maksudnya papaku? Yang benar saja...
bukannya sekarang yang lagi ikut campur ka yani sama ka amat yah?". Jawabku pada ka amat, dan terlihat wajah mereka sangat merah menahan amarah. Tapi aku tak perduli, rasanya hati ini sangat puas melihat wajah mereka seperti ini. Enak saja mengatakan orang tuaku ikut campur, hellow bukannya sebaliknya yah..
"Kenapa kamu jadi ngegas seperti ini almeera, bukannya yang dikatakan sama ka amat benar yah? Barusan yang ikut campur kan papa kamu?. Kenapa jadi bawa bawa kami berdua, niat kami kesini baik ingin memperbaiki hubungan kalian bukannya semakin memperkeruh keadaan seperti yang dilakukan papa kamu barusan." ucap ka yani dengan wajahnya yang sedikit angkuh, dan ucapannya kali ini sungguh membuatku semakin sakit hati dan semakin yakin untuk tidak ikut pulang sama mereka. Akupun tidak mau kalah dan segera berdiri membalas ucapannya, bukannya mau bermaksud untuk kurang ajar hanya saja terkadang kita harus sedikit berjuang untuk menjaga harga diri sebagai seorang wanita, meskipun jalannya harus seperti ini.
"Maaf ya ka yani yang terhormat, semakin kesini omongan ka yani semakin menjadi. Tadi barusan ka yani bilang apa? Ingin memperbaiki hubungan? Hubungan yang mana? Hubungan antara aku sama bang angga? Bukannya seharusnya aku sama bang angga saja yang menyelesaikannya? Itu kan yang tadi ka amat katakan." balasku tak mau kalah dengan ucapan ka yani, dan kulihat wajah ka yani semakin memerah menahan amarah. Tapi aku sudah tak perduli lagi, mau di bilang kurang ajar ke apa ke aku tak perduli.
"Baiklah, sepertinya kamu memang susah untuk di kasih tau almeera. Pantas saja angga ingin menceraikan kamu, orang sifat kamu seperti ini siapa juga yang bisa tahan. Atau mungkin kamu memang ingin menjadi seorang janda."
Degh
sungguh ucapan ka yani kali ini membuatku benar benar murka.
"Apa maksud-
"Cukup".
Aku terkejut dan menengok ke belakang, dan kulihat papa yang memotong pembicaraanku terlihat sangat marah. Mungkin dari tadi papa mendengar omongan kami, dan karena sudah tidak tahan akhirnya papa angkat suara dan segera berjalan ke arah kami.
"Dari tadi saya perhatikan kalian terus memojokan putri saya, seolah olah hanya dia yang bersalah. Disini saya tidak membenarkan perbuatannya yang pergi meninggalakan rumah, tapi bukan berarti hanya dia yang bersalah. Di mana angga? Bukannya dia juga turut andil dalam hal ini? Kenapa cuma almeera yang kalian urus? Seharusnya sebagai orang yang lebih tua kalian tidak bisa berbicara seperti itu pada almeera, kalian harusnya kumpul mereka berdua. Bukan cuman salah satu, dari tadi saya sudah bilang kan suruh angga kesini dan selesaikan masalahnya bersama almeera bukannya kalian yang menyelesaikannya. Saya rasa cukup sampai disini, karena saya tidak ingin membuat keributan. Almeera, pergilah ke belakang dan lihatlah kanaya, dan kalian saya rasa sudah tidak ada lagi yang perlu dibahas kalian bisa pergi." Terlihat papa menahan amarah mengatakan hal ini ke ka yani dan ka amat, aku sudah tidak memperhatikan wajah mereka lagi dan respon mereka seperti apa akupun tidak tahu karena aku langsung ke belakang setelah di suruh sama papa tadi.
****
Di rumahnya angga..
Setelah dari rumah almeera, yani dan amat tak langsung ke rumah mereka namun langsung pergi menemui angga di rumahnya dengan wajah yang masih kesal dan angkuh. tanpa mengucapkan salam mereka langsung masuk saja dan segera menaruh bokongnya di atas sofa di ruang tamu. Angga yang masih berada dalam kamar mengetahui kedatangan mereka langsung menghampiri dan duduk di samping yani dan mulai bertanya terkait almeera.
"Gimana kak? Udah ngomong sama almeera? Trus dia bilang apa?" tanpa basa basi angga langsung menanyakan kakaknya, dan yani yang masih kesal sama almeera dan keluarganya langsung menatap tajam ke arah angga kemudian menjawab pertanyaannya.
"Almeera nggak mau pulang kalau bukan kamu yang menjemput mereka langsung, dasar nggak tau diri. Dia fikir dia siapa, jujur yah angga kakak tuh nggak suka dari awal waktu kamu bilang mau nikah sama dia. Tapi yah mau gimana lagi dia sudah terlanjur hamil duluan." Sambil melipat tangannya di depan dada yani mulai mengomel dan menjelekan almeera di depan angga, karena memang dari awal yani tidak pernah suka sama almeera. Makanya selama pernikahan almeera dan angga, yani hampir tidak pernah berkunjung ke rumah orang tuanya yang ditempati oleh angga dan almeera. untuk sekedar menengok pappanya saja jarang ia lakukan, hanya sang papa saja yang sering ke rumahnya. Itu sebabnya kanaya putri almeera tidak mengenalnya, karena sangat jarang bahkan hampir tidak pernah yani menjenguknya.
"Apa benar almeera nggak mau pulang, atau mungkin kakak yang marahin dia makanya dia bilang nggak mau pulang." Jawab angga yang masih nggak percaya kalau almeera tidak mau pulang.
"Jadi kamu nggak percaya sama kakak begitu?". Jawab yani dengan wajahnya yang masih tetap angkuh.
"Yah bukannya nggak percaya, cuman nggak mungkinlah kalau almeera nggak mau pulang." balas angga
"Kalau nggak percaya tanya aja sama ka amat".
"Yang dikatakan kakakmu itu benar angga, almeera nggak mau ikut pulang kalau bukan kamu yang menjemputnya. Bahkan bapaknya juga nggak mau kalau bukan kamu yang menjemput mereka". Tambah amat suaminya yani
"...."
Angga hanya terdiam karena dia tidak tau mau bicara apa, satu sisi dia sangat merindukan almeera dan kanaya putrinya tapi di sisi lain dia juga merasa gengsi untuk menjemput mereka. Karena di malam pertengkaran itu dia sendiri yang mengatakan mau bercerai dengan almeera.
Sementara yani yang melihat kebimbangan dan kebingunan di wajah angga mulai menarik sudut bibirnya sedikit dan mulai mengompori angga.
"Udah deh ngga, mendingan nggak usah di jemput biarkan saja mereka di sana. tau pergi yah tau datang sendiri, ngapain repot repot untuk di jemput segala kayak nggak ada kerjaan aja. Lagian bapaknya juga pakai sok soan suruh dijemput putrinya segala seperti keluarga terpandang, padahal cuma keluarga sederhana hufft." Yani mulai memanasi angga.
"Kakak ko ngomong gitu sih, biar gimanapun angga tuh cinta sama almeera. Dan emang angga yang salah kan jadi yah seharusnya angga yang pergi menjemput mereka, kalau tau nantinya seperti ini angga nggak akan minta tolong sama ka yani buat menjemput mereka". Balas angga dan sedikit terlihat marah dengan perkataan kakaknya tadi.
"Kakak ngomong kayak gini karena kakak tuh kesal sama almeera, dia benar benar membuat kakak malu tadi apalagi bapaknya. Bahkan bapaknya sampai ngusir kakak tau nggak, apa keluarga seperti itu yang mau kamu jadikan bagian dari keluarga hah? Jawab kakak.." Jawab yani sambil berdiri dan menatap angga dengan sengit.
"Apa? Jadi bapaknya almeera mengusir kalian begitu?".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments