Setelah aku mengatakan semua itu pada Bang Angga, dia hanya berdiam diri. Aku tak perduli, aku berbalik dan mengambil koperku dari atas lemari kemudian aku mengisi sebagian pakaianku dan juga kanaya. Aku tidak bisa mengisi semuanya karena koperku tidak muat, bang angga seolah tak perduli dia kembali menatapku dan masih dalam keadaan marah. Wajahnya juga sangat merah akibat menahan emosi dan juga sedang mabuk.
" Baiklah, mulai besok mari kita mengurus perceraian kita". Aku kembali lagi terkejut, lagi lagi bang angga membicarakan masalah perceraian. Dan aku menganggap ini sudah talak dua. Sebenarnya tadi aku tidak serius berbicara seperti itu, bukan karena aku mencintainya dan tak ingin pisah darinya akan tetapi aku lebih memikirkan nasib kanaya. Aku tidak ingin kanaya yang masih kecil tapi sudah hidup terpisah dari papa dan juga mamanya.
Aku berharap bang angga akan menahanku dan meminta maaf, tapi hal tak terduga malah terjadi. Dia tetap mau bercerai, baiklah percuma juga aku bersedih. Dan aku mulai menatapny dan menjawab perkataannya.
"Jika itu maumu Bang, mari kita lakukan".
Hanya itu yang bisa aku katakan, karena sejujurnya aku sudah sangat lelah dengan semua ini.
" Cih, memang itu yang kau inginkan". Ucapan bang angga sudah tak ku hiraukan lagi, bang angga kemudian membuka lemari dan mengambil akta nikah kami serta kartu keluarga kemudian menyobeknya. Tentu saja aku sangat marah dan kecewa, 'apa apaan bang angga ini apa dia tidak tau kalau akta nikah itu sangat penting untuk segala urusan apapun' ucapku membatin.
Ketika kami asyik bertengkar, kami tidak sadar kalau pertengkaran kami didengar oleh kak Seno kakak iparku.
Ka Seno menghubungi ka sam kaka laki laki tertua bang angga dan menceritakan pertengkaran aku dan bang angga. Di keluarga bang angga, mereka 4 bersaudara, 3 laki laki dan 1 perempuan. Yang perempuan bernama kak yani kakak tertua, kak sam anak kedua, kak seno anak ketiga dan bang angga anak bungsu. Sementara di keluargaku, aku anak semata wayang dari hasil pernikahan papa dan mamaku.
Di pernikahan pertama papaku dikaruniai 1 putra, sedangkan pernikahan pertama mama dikaruniai 3 putri. Untuk pernikahan papa dan mama sendiri, dikaruniai 1 putri yaitu diriku sendiri, namun pada usiaku 10 tahun papa mengadopsi seorang anak laki laki yang waktu itu mau diasingkan ke sebuah pulau karena tidak ada yang mau mengasuhnya. Aku yang masih kecil waktu itu sangat kasihan pada bayi laki laki yang tak berdosa yang pada saat itu masih berusia 1 tahun, aku memaksa kedua orang tuaku untuk mengangkatnya menjadi adiku. Papa yang tidak tega melihatku merengek akhirnya menyetujui permintaanku, dan akhirnya kami merawatnya sampai sekarang.
Baiklah kembali lagi pada kak seno yang sedang mengbubungi kak sham.
"Ka, sekarang ini Angga lagi berantem sama almeera. Dan sepertinya mereka mau cerai, cobalah kau hubungi angga dan bicara sama dia. Siapa tau dia mau mendengarmu". Kata kak seno disaat dia menghubungi kak sham.
"Apa? Kenaapa sampai seperti itu? Apa yang terjadi?"
"Aku tidak tau pasti kak apa yang terjadi, tapi sepertinya angga lagi mabuk. Dan sepertinya juga papa terlibat dalam pertengkaran mereka, coba kau hubungi dulu si angga untuk menanyakan kebenaran ini".
"Baiklah, aku akan menghubungi angga".
Tuttutuut, panggilan dimatikan antara kak sham dan kak seno.
Disaat aku sedang asyik mengemas pakaianku, terdengar nada dering dari ponsel bang angga..
Derrrrrrttttt
Bang angga mengangkat telfon yang tak kuketahui siapa penelponnya.
"Iya, hallo ada apa kak?"
"Apa kau sedang berantem sama almeera?"
"Dari mana kakak tau?"
"Barusan seno yang memberitahuku, jika kalian sedang bertengkar selesaikan dengan baik baik jangan sampai ambil keputusan yang akan membuat kalian menyesal".
"Sudahlah kak, ini urusanku dan almeera. Dan aku yakin apa yang menjadi keputusanku hari ini adalah yang terbaik".
"Kau jangan seperti anak kecil angga, apa kau tak memikirkan kanaya? Dia masih kecil, dia membutuhkan kau dan juga almeera. Kau sedang mabuk skarang, jadi jangan langsng ambil keputusan. Sebaiknya kalian beristirahatlah, kakak yakin ketika kalian bangun besok semuanya akan kembali membaik. Dimana almeera? Berikan ponsel padanya, kakak mau bicara".
Bang angga memberikan ponsel padaku dan mengatakan kalau kak sham mau bicara.
'Oh jadi tadi yang telfon kak sham' Ucapku dalam hati. Aku mengambil ponsel dari bang angga dan mulai bicara dengan kak sham.
"Halo kak"
"Halo almeera, ada apa antara kau dan angga?"
"hanya masalah sepeleh kak"
"Kalau cuma masalah sepeleh, kenapa harus ada kata perceraian? Ingat almeera, kalian punya kanaya yang masih kecil dan masih membutuhkan kalian berdua. Jadi kakak harap jangan mengambil keputusan menurut ego kalian saja tapi fikirkan juga kanaya. Apalagi mengambil keputusan dalam keadaan emosi seperti itu sangat tidak baik, fikirkan lagi dulu".
"Sepertinya kak sham sudah banyak tau tentang pertengkaran kami, sejujurnya aku juga tidak ingin seperti ini. Tapi kalau ini yang diinginkan bang angga aku bisa apa". Disaat aku bicara seperti ini kulihat bang angga melirikku dengan tatapan yang aku tidak tau apa artinya.
"Angga lagi mabuk almeera, jadi dia pasti tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan. Jadi kau jangan masukan ke hati, lebih baik kalian istirahat saja dulu tenangkan hati dan fikiran kalian. Kakak yakin, besok pagi pasti semuanya baik baik saja dan keadaan kembali membaik".
Lagi lagi dengan alasan karena mabuk jadi tidak sadar, tapi aku bukan wanita bodoh. Aku yakin apa yang diucapkan bang angga barusan adalah benar benar dari dalam hatinya yang dia pendam selama ini. Karena aku pernah dengar, seseorang yang berbicara ketika sedang mabuk itu adalah kebenaran.
"Baiklah kak, akan aku fikirkan lagi".
Tuuuuutttt...
Panggilanpun berakhir, dan kami sempat diam. Bang angga sudah sedikit tenang, dan dia mulai berbaring di bawah kakinya kanaya. Aku menatap mereka berdua, dan mulai berfikir tentang perkataan kak sham. Mungkin ada benarnya juga, lebih baik aku segera istirahat siapa tau besok pagi keadaan sudah jauh lebih baik.
Ketika aku ingin berbaring, bang angga kembali lagi bertingkah yang membuatku sangat marah. Bagaimana tidak, kanaya lagi sakit dan dia seenaknya bergerak dan seperti mengamuk di atas tempat tidur di samping kanaya. Aku sudah tidak ingin banyak berfikir lagi, kulihat tidur kanaya sudah mulai tidak nyaman dan mulai bergerak. Aku sangat khawatir bang angga menindihnya kalau gaya tidurnya seperti itu, kalian tau sendiri kan gimana gaya tidur seseorang yang sangat mabuk.
Aku ambil selimut dan mulai membungkus badan kanaya, tekadku sudah bulat malam ini aku harus pulang ke rumahku. Mungkin keputusanku ini terlalu terburu buru, tapi aku sudah tidak tahan lagi dengan semua ini. Aku merasa tak dihargai lagi sama bang angga, ku tatap wajahnya dan juga kamar ini, kamar yang menjadi saksi percintaan aku sama bang angga.
Aku keluar dan melihat siapa saja yang ada di depan rumah, kali aja masih ada tukang ojek yang lewat. Karena ini juga sudah larut, sudah jam 11 malam tapi aku tak mau bertahan lagi di sini... Ku lihat ada seorang pria yang sedang bersantai di atas motornya, aku menghampirinya dan meminta tolong padanya untuk mengantarku
Dia merasa heran melihatku, kenapa di jam seperti ini aku mau pergi membawa koper dan 1 tentengan plastik besar di tanganku serta ada kanaya di gendonganku. Tapi aku tak perduli dengan tatapannya.
" Maaf kak, aku bukan...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments