Love With Calon Ipar
Alya tersenyum kala melihat cincin permata melingkar di jari manisnya.
Akhirnya pernikahan dengan lelaki yang sangat dicintai akan terwujud juga, setelah dua tahun mereka menjalin kasih.
Aditya melamar bulan lalu dan hari pernikahan jatuh bertepatan pada bulan kelahirannya. Aditya sudah memantapkan hati menikahi Alya setelah dia berhasil menjalankan usaha garment miliknya yang dirintis sejak empat tahun yang lalu.
Terlihat Aditya berkeringat dingin. Begitu sakralnya ucapan ijab hingga berdampak demikian besar. Sesekali calon imam Alya itu menoleh dan tersenyum. Alya membalas senyum Aditya yang hangat dan tatapan mata yang menyejukkan.
Alya tak henti berdoa dalam hati, semoga Aditya adalah lelaki terbaik yang dikirimkan Tuhan padanya.
"Alya, selamat ya. Sebentar lagi aku akan memanggilmu kakak ipar " Satria teman kuliah sekaligus calon adik ipar Alya itu suka sekali menggoda. Bahkan di hari yang menegangkan, Satria masih sempat bercanda.
"Jangan bikin ulah, ini hari pernikahan kakak kamu, mending ambil suguhan untuk para tamu," kata calon mertua Alya memerintahkan Satria agar berhenti menggoda calon kakak iparnya.
Lelaki itu menurut dia mengambil semangka yang sudah dipotong untuk para tamu, Satria juga membagikan air mineral dalam botol kemasan pada semua tamu.
Alya sempat tersenyum melihat Satria yang begitu patuh pada ibu.
Penampilan bisa dibilang urakan, tapi Alya yakin dia lelaki yang sangat baik. Kakak beradik yang sangat berbeda. Aditya yang suka berpenampilan rapi, kalem dan terlihat lebih berwibawa.
"Alya, apakah kamu sudah siap menjadi istri Aditya." Tanya Abi Rasyid kala itu membuyarkan lamunan Alya .
"Siap Abi," kata Alya lirih, disertai anggukkan kepala.
Abi Rashidi lalu mengulurkan tangan pada Aditya. Di detik-detik ijab qobul, detak jantung Alya semakin terpacu kencang, tangannya bertautan, sesekali memainkan cincin tunangan warna putih di jari manisnya.
Percaya ini adalah takdir Yang Maha Kuasa. Alya yang masih kuliah dan berusia dua puluh dua tahun akan menjadi istri Aditya, lelaki dewasa dan matang yang usianya terpaut lima tahun dengannya itu.
Aditya mengucap ijab dengan lantang hanya dengan satu tarikan nafas, setelah selesai, terlihat lelaki itu tersenyum dan mengambil nafas dalam. Penghulu bertanya pada kerabat yang hadir.
"Gimana saksi SAH!"
"TIDAK SAH!" Seorang wanita beserta kedua orang tuanya datang di hari pernikahan, dia bukan saudara apalagi tetangga, Alya sama sekali tak mengenal wanita itu.
Lelaki yang sedetik lalu mengucapkan kata ijab langsung berdiri dari duduknya. Terlihat sekali aura gugup di wajahnya.
Alya memandang Aditya dengan tatapan tajam, membuat lelaki itu semakin gugup.
"Mas, siapa laki laki itu?"tanya Alya. wanita cantik berhijab putih dan tubuh sekalnya dibalut kebaya putih dengan hiasan bunga melati menyelip ditelinga itu tiba-tiba saja tenggorokannya tercekat dan tarikan nafasnya begitu berat.
Wanita cantik itu menghampiri Alya dan Aditya sambil memegangi perutnya yang membuncit. Dia terlihat sama hancurnya dengan Alya.
Sedangkan Satria, Abi dan Umi terlihat tak percaya, sorot matanya penuh kebingungan.
Alya menduga wanita itu sedang hamil sekitar lima bulan, tapi kenapa dia datang kesini di hari pernikahan? apakah Aditya ada hubungan dengan wanita itu, atau sebuah kesalahan telah terjadi?
Aditya meraih jemari Alya dan menggenggamnya dengan erat, telapaknya terasa berkeringat dingin. Terlihat ada aura takut kehilangan begitu jelas di wajahnya.
"Mas tolong jelaskan semua ini!" Alya berusaha menguatkan diri, dengan air mata yang nyaris tumpah, dia masih berusaha berdiri dengan kaki tegak untuk bertanya dan berharap apa yang dia lihat ini tak benar.
"Dek, ini salah paham, Mas akan jelaskan semuanya."
Aditya menarik nafasnya dalam dia hendak menjelaskan. Tapi wanita itu mendekat dan bersimpuh di kaki lelaki yang dituduh telah menghamilinya.
"Mas, ini anakmu, darah daging kamu, jangan biarkan dia lahir tanpa seorang ayah. Kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu. Jika kau ingin menikah? Nikahi juga aku!" Pintanya dengan air mata membanjiri pipi.
Mendengar kalimat yang keluar dari bibir wanita itu Alya merasakan langit seakan runtuh menimpanya seorang diri. Bumi serasa bergoyang. Kakinya gemetar dan nyaris tak mampu berdiri lagi. Satria segera memberi sandaran pada kepala Alya yang mulai berdenyut nyeri.
"Alya, kuatkan hatimu nak." Wanita yang dipanggil Bunda dan seharusnya menjadi mertuanya saat ini ikut serta menangis.
Dia seakan ikut merasakan kesedihan yang telah menimpa calon menantunya.
"Alya, mungkin Nak Aditya bukan jodohmu." Abi ikut berbicara sementara umi hanya menangis sesenggukan di sebelah Alya. Mungkin wanita paruh baya itu tak tega melihat putri semata wayang yang harusnya bahagia namun justru mengalami kemalangan sedemikian besar.
"Mas apakah benar wanita itu hamil anakmu?" Tanya Alya pada laki-laki di depannya memastikan sekali lagi kalau ini adalah lelucon
"Aku bisa jelaskan, ini tidak seburuk yang kamu kira Dek." Aditya yang hendak mengusap air mata yang meleleh di pipi, Segera di tepis tangan besar itu, hingga saputangan di tangannya terhempas jatuh ke lantai.
"Apa yang dikandung wanita itu adalah anakmu?" Tanya Alya sekali lagi, tak mau melihat kegamangan di mata pria yang harusnya menjadi suaminya itu.
Aditya diam seribu bahasa, sedetik kemudian lalu dia mengangguk.
"Mas, kau tega melakukan ini semua." Alya memukul dada bidang calon lelakinya, lama kelamaan pukulan Alya melemah, merasakan pandangan matanya berkunang kunang, kepalanya berdenyut denyut lalu semuanya gelap, Alya berusaha mencari sebuah sandaran. Setelah itu Alya tak ingat apa-apa lagi.
Saat Alya tak sadarkan diri, Satria membawa ke kamarnya. Satria terlihat panik dengan keadaan Alya, hingga lelaki itu tak bergeming sama sekali dari kamar, menunggu calon kakak iparnya siuman.
Satria membawakan air hangat dan mengompres kening Alya ketika wanita itu masih terpejam. Satria yang slengekan dan suka bercanda ternyata dia begitu perhatian dengan wanita.
Ketika Satria mendekatkan minyak Angin ke hidung Alya, gadis malang itu mulai mengerjab dan perlahan dia terbangun dari tidur.
Satria tersenyum melihat Alya terbangun.
"Maafkan kakakku, telah membuatmu merasakan derita ini Alya, kamu pasti sangat kecewa," ujarnya seraya mengulurkan air putih, agar Alya segera meneguknya.
Alya meraih gelas dengan tangan gemetar, karena takut jatuh Bunda Aisyah membantu memegangnya.
"Alya, mungkin Aditya bukan jodohmu, dia jodoh wanita lain, bagaimana jika kamu menikah saja dengan Satria, Abi Rasyidi dan Umi Salma sudah setuju, tinggal kami semua meminta persetujuan darimu." Tanya Bunda Aisyah
Ini pasti bercanda!! Lirih Alya yang menganggap semua orang sedang menghiburnya. Seberapa lama dia tidur? hingga semua orang sudah bisa mengambil keputusan.
Bagaimana bisa mereka, para orang tua berkata dengan demikian mudah, sedangkan Alya dan Satria selama ini hanya teman kampus, Satria dan Alya juga tidak pernah saling mengenal lebih dari kawan biasa.
Umi Salma dan Abi Rasyidi ikut masuk kamar, lalu dia memeluk putri semata wayang nya. " Nak, tidak ada yang kau harapkan dari Aditya, benar kata calon mertuamu kalau kalian tidak berjodoh, mungkin Satria adalah jodoh kalian yang sebenarnya telah dikirim Tuhan.
Alya dan Satria saling pandang. Terlihat anggukan kepala Satria meski pelan.
Abi dan umi juga berharap Alya setuju. Mereka akan malu jika Alya pulang kembali dan tidak jadi menikah, apa yang akan dikatakan oleh tetangga nanti.
Di bawah terdengar suara ijab kembali berkumandang, dan Alya mendengar dengan jelas kali ini wanita yang disebut oleh Aditya dalam bacaan ijab bukanlah nama Alya lagi melainkan Kinan.
Alya menangis tergugu, hingga paru-parunya seakan menyempit, tak ada oksigen yang mampu untuk ditampung lagi.
"Bagaimana Nak? Apakah kamu setuju menikah dengan Satria, jika Aditya sudah menikahi wanita itu dan bertanggung jawab atas perbuatannya, kenapa tidak kau terima Satria yang berniat baik ingin menikahimu?"
Orang tua dua belah pihak terus saja mendesak, tentu saja Alya tak bisa berfikir jernih.
"Alya, maaf jika Abi memaksamu, tapi ingat jodoh tuhan yang atur, mungkin jodohmu memang Nak Satria," mohon Abi dengan wajah mengiba
Banyak sekali hal yang perlu dipertimbangkan, Alya jika menikah dengan Satria. Lelaki itu selain hanya dianggap teman biasa, Satria masih kuliah, mungkin uang saku saja masih meminta pada orang tua, sedangkan yang Alya harapkan adalah berumah tangga tanpa jadi beban keluarga.
"Alya, aku tahu aku tak bisa menggantikan Mas Aditya di hatimu, tapi biarkan aku menebus kesalahan kakakku, dia tidak berhak membuat keluargamu malu. Dan masalah nafkah aku berjanji berusaha mencari pekerjaan sambil kuliah." Tutur Satria seakan tahu apa yang ada di benak Alya.
"Satria, jangan memaksa untuk bertanggung jawab dari kesalahan yang tak pernah kau lakukan, justru harusnya aku bersyukur dengan kejadian hari ini, disaat yang tepat tuhan membuka aib Mas Aditya yang selama ini tak pernah aku ketahui, aku tak bisa membayangkan jika aku terlambat mengetahui, mungkin sakitnya akan lebih dari ini," kata Alya dengan tangis yang tertahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Bunda
ikutan mampir😊😊
2023-01-06
0
Chen Aya
mampir thor
2022-10-09
0
Rosy
baru mampir Thor..☺️
2022-10-04
0