"Alya, Al bangun Nak, Suamimu sudah menjemput!" Panggil umi dari luar. Sambil mengetuk-ketuk pintu kamar berulang kali.
Tak tega melihat Baju Satria yang basah karena di luar tengah hujan deras, umi berniat meminjam handuk yang ada di kamar Alya.
"Biarlah Umi, mungkin Alya capek, biar dulu Istirahat." Satria melangkah menjauh dari kamar Alya, diikuti Umi Salma dia memilih duduk di teras bersama Abi.
"Nak Satria biasa minum kopi apa teh?" tanya Umi Salma.
"Em, jangan repot-repot Umi, Satria sudah biasa minum air putih saja, nanti biar ambil sendiri. Umi sekarang istirahat saja," pinta Satria. Lelaki itu tersenyum canggung.
Umi Salma tersenyum melihat menantunya yang begitu santun dengan orang tua. Berharap Alya akan bisa menerima Satria seperti dirinya dan suami saat ini.
Umi Salma memberi waktu untuk anak menantunya berbicara dengan suaminya, sedangkan dia diam-diam kebelakang untuk membuat teh sekalian membangunkan Alya tanpa sepengetahuan Satria.
Umi merasa tak enak sama menantu barunya. Ini masih sore Alya sudah tidur, saja bahkan dia tak makan dan minum atau ke kamar mandi.
Umi berinisiatif membuka dengan kunci serep. Begitu pintu terbuka, umi terkejut melihat Alya yang tidur dengan posisi duduk di samping ranjang dengan kepala bersandar di sisinya
"Alya, ada Satria di depan," bisik Umi sambil mengguncang tubuh Alya pelan.
"Umi, maaf, Alya ketiduran." Ayla menggeliat lalu mengusap matanya yang basah menggunakan punggung tangannya.
"Alya kamu menangis?" Tanya Umi merasa janggal dengan wajah Alya yang kucel dan kelopak matanya membengkak.
"Iya Umi, maaf, semua ini terlalu mengejutkan untuk Alya. Jujur Alya belum bisa menerima Satria, Umi. Hati Alya tak semudah itu berpindah dari satu hati ke hati yang lain.
Umi Salma menarik nafasnya panjang, ikut mengamati keliling kamar, yang semuanya mengingatkan kenangan akan Aditya.
Umi memeluk Alya yang kembali tergugu. Umi berusaha menenangkan putrinya yang mungkin tidak bisa mengatakan pada semua orang tentang apa yang dirasakan.
"Nak, menangislah di bahu Umi. Tumpahkan semua apa yang kau rasakan. Umi akan menjadi temanmu."
Mendengar kata-kata Umi Alya semakin tergugu. "Umi, Alya tidak bisa menjadi istri yang baik untuk Satria, Bagaimana jika sikap Alya justru akan melukai hatinya. Dan Alya tidak mau Umi, tinggal satu rumah dengan dia."
Alya kembali teringat bagaimana Aditya malam itu dengan berani mendatanginya di dapur dan menggenggam tangannya. Untung Alya bisa langsung pergi karena membawa seember air hangat.
"Kamu harus kuat menjalani semua ini Nak, pesan Umi jangan pernah khianat dengan suami, itu akan membuat kita sulit untuk mencari rezeki."
***
Anak dan umi telah larut dalam dunianya, Umi berusaha menghibur, saat ini dialah teman Alya yang paling bisa di percaya.
Tiba-tiba Satria terlihat tersenyum ramah di depan pintu, rupanya satria sudah ganti dengan kaos oblong milik Abi dan juga celana. Rambutnya yang agak basah disisir ke belakang semakin terlihat menawan.
"Alya, suamimu sudah datang, bunda ambilkan teh dulu di dapur, kamu bisa ngobrol dulu." Bunda Salma segera pergi dari kamar sederhana milik putrinya.
"Al." Satria masuk dan duduk di sebuah kursi kecil yang digunakan Alya untuk duduk saat merias diri.
"Iya. Kamu kok baru pulang?" Alya merasa aneh kenapa Satria baru tiba ketika hari sudah malam, seharusnya sejak siang tadi dia sudah pulang.
"Aku tadi cari kerja." Kata Satria yang mulai kedinginan karena rambutnya basah.
"Dapat?"
"Dapat Al." Satria dapat pekerjaan baru tapi tidak ada aura bahagia yang ditunjukkan.
Alya segera memberikan Satria handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya. Sambil melanjutkan aktivitasnya, Satria mengamati sekeliling kamar. Cemburu mulai hinggap di hatinya.
"Wah, banyak sekali hadiah dari mantan." Satria tersenyum dan pura-pura kagum.
"Maaf, Sat. Kalau kamu tidak suka aku akan membuangnya. Aku tadi ketiduran jadi belum selesai membereskan barang barang ini." Alya berdiri sambil memunguti beberapa foto, pernak-pernik, dan hadiah pemberian Aditya.
"Tidak perlu Al, biarkan saja jika kamu ingin menyimpannya. Lagipula aku tidak bisa memaksa seseorang untuk melupakan masalalu dan mencintaiku."
Mendengar rangkaian kalimat yang diucapkan Satria, justru membuat Alya merasa tak enak hati. Alya tahu yang dikatakan satria bukanlah sebenarnya.
Ada nada cemburu yang sengaja disembunyikan.
"Tidak Sat, bagaimanapun aku harus melupakan mas Aditya, biarkan dia jadi bagian dari masa lalu. Dan masa sekarang dalam hidupku adalah kamu."
Alya masih sibuk memunguti benda yang akan terus mengingatkan dirinya dengan masa lalu itu. Dimasukkannya ke dalam kardus dan membawanya ke gudang.
"Alya, kamu yakin? Jangan dilakukan jika masih berat." Satria tidak tega melihat Alya yang terlihat terpaksa menyingkirkan semuanya. Pasti karena tak enak hati dengannya.
"Tidak apa-apa, ini juga tidak dibuang kok, akan aku masukkan ke gudang." ujar Alya sambil memeluk kardus besar, sedangkan Satria mulai mulai pindah duduk dari kursi menuju ranjang
mengantuk. Lelah mulai menghampiri.
Pulang kuliah tadi, sebenarnya Satria iseng iseng mendatangi restaurant dan alhamdulilah langsung diterima meski hanya bisa separuh hari.
Dia hanya membantu melayani tamu di sebuah restoran sederhana dan mendapat gaji harian yang tak banyak.
Saat kembali, Alya membawa teh buatan Umi Salma. Menaruhnya di atas meja kecil di sebelah ranjang. Sayang sekali Satria sudah terlanjur terbang ke alam mimpi. Ditutupinya teh itu dan Alya mulai menggelar tikar di lantai.
Baru saja merebahkan tubuhnya, ada yang menahannya. "Al, kamu tidak boleh tidur di lantai, dingin."
"Tidak apa-apa, Sat. Kamu yang lelah bekerja harus tidur di ranjang"
Setelah melewati perdebatan yang alot. Terpaksa Alya mengalah. Dia kini tidur di ranjang dan Satria tidur dilantai.
****
Esok hari ternyata semua sudah berubah, Satria yang tadinya tidur di.lantai sekarang sudah ada disebelah Alya.
Alya terkejut bukan main melihat tubuh kekar suaminya begitu dekat dengannya.
"Satriaaa ....!!!"
"Alya, kenapa kau berteriak." Satria pura-pura tak mengerti apapun. suara Alya sungguh mengganggu tidurnya.
"Satria kenapa kamu ada di ranjang?"
"Aku tidak tahu Al. sepertinya semalam aku telah mengigau dan tak sadar aku telah pindah tempat, Maafkan aku Al."
Semalam Satria merasakan tubuhnya sangat dingin, dia tidak mau justru akan berujung sakit. Satria memilih pindah tidur di ranjang bersama Alya.
Karena sudah terlanjur bangun, Alya turun dari ranjang sekalian untuk membersihkan diri dan memasak sekalian.
Di dapur rupanya sudah ada Umi yang baru pulang dari belanja, banyak sayuran segar yang ini beli untuk hari ini.
"Belanjanya banyak sekali umi, akan dimasak semua?"
"iya Dong, umi sengaja masak banyak untuk Satria, dia harus mencicipi sedapnya masakan Umi.
Alya dan Umi sama sama tertawa, umi mengusap rambut Alya sebelum mengeksekusi satu kilo daging untuk dibuat rendang. " Kamu juga belajar masak, wanita harus pandai menyenangkan perut suaminya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
@sulha faqih aysha💞
satria sabar hanya menunggu waktu sampai Alya bisa menerima kamu apa adanya dan seiringnya berjalan waktu kebersamaan kalian berdua lambat lain pasti cinta itu akan tumbuh 🤣🤣
2022-09-19
2
Mayya Zaskia
Sabar ya mas satria cintanya aliya pasti bepindah ke kamu.Butuh waktu tuk Aliya melupakan semua kenangannya bersama Aditya
2022-08-31
2
Nora Afilla
kira'in tadi ada novel baru.
eh ternyata ganti judul y Thor....
kaget kaget awak liat@ tadi...😅😅
2022-08-31
3